Ekonomi Tumbuh 8 Persen Jika Prabowo Presiden, Peneliti: Sulit Dicapai

Pertumbuhan ekonomi 8 persen yang terlontar dari kubu Prabowo dinilai bombastis.
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyapa simpatisan saat kampanye terbuka di Lapangan GOR Wisanggeni, Tegal, Jawa Tengah, Senin (1/4/2019). (Foto: Tagar/Oky Lukmansyah)

Jakarta, (Tagar 4/4/2019) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra P.G Talattov menilai wacana pertumbuhan ekonomi 8 persen yang terlontar dari Ekonom Senior Rizal Ramli terkesan bombastis.

Terlebih, wacana pertumbuhan ekonomi ingin diwujudkan dalam 100 hari kerja jika Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menang di Pilpres 2019.

"Wacana RR tentang target pertumbuhan ekonomi 8 persen dalam triwulan pertama (100 hari kerja) memang terkesan sangat bombastis dan sulit dicapai," bebernya kepada Tagar News, Rabu (3/4).

Terkait wacana pertumbuhan ekonomi delapan persen, menurutnya Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia ke-7 itu mesti bisa menjelaskan secara spesifik strategi yang akan digunakan untuk mencapai pertumbuhan delapan persen.

Apalagi, motor utama penggerak pertumbuhan masih bertumpu pada konsumsi rumah tangga yang mencapai 55 persen dari total PDB. "Artinya, apa yang akan dilakukan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga," tanyanya.

Baca juga: Masa Depan Indonesia, Jokowi Perkenalkan Program Dilan

Selain itu, ia juga mempertanyakan cara Menteri Keuangan ke-23 menaikan investasi, ditengah tren investasi yang tengah melambat. "Tren investasi di Indonesia juga sedang melambat. Lalu, apa gebrakan yang akan diambil dalam mengangkat realisasi investasi?" ujarnya.

"Begitupun dengan tantangan ekspor yang makin berat di tengah derasnya banjir impor produk-produk non migas, makin menyulitkan ambisi pertumbuhan 8 persen," tambahnya.

Cara-cara yang ditempuh Rizal Ramli, yakni menurunkan tarif listrik 450 VA dan 900 VA, menurunkan harga pangan, seperti daging dan gula, program membangun satu juta unit rumah untuk rakyat per tahun, serta pengembangan satu juta hektar lahan sawah, dan lainnya, dinilai memang masuk akal secara konsep.

"Secara konseptual memang masuk akal dan bisa menstimulasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga," paparnya.

Namun kembali lagi, ia mempertanyakan bagaimana cara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia ke-4 itu merealisasikan program yang sudah digadang-gadang untuk program 100 hari kerja Prabowo-Sandi. Meningat, terbatasnya ruang fiskal.

"Tantangannya justru bagaimana cara merealisasikan program-program tersebut di tengah ruang fiskal yang terbatas, artinya harus ada pos belanja yang dipangkas dan direalokasikan untuk belanja subsidi tersebut," tuntas dia.

Sebelumnya, wacana pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen sebelumnya dilontarkan oleh Ekonom Senior Rizal Ramli. Ia berkelakar jika calon presiden nomor urut dua (02) Prabowo Subianto kelak terpilih menjadi presiden, salah satu janjinya adalah menumbuhkan ekonomi sebesar delapan persen, dalam 100 hari kerja.

"Mas Prabowo minta supaya pertumbuhan ekonomi naik delapan  persen dan itu bisa dicapai dengan 100 hari pertama," kata Rizal di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (31/3).

Cara-cara yang akan ditempuh untuk menumbuhkan perekonomian sebesar delapan persen, versi 100 hari kerja Prabowo adalah dengan cara menurunkan tarif listrik 450 VA dan 900 VA, menurunkan harga pangan, seperti daging dan gula, serta program membangun satu juta unit rumah untuk rakyat per tahun, pengembangan satu juta hektar lahan sawah dan lain-lain.

Baca juga: 100 Hari Prabowo Presiden Ekonomi Tumbuh 8 Persen, Ini Tanggapan Peneliti LIPI

Berita terkait