Eksodus Besar-besaran Warga Inggris Jelang Lockdown

Menkes Inggris sebut eksodus besar-besaran warga Inggris menjelang pemberlakuan lockdown sebagai perilaku sangat tak bertanggung jawab
Inggris meningkatkan kewaspadaan virus di kawasan itu ke level empat, Sabtu, 19 Desember 2020 (Foto: voaindonesia.com/Reuters).

London – Jutaan orang terpaksa membatalkan perayaan Natal bersama dan toko-toko di London dan sebagian besar Inggris selatan ditutup sebagai bagian dari lockdown. Ini terjadi setelah Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, pada hari Sabtu, 19 Desember 2020, mengumumkan ia meningkatkan kewaspadaan virus di kawasan London ke level empat.

Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, hari Minggu, 20 Desember 2020, mengatakan para pelaku perjalanan yang bergegas meninggalkan London menjelang pemberlakuan pembatasan baru virus corona sebagai warga yang “berperilaku sangat tidak bertanggung jawab”.

“Ini benar-benar perilaku yang sangat tidak bertanggung jawab. Para pejabat medis dengan sangat jelas mengatakan, orang harus membongkar kembali koper (membatalkan kepergian) mereka kalau mereka sudah mengepaknya (merencanakan keluar dari Inggris),” kata Hancock.

Pembatasan baru itu diumumkan Sabtu, 19 Desember 2020, sore setelah terdeteksi virus yang bermutasi yang meningkat daya penularannya dan menyebabkan lonjakan tajam infeksi virus.

Pembatasan itu telah memaksa jutaan orang di seluruh London dan sebagian besar kawasan Inggris selatan membatalkan rencana Natal mereka sementara pemerintah meningkatkan kewaspadaan ke tingkat empat di kawasan itu.

Penduduk London melampiaskan kekecewaan mereka terhadap pengumuman pemerintah itu. “Mereka seharusnya mengatasi ini. Hanya beberapa hari menjelang Natal, mereka melakukan hal ini, keterlaluan. Ini sama sekali tidak dikelola dengan baik.” Meski demikian Hancock mengatakan sebagian besar warga sudah mematuhi peraturan sejak pandemi dimulai.

Pemimpin oposisi di Parlemen Inggris, Keir Starmer, mengecam pendekatan pemerintah dan menyebutnya tidak tegas.

Virus kerap bermutasi dan ilmuwan telah menemukan ribuan mutasi yang berbeda dari sampel-sampel virus penyebab Covid-19.

Tapi banyak dari mutasi ini tidak berpengaruh pada cara virus itu menyebar atau meningkatkan keparahan gejala Covid-19.

Direktur Program Darurat Kesehatan WHO, Mike Ryan, Senin lalu, 14 Desember 2020, mengatakan WHO mengetahui jenis baru Covid-19 yang muncul di Inggris namun tidak ada bukti virus itu bereaksi berbeda dari jenis-jenis virus yang ada. “Kita mengetahui jenis gen ini yang dilaporkan ditemukan pada 1.000 orang di Inggris. Pihak berwenang sedang mendalaminya. Kita sudah melihat banyak jenis virus tapi virus ini berkembang dan berubah sejalan dengan waktu.”

Ryan menambahkan ia yakin ilmuwan Inggris akan mampu memahami jenis virus ini dan ciri-cirinya.

Laporan situs independen, worldometers, tanggal 20 Desember 2020, menunjukkan jumlah konformasi positif kasus virus corona di Inggris mencapai 2.004.219 dengan 67.075 kematian. Inggris ada di peringkat ke-7 dunia dan peringkat ke-3 di Eropa.

Namun, hari Minggu, 20 Desember 2020, cabang WHO di Eropa menghimbau anggotanya di Eropa agar meningkatkan upaya menghadapi jenis virus baru yang beredar di Inggris (my/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Jumlah Virus Corona di Turki dan Inggris Tembus Angka 2 Juta
Jumlah konfirmasi positif virus corona (Covid-19) di Turki dan Inggris tembus angka 2 juta yaitu 2.004.285 di Turki dan di 2.004.219 Inggris
Varian Baru Virus Corona di Inggris Mungkin Kebal Vaksin
Para ilmuwan Inggris berusaha mencari tahu apakah suatu varian baru virus corona, yang telah menyebar cepat di Inggris Desember 2020
Inggris Negara Pertama di Dunia Pakai Vaksin Virus Corona
Inggris jadi negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan vaksin virus corona Pfizer/BioNTech secara luas
0
FAO Apresiasi Capaian Kinerja Pertanian Indonesia
Kepala Perwakilan FAO, Rajendra Aryal mengapresiasi capaian kerja yang dilakukan jajaran Kementerian Pertanian selama tiga tahun terakhir.