Fakta di Balik Tragedi Trisakti 12 Mei 1998

Tragedi 12 Mei 1998 disebut sebagai Tragedi Trisakti, kejadian yang terjadi tepat 21 tahun yang lalu.
Ilustrasi. (Foto: dok Tagar)

Jakarta - Tragedi 12 Mei 1998 disebut sebagai Tragedi Trisakti, kejadian 21 tahun yang lalu. Peristiwa kerusuhan ini telah menelan korban para mahasiswa yang berdemonstrasi di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat. 

Peristiwa kerusuhan selalu tersimpan dalam memori masyarakat era 1998-an. Bagi yang tidak tahu menahu terkait tragedi 12 Mei 1998, berikut Tagar rangkum sejumlah fakta tentang peristiwa runtuhnya Orde Baru itu.
 
1. Ingin Soeharto Akhiri Pemerintahan

10 Maret 1998, Presiden Kedua RI Soeharto kembali menjadi presiden Indonesia, untuk ketujuh kalinya setelah ditetapkan dalam Sidang Umum MPR. Kekuasaan Soeharto yang berlangsung selama 31 tahun itu pun sangat membuat gerah mahasiswa dan aktifis di seluruh Indonesia.

2. Demonstrasi Besar

Serangkaian aksi demontrasi menuntut pemerintahan Soeharto berakhir dilancarkan seluruh aktifis pun mahasiswa. Jika sebelumnya aksi mahasiswa digelar di dalam kampus, saat Soharto kembali menjadi presiden, mahasiswa mulai melakukan demonstrasi yang tercatat sebagai demonstrasi terbesar mahasiswa itu, ke luar kampus.

Setelah mendengar orasi dari para guru besar, dosen, dan mahasiswa, mahasiswa yang berasal dari berbagai kampus itu pun mulai keluar kampus pada 13:00 WIB membanjiri Jalan S Parman. Mereka berniat untuk long march menuju gedung MPR/DPR RI di Senayan. Mahasiswi berada di barisan depan membagi-bagikan bunga mawar pada aparat kepolisian yang siap sedia menjaga demonstrasi.

3. Aksi Damai Berujung Tragedi

Namun, setelah dilakukan negosiasi antara pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum Trisakti Adi Andojo, dan Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A Amril, disepakati bahwa aksi damai hanya bisa dilakukan hingga depan Kantor Wali Kota Jakarta Barat, atau 300 meter dari pintu utama Universitas Trisakti.

Tak menentang kesepakatan, mahasiswa melanjutkan aksi damai hingga pukul 17.00 WIB, menggelar mimbar bebas menuntut agenda reformasi dan Sidang Istimewa MPR. Pada saat waktu aksi akan berakhir, sebenarnya sebagian peserta aksi telah mulai  masuk kembali ke area kampus.

Tetap, disaat yang sama justru suara letusan senjata terdengar dari aparat yang berdiri di hadapan peserta demonstrasi. Bahkan, dalam berbagai dokumentasi, terlihat tembakan yang dilakukan dari atas fly over Grogol dan jembatan penyeberangan. Mahasiswa yang mendengar suara letusan senjata panik, berlarian kesana kemari mencari jalan untuk masuk area kampus kembali.

Tak lama kemudian, aparat keamanan bergerak dan mulai memukuli mahasiswa. Tak mau diam, mahasiswa yang di area kampus melawan aparat keamanan dengan melemparkan beda apapun disekitarnya.

4. Menewaskan Empat Mahasiswa Trisakti

Saat terjadi peristiwa diketahui adanya mahasiswa yang menjadi korban penembakan. Mereka pun kemudian dilarikan ke sejumlah rumah sakit terdekat, salah satunya Rumah Sakit Sumber Waras. Kemudian pihak kampus menyatakan ada enam korban tewas dari peristiwa damai yang berujung rusuh penembakan tersebut.

Empat dari enam korban adalah mahasiswa Trisakti, mereka Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto, dan Hendriawan Sie.

5. Peluru Kaliber Tewaskan Mahasiswa

Seperti dikutip dari buku yang ditulis Rosidi Rizkiandi, Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi 1998, Kisah yang Tak Terungkap 2016, ahli kedokteran forensik dr Abdul Mun'im Idries mengungkapkan hasil visum memperlihatkan serpihan peluru kaliber 5,56 mm di tubuh Heri Hertanto.

Peluru yang biasanya digunakan senjata laras panjang jenis Styer atau SS-1, senjata yang memang digunakan satuan Brimob atau Kopassus saat itu.

Bukan hanya ahli kedokteran forensik dr Abdul Mun'im Idries, hasil otopsi Tim Pencari Fakta ABRI, uji balistik di Forensic Technology Inc di Montreal, Kanada mendapatkan hasil yang sama mengenai penyebab kematian salah satu mahasiswa bernama Heri Hertanto.

6. Penembak Masih Misteri

Hingga 21 tahun berlalu, belum juga ditemukan dan diketahui siapa sebenarnya orang dibalik penembakan terhadap mahasiswa di Trisakti. Karena, usai peristiwa berlangsung Jenderal Pol Dibyo Widodo, Kapolri yang menjabat saat itu membantah bahwa anak buahnya telah menggunakan peluru tajam dalam mengamankan demonstrasi.

Senada dengan dia, Kapolda Metro Jaya Hamami Nata saat itu, juga menyatakan polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru kosong, peluru karet, dan gas air mata. Meski akhirnya ada enam orang oknum aparat yang menjadi terdakwa beberapa tahun kemudian, tetap saja tidak terungkap siapa dan apa motif dari penembak para pahlawan reformasi tersebut. Terdakwa hanya dijatuhkan tuduhan karena dengan sengaja tidak menaati perintah atasan. []

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi