Padang - Sejak Januari hingga November 2019, terjadi 265 peristiwa kebakaran di Kota Padang, Sumatera Barat. Bencana tersebut merenggut dua orang nyawa dengan total kerugian mencapai Rp 10 miliar.
Tidak hanya bangunan, kebakaran lahan juga acap kali terjadi.
Kepala Bidang Operasi Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Padang, Basril, mengatakan mayoritas sumber api peristiwa kebakaran disinyalir akibat korsleting listrik yang jumlah kasusnya mencapai 122 kebakaran.
"Tidak hanya bangunan, kebakaran lahan juga acap kali terjadi. Setidaknya menjelang akhir tahun ini kami telah menanggani 38 kasus kebakaran lahan dan hutan di Padang," katanya, Selasa 3 Desember 2019.
Menurutnya, kasus kebakaran di Kota Padang tidak merata banyak terjadi di setiap bulan. Rinciannya, Januari terjadi 24 kasus, Februari 26, Maret 17, April 22. Selanjut Mei 29, Juni 22, Juli 21, Agustus 26, September 28 kasus dan dua bulan terakhkr Oktober dan November 25 kasus.
"Objek yang itu 119 rumah dan 22 unit ruko. Kami tidak hanya fokus melakukan pemadaman kebakaran, tapi juga penyelamatan. Seperti membasmi sarang tawon dan menangkap ular. Penyelamatan itu setidaknya sudah 108 kali dilakukan sejauh ini," tuturnya.
Di sisi lain, Dinas Damkar Kota Padang mengklaim masih kekurangan personel untuk memadamkan api saat terjadinya peristiwa kebakaran. Saat ini, Damkar Padang hanya memiliki 120 orang personel khusus operasional pemadaman.
"Jumlah ini sangat minim, karena idealnya total personel 280 personel untuk 11 Kecamatan di Padang," katanya.
Tak hanya jumlah personel, pihaknya juga mengeluhkan kurangnya armada pemadam. Sampai kini Damkar Padang hanya memiliki 16 armada pemadam. Malangnya, hanya 10 unit dinyatakan layak jalan, enam unit lainnya hanya bisa membantu. Hal ini karena mobil tersebut produksi tahun 90-an dan sudah cukup tua.
"Satu mobil seharusnya diisi enam orang, pada kenyataannya hanya tiga orang. Kami mengerti karena keterbatasan anggaran baik untuk personel maupun kendaraan, jadi dimaksimalkan saja potensi yang ada," tuturnya. []