Jakarta - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira menilai Joe Biden bisa memberikan dampak positif bagi peluang investasi Indonesia jika terpilih menjadi presiden Amerika Serikat (AS). Menurutnya, ini akan membuat eskalasi perang dagang dengan China menurun.
Gelontoran stimulus di AS yang lebih besar diharapkan mampu mempercepat pemulihan ekonomi global.
"Situasi ini akan menguntungkan pemulihan ekspor Indonesia baik ke AS maupun sebagai pemasok bahan baku ke China," kata Bhima saat dihubungi Tagar, Jumat, 6 November 2020.
Selain itu, kata Bhima, Joe Biden dalam hal stimulus dinilai lebih pro terhadap kelas menengah AS yang merupakan pasar besar produk garmen dan alas kaki dari Indonesia. Ini berbanding terbalik dengan petahana Donald Trump yang pro terhadap keringanan pajak bagi kelas atas atau elit.
"Gelontoran stimulus di AS yang lebih besar diharapkan mampu mempercepat pemulihan ekonomi global," ucapnya.
Jadi kemungkinan siapa pun yang jadi presiden AS memang tidak akan punya kebijakan dagang khusus terhadap Indonesia.
Joe Biden, kata dia, juga menaruh perhatian terhadap penanganan Covid-19 yang lebih serius dengan pendekatan sains. "Ini kabar baik agar pandemi bisa segera ditekan di AS," ujar Bhima.
Donald Trump dan Joe Biden masih bersaing secara ketat dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Siapa pun yang menjadi pemenang nantinya akan memberikan pengaruh bagi peluang investasi Indonesia maupun AS.
Sebelumnya Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Kamdani mengatakan Indonesia bukan mitra dagang yang cukup signifikan bagi Amerika Serikat. Sebab menurutnya, bagi AS, Indonesia merupakan mitra dagang ke-50 di daftar mitra dagangnya.
"Jadi kemungkinan siapa pun yang jadi presiden AS memang tidak akan punya kebijakan dagang khusus terhadap Indonesia," kata Shinta.
Namun bagi Indonesia, Amerika merupakan salah satu tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia selain China dan Uni Eropa. Lima produk ekspor andalan Indonesia ke Amerika Serikat adalah produk pakaian, hasil karet, alas kaki, produk elektronik, dan furnitur.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada September mengalami surplus US$ 2,44 miliar (Rp 35,5 triliun), melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak Mei lalu. []
- Baca Juga: Hubungan RI-AS Kian Mesra, Ini Sektor Berpotensi Berkembang
- Begini Dampak Ekonomi Indonesia Akibat Pilpres AS