Fantastis, Nilai Ekonomi Asian Games dan Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali

Fantastis, nilai ekonomi Asian Games dan Oktober nanti pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali dengan jumlah negara lebih banyak.
Pekerja melakukan pengerjaan proyek perluasan apron Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Senin (16/7/2018). Menurut sumber PT Angkasa Pura I, Bandara Ngurah Rai, proyek perluasan apron yang ditargetkan selesai sebelum pelaksanaan pertemuan IMF dan Bank Dunia pada bulan Oktober 2018 tersebut, pengerjaannya telah mencapai 54 persen untuk apron timur dan 22 persen untuk apron sebelah barat bandara yang dilakukan dengan cara menguruk lahan perairan seluas sekitar 6 hektare. (Foto: Antara/Fikri Yusuf)

Jakarta, (Tagar 31/8/2018) - Sepanjang tahun ini, Indonesia menjadi tuan rumah sejumlah kegiatan berskala internasional yang menarik perhatian dunia secara luas.

Asian Games yang berlangsung pada 18 Agustus hingga 2 September di dua lokasi, yakni Jakarta dan Palembang melibatkan 45 negara yang turut serta, 15 ribu atlet dan ofisial, lima ribu media dalam dan luar negeri, 30 ribu sukarelawan, dengan lima miliar penonton dari seluruh dunia, serta perkiraan 150 ribu wisatawan mancanegara.

Dilansir Antara jumlah sebesar itu tentu saja membawa dampak ekonomi bagi Indonesia, terutama di dua daerah penyelenggara yakni DKI Jakarta dan Sumatera Selatan. Totalnya mencapai Rp 40,7 triliun, dengan porsi untuk DKI Jakarta Rp 22 triliun dan sisanya ke Sumatera Selatan. Angka tersebut dihitung dari investasi konstruksi, operasional penyelenggaraan hingga pengeluaran pengunjung.

Belum lagi dampak ekonomi tidak langsung seperti tambahan lapangan pekerjaan, penambahan PDRB masing-masing daerah penyelenggara, hingga adanya jaminan ke dunia internasional bahwa Indonesia memang layak menjadi tuan rumah kegiatan tingkat internasional.

Setelah Asian Games 2018, Indonesia pun bersiap kembali menjadi tuan rumah kegiatan internasional.

Sambut IMF-Bank DuniaPekerja melakukan pekerjaan tahap akhir pembangunan Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai, Bali, Senin (27/8/2018). Pembangunan Underpass yang terletak di sekitar kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai itu telah mencapai 99 persen dan ditargetkan selesai pada akhir bulan Agustus 2018 untuk mendukung pelaksanaan pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali, pada bulan Oktober mendatang. (Foto: Antara/Fikri Yusuf)

Kali ini di bidang finance atau keuangan pertemuan tahunan Badan Keuangan Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank Group), segera dilaksanakan yaitu pada 8-13 Oktober mendatang di Bali.

Dari sisi negara peserta, jumlahnya jauh lebih banyak dibanding Asian Games 2018.

Sebanyak 189 negara bakal hadir dalam pertemuan internasional terkait masalah keuangan tersebut. Artinya, dari 195 negara yang terdaftar di PBB, hanya enam negara saja yang tidak mengirimkan perwakilannya ke acara tersebut.

Dari negara-negara peserta, mereka yang dijadwalkan hadir mulai dari kepala negara atau yang setara sebanyak 22 orang, di tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral masing-masing sebanyak 189 orang.

Belum lagi delegasi resmi, investor, lembaga internasional, CEO industri keuangan, media, peninjau dan lainnya, sehingga secara keseluruhan diperkirakan akan ada 18 ribu hingga 20 ribu orang yang akan hadir di kegiatan tersebut.

Sekitar 2.000 pertemuan dipersiapkan untuk membahas berbagai isu dalam pertemuan pelaku utama sektor keuangan dengan jumlah peserta terbanyak di dunia itu.

Sambut IMF-Bank DuniaRatusan seniman menampilkan Tari Cak Kolosan saat syukuran penyelesaian patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Jimbaran, Bali, Sabtu (4/8/2018). Patung setinggi 121 meter tersebut terdiri dari 754 modul dirancang selama 28 tahun oleh seniman Nyoman Nuarta yang nantinya akan digunakan untuk menyambut para delegasi Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (Annual Meeting IMF-WB) 2018. (Foto: Antara/Wira Suryantala)

Tak Mudah 

Mengacu ke angka-angka tersebut, adalah sebuah kebanggaan sekaligus anugerah manakala Indonesia dapat menjadi tuan rumah. Perjuangan mendapatkannya pun tak mudah. Dimulai pada September tahun 2014, Indonesia harus mengajukan proposal awal untuk bersiap mengikuti penawaran dan penilaian yang berlangsung hingga April 2015.

Ada dua saingan berat Indonesia, yakni Mesir dan Senegal. Mesir pada tahun 2012, pernah terpilih sebagai tuan rumah. Namun karena ketidakstabilan politik, akhirnya pertemuan tersebut dipindahkan dari Mesir ke Tokyo, Jepang.

Sedangkan Senegal mewakili aspirasi Afrika karena belum ada negara di kawasan Benua Hitam tersebut yang pernah menjadi tuan rumah. Akhirnya, pada Oktober 2015, Indonesia secara resmi terpilih menjadi tuan rumah Annual Meeting IMF - World Bank Group untuk tahun 2018.

Penetapan tersebut secara otomatis menunjukkan tingginya kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia di bidang keamanan, stabilitas politik serta keberhasilan di bidang ekonomi.

Hajat tersebut sekaligus menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan kemajuan dan ketahanan ekonomi, kepemimpinan serta komitmen dalam penanganan isu-isu global.

Sambut IMF-Bank DuniaPolisi mengawal bus yang ditumpangi delegasi saat Simulasi Transportasi menjelang penyelenggaraan IMF-World Bank Annual Meetings 2018, di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (26/7/2018). Simulasi tersebut untuk mengkoordinasikan sekaligus memastikan kesiapan transportasi yang akan digunakan delegasi pertemuan IMF-World Bank Annual Meetings 2018. (Foto: Antara/Fikri Yusuf)

Berburu Manfaat 

Guru Besar Fakultas Ekonomi Tanjungpura Pontianak, Prof DR Eddy Suratman SE MA menuturkan, Annual Meeting IMF - World Bank Group di Bali merupakan peluang yang harus ditangkap oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Menurut dia, pemerintah daerah selaku pengambil kebijakan seharusnya melihat bahwa dengan kehadiran 189 negara dari seluruh dunia menunjukkan pentingnya kegiatan tersebut bagi sektor keuangan.

Ia menduga masih banyak yang beranggapan Annual Meeting IMF - World Bank Group hanya berkisar tentang utang piutang suatu negara.

Padahal, lanjut dia, pada saat itulah pemerintah daerah dapat menyuarakan kepentingan masyarakatnya. Ia mencontohkan tentang harga karet alam yang kini terus terpuruk. Sementara di Kalbar, berdasarkan Sensus Karet 2015 - 2017, ada 264.328 keluarga petani karet.

Seharusnya, pemerintah daerah dapat menyampaikan kondisi tersebut di forum-forum ketika pengambil kebijakan sektor keuangan berkumpul. Eddy Suratman menegaskan, para negara maju yang menguasai sektor keuangan juga harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi di negara berkembang.

Sambut IMF-Bank DuniaPekerja menggarap pembangunan apron timur Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Kuta, Bali, Jumat (20/7/2018). PT Angkasa Pura I menargetkan proyek pengembangan apron timur di bandara itu, yang hingga pertengahan Juli 2018 telah mencapai 54 persen, dapat selesai sebelum pertemuan IMF dan Bank Dunia pada Oktober 2018. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Belum lagi isu-isu lain yang berdampak ke nelayan, lingkungan, petani lokal karena kebijakan sektor keuangan maupun kondisi ekonomi dunia secara global.

Peluang lain yang dapat digarap dari Annual Meeting IMF - World Bank Group di Bali adalah mempromosikan potensi wisata daerah.

Kalbar, ujar Eddy Suratman, adalah satu dari sedikit daerah yang wilayahnya dilewati garis Khatulistiwa, garis imajiner yang membelah bumi menjadi dua bagian, utara dan selatan. 

Selain itu, Kalbar juga kaya akan budaya dan alam yang masih asri.

Berdasarkan paket wisata yang telah ditawarkan ke peserta Annual Meeting IMF - World Bank Group, ada dua tujuan yakni di Bali dan di luar Bali.

Sedangkan untuk luar Bali adalah Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Yogyakarta,Tana Toraja (Sulsel), Danau Toba (Sumut) dan Banyuwangi (Jatim).

Sambut IMF-Bank DuniaPatung Garuda Wisnu Kencana (GWK) terlihat seusai proses pemasangan modul di Jimbaran, Bali, Kamis (5/7/2018). Pemasangan modul kulit parung GWK sampai saat ini sudah mencapai 659 modul dari total 747 modul yang terpasang di patung setinggi 121 meter dan ditargetkan selesai dibangun pada Agustus 2018 sekaligus untuk menyambut para delegasi Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia (Annual Meeting IMF-WB) 2018. (Foto: Antara/Wira Suryantala)

Setiap peserta tentu tidak hanya mengikuti pertemuan-pertemuan resmi. Mereka juga butuh makanan dan minuman, transportasi dan akomodasi, belanja dan hiburan, serta wisata dan lainnya.

Total yang akan dibelanjakan para peserta diperkirakan mencapai 100 juta USD, atau hampir Rp 1,5 triliun, setidaknya selama tujuh hari.

Pada tahun 2015, Peru menjadi tuan rumah Annual Meeting IMF - World Bank Group. Oxford Business Group mengkaji dampaknya ke Peru. Hasilnya, total kontribusi industri travel dan turisme terhadap Gross Domestic Product GDP) tahun 2016 di Peru naik 16,34 persen dibanding tahun 2014.

Total kontribusi sektor travel dan turisme ke penciptaan lapangan kerja di Peru, naik 6,82 persen dari 1,247 juta jiwa menjadi 1,332 juta jiwa.

Jadi, dengan berbagai dampak yang diharapkan berimplikasi positif bagi Indonesia, menjadi tuan rumah pertemuan tersebut adalah sebuah peluang yang perlu dimanfaatkan secara optimal bagi Indonesia.

Tidak hanya untuk Bali dan sekitarnya, melainkan juga di Bumi Khatulistiwa. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.