Jakarta, (Tagar 3/4/2019) - Peneliti ekonomi bidang Industri, infrastruktur, investasi, keuangan mikro LIPI, Latif Adam menilai pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen, agaknya akan berat, jika dilakukan dalam 100 hari kerja pemerintahan baru dengan presiden terpilih.
"Agak berat kelihatannya kalau delapan persen," ujarnya kepada Tagar News, Rabu (3/4).
Sebab, pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak serta merta dapat ditumbuhkan begitu saja, pasti dipengaruhi berbagai faktor.
Paling tidak, pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi dinamika perekonomian dunia. Sehingga, kemungkinan pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 2,9 persen.
"Pertumbuhan ekonomi itu juga dipengaruhi dinamika global. Berdasarkan perkiraan ekonomi global hanya akan tumbuh 2,9 persen," terang dia.
Jadi, jika saja suatu negara inginkan pertumbuhan ekonomi, maka mesti melihat lagi apa yang akan menjadi pendorong untuk ekonomi di suatu negara tumbuh dengan sangat pesat.
"Apa yang akan menjadi pendorongnya? Elemen pertumbuhan kan hanya konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan ekspor impor," tandasnya.
Wacana pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen sebelumnya dilontarkan oleh Ekonom Senior Rizal Ramli. Ia berkelakar jika calon presiden nomor urut dua (02) Prabowo Subianto kelak terpilih menjadi presiden, salah satu janjinya adalah menmbuhkan ekonomi sebesar delapan persen, dalam 100 hari kerja.
"Mas Prabowo minta supaya pertumbuhan ekonomi naik delapan persen dan itu bisa dicapai dengan 100 hari pertama,” kata Rizal di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (31/3).
Cara-cara yang akan ditempuh untuk menumbuhkan perekonomian sebesar delapan persen, versi 100 hari kerja Prabowo adalah dengan cara menurunkan tarif listrik 450 VA dan 900 VA, menurunkan harga pangan, seperti daging dan gula, serta program membangun satu juta unit rumah untuk rakyat per tahun, pengembangan satu juta hektar lahan sawah dan lain-lain. []