Efektifkah Bongkar JPO, Ini Kata Warga Jakarta

Efektifkah bongkar JPO, ini kata warga Jakarta. Pejalan kaki dan pengendara kendaraan bermotor beda pendapat.
Pelican crossing di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Senin (30/7/2018). (Foto: Tagar/Ronauli Margareth)

Jakarta, (Tagar 31/7/2018) – Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Bundaran Hotel Indonesia (HI) sejak Senin (30/7) pagi tidak digunakan lagi. Bila ingin menyeberang, pejalan kaki dapat menggunakan pedestrian light controlled crossing atau pelican crossing di kawasan tersebut.

Keberadaan pelican crossing di kawasan Bundaran HI tersebut dalam pantauan Tagar ternyata disukai pejalan kaki. Seperti halnya dengan pejalan kaki bernama Ubaidilah (43), warga asal Jakarta Selatan. Menurut dia, adanya pelican merupakan cara yang efektif untuk menyeberang jalan.

Hal itu, kata Ubaidilah, karena tidak memakan waktu yang lama saat menyeberangi jalan, dibanding menyeberang jalan melalui JPO.

"Saya pribadi adanya pelican bagus dan efektif sebagai pengganti JPO ini. Kita gak lama lagi menaiki tangga, kebetulan area ini area perkantoran jadi perlu waktu sesingkat mungkin mobilitasnya," kata Ubaidilah saat ditemui di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Senin (30/7).

Pejalan KakiPejalan kaki menggunakan pedestrian light controlled crossing atau pelican crossing di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI), Senin (30/7/2018). (Foto: Tagar/Ronauli Margareth)

Ubaidilah mengatakan, menyeberang melewati pelican juga lebih jelas nyaman. “Memang kalau segi keamanan buat pengendara harus lebih hati-hati lagi, dan kita juga yang pemakai zebra cross ini akan terbiasalah," ucapnya.

Dia juga berharap, pemerintah dapat menambah petugas di area pelican untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki saat melintas di area tersebut. "Untuk beberapa waktu ke depan harus di-stand by kan petugas ya, karena ini kan baru ada di Jalan Thamrin," ujarnya.

Senada dengan Ubaidilah, Hasan (29) warga Cipulir Jakarta Selatan, juga tidak mempermasalahkan adanya pelican sebagai ganti JPO. Namun dia menyadari untuk aksebilitas keamanan menyeberangi jalan menggunakan pelican justru lebih berisiko.

"Kalau seperti ini hanya sekadar di jalan seperti ini pertama gak aman karena jelas di sini jalan lebar, kecepatan (kendaraan) tinggi berbahaya, kedua juga bisa menimbulkan kemacatan karena ini bisa menghentikan arus," ucap Hasan saat ditemui di kawasan Bundaran HI, Senin (30/7).

Dia mengatakan, menyeberang jalan dengan Pelican memang lebih praktis dibandingkan dengan JPO. "Yang jelas kalau nyaman sih dan enak pakai (pelican) ini karena gak banyak langkah. Tapi kalau aman jelas JPO," ujar Hasan.

"Selama ada penggantinya JPO gak masalah. Artinya selama ada fasilitas lain yang di situ orang bisa menyebarang aman dan nyaman gak masalah," imbuhnya.

Walaupun dia menilai menyeberang jalan menggunakan pelican lebih praktis, tetapi cenderung berbahaya.

"Artinya memang di jalur yang cenderung besar seperti ini kurang pas kalau misalnya hanya pakai zebra cross (pelican). Ke depan memang kalau bisa MRT terowongan yang di bawah ini juga digunakan untuk menyebrang. Jadi jalan ini hanya untuk mobil, gak di-crossing orang nyebrang segala macam seperti itu. Ini cendrung berbahaya," ungkap dia.

Mengganggu Pengendara

Berbeda dengan pejalan kaki, menurut pengendara kendaraan bermotor bernama Faisal (29), warga Halim Jakarta Timur, dia menilai program Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang menggantikan JPO di Bundaran HI dengan pelican bukan langkah yang efektif.

"Menurut saya (pelican) jadi berbahaya sih. Maksudnya ini kan jalur kendaraaan bagusnya pakai JPO, JPO inikan lebih aman. Intinya sih aman aja sih dari ini," kata Faisal saat ditemui di kawasan Bundaran HI, Senin (30/7).

"Kurang efektif aja. Harusnya kalau mau dipindahin aja JPO-nya di sini. Jangan ada zebra cross lah. Mungkin JPO itu dirubuhin karena kejauhan kali ya, kalau mau dipindahin aja deket zebra cross-nya," ujarnya.

Sebagai pengendara kendaraan bermotor, Faisal mengaku keadaan lalu lintas kurang baik saat adanya pelican ini.

"Kalau lalu lintas sendiri sih lebih baik waktu masih ada JPO. Waktu ada JPO kendaraan jalan jalan terus gak harus berhenti-berhenti, masalahnya kan ini jalur utama. Inikan jalur cepat," tuturnya.

Maka dari itu dengan tidak difungsikan lagi JPO, lanjut dia menambahkan, hal tersebut akan mengganggu lalu lintas bagi pengendara kendaraan bermotor.

Pelican sebagai tempat menyeberang para pejalan kaki bukan hanya membahayakan saja. Tetapi juga akan menimbulkan kemacetan atau antrean panjang pengendara kendaraan.

"Kalau (kendaraan) jalan kenceng-kencang tahu-tahunya ngerem mendadak, terganggu lampu merahnya juga. Ini belum kena macetnya aja. Kalau inikan baru terasa pas keadaan macet, pas pulang kerja. Bentar-bentar lampu merah bentar lampu merah yang ada makin panjang macetnya," tuturnya.

Lanjut dia menuturkan, alasan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membongkar JPO di Bundaran HI tidak masuk akal. Bahkan dia juga tidak menyetujui pelican sebagai pengganti JPO.

Kalau masalah (bongkar JPO) ganggu dari gambar patung selamat datang, nutupi bundaran gak masuk akal. JPO inikan udah ada dari dulu. Saya juga kurang setuju adanya pedestrian ini," ungkapnya.

Saat Tagar mencoba untuk menyeberangi jalan di pelican tersebut, Tim Tagar juga merasa tak aman saat melintas. Apalagi saat lampu lalu lintas berwarna hijau, waktu kesempatan pejalan kaki hanya 13 detik saja untuk menyeberangi jalan. Sedangkan lampu merah di area itu memakan waktu 21 detik.

Bagi para pejalan kaki yang ingin menyeberang melalui area pelican, diperlukan langkah yang sigap dan cepat. Hal ini diperlukan supaya nantinya tidak membahayakan diri sendiri.

Itu makanya, bagi pejalan kaki, diharapkan memperhatikan rambu-rambu lalu lintas di sana. Harus berhati-hati menyeberang di lintasan itu. [o]

Berita terkait
0
Memiliki Banyak Keutamaan, Inilah Deretan Amalan pada Bulan Dzulhijjah
Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan dalam islam. Inilah sejumlah deretan alaman yang mendatangkan pahala.