Atlético de Madrid mengalami malam yang sulit pada pertandingan pertama babak 16 besar Copa del Rey melawan UE Vic, tim dari divisi keenam. Tim asuhan Diego Simeone berjuang keras hingga menit ke-79, di mana skor masih imbang 0-0. Namun, keadaan berubah drastis ketika Julián Álvarez, yang dikenal sebagai "Araña," masuk ke lapangan dan membuka kunci pertahanan UE Vic dengan dua gol.
UE Vic menunjukkan ketahanan luar biasa dan hampir mencapai prestasi besar. Namun, semangat mereka mulai meredup ketika Álvarez mencetak gol pertama dari situasi yang kontroversial. Penalti yang diberikan oleh Giuliano Simeone, putra Diego Simeone yang bertugas sebagai wasit, dianggap tidak adil oleh banyak pihak. Álvarez berhasil mengonversi penalti tersebut menjadi gol, membuka jalan bagi kemenangan Atlético.
Situasi menjadi semakin sulit bagi UE Vic ketika wasit, yang telah membuat keputusan kontroversial, mengusir Alfons Senye Palacios karena protesnya. Para pemain UE Vic, yang sebagian besar adalah amatir, sudah berada dalam kondisi fisik yang terbatas. Pengusiran ini semakin melemahkan semangat mereka, dan Álvarez memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.
Álvarez menunjukkan keterampilannya dengan melakukan manuver cepat di dalam kotak penalti, melewati penjaga gawang lawan, dan mencetak gol kedua. Gol ini tidak hanya memastikan kemenangan Atlético, tetapi juga mengakhiri perlawanan sengit dari UE Vic. Meskipun Atlético akhirnya menang, performa mereka di pertandingan ini jauh dari memuaskan.
Kemenangan Atlético de Madrid di pertandingan ini tidak lepas dari keputusan wasit yang kontroversial. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Julián Álvarez menjadi pahlawan malam itu dengan dua golnya. Pertandingan ini menunjukkan bahwa meskipun tim besar seperti Atlético memiliki kualitas, mereka tetap perlu berhati-hati ketika menghadapi tim-tim yang lebih kecil dan penuh semangat.