Jakarta - Pemasangan baliho politik secara meluas oleh sejumlah tokoh nasional tak mampu mengangkat tingkat elektabilitas mereka dalam kandidat capres 2024.
Hal itu dipaparkan Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya dalam pernyataannya secara daring, Kamis, 12 Agustus 2021.
"Jadi bisa diasumsikan bahwa banyaknya jumlah atribut dalam bentuk baliho dan juga billboard seperti yang dibicarakan bahkan menjadi viral, ternyata tidak berkorelasi linier terhadap tingkat elektabilitas," ujarnya.
Karena Indonesia itu sangat besar, mau seberapa banyak memasang baliho tapi gak menjangkau daerah-daerah terpencil tingkat pengenalannya tidak akan lebih dari 60 persen.
Dia menjelaskan bahwa efektifitas baliho politik tidak lebih dari 60 persen karena begitu besarnya luas wilayah Indonesia. Baliho tidak menjangkau sampai ke pelosok.
"Pertanyaannya, jangan-jangan ramai ini hanya di kota-kota besar, tapi tidak sampai masuk ke pelosok-pelosok sehingga kemudian biasanya akan mentok tingkat pengenalannya di 60 persenan," katanya.
"Karena Indonesia itu sangat besar, mau seberapa banyak memasang baliho tapi gak menjangkau daerah-daerah terpencil tingkat pengenalannya tidak akan lebih dari 60 persen," katanya.
Maraknya baliho, lanjut dia, belum tentu membuat tingkat kesukaan orang meningkat. Bahkan, Yunarto menyebut dengan adanya baliho itu justru berpotensi menjadi efek bumerang bagi tokoh tersebut karena masyarakat merasa jengkel atas kegiatan pemasangan tersebut.
"Jadi saya pribadi melihat ini sebagai kesalahan pendekatan konservatif yang bisa dilakukan dalam kondisi normal, bukan dalam situasi anomali seperti musibah saat ini yang malah membawa efek berat," ujarnya. []
Baca Juga: Komentar Pengamat Soal Vandalisme Baliho Puan Maharani