Jakarta - Seorang dokter di Australia bernama Andy Tagg mengatakan coronavirus Covid-19 bisa menular melalui kentut. Pernyataan dokter ini sangat kontroversial mengingat penularan Covid-19 sudah terbukti melalui droplet (percikan air liur) ketika seseorang mengalami batuk, bersin, atau berbicara.
Dikutip dari laman Daily Star, Senin, 20 April 2020, peneliti sudah membuktikan bahwa virus corona jenis SARS-CoV-2 itu bisa muncul di feses atau kotoran manusia. Oleh sebab itu, dokter mengimbau agar masyarakat mewaspadai penularan virus itu melalui partikel kecil di feses.
Berdasarkan hasil temuan dokter Andy Tagg, virus corona ternyata ditemukan pada feses atau kotoran pasien positif Covid-19. Sebesar 55 persen pasien Covid-19 terdapat virus pada fesesnya. Dia mengatakan tes terbaru menunjukkan bahwa proses kentut dapat menyebarkan serbuk kotoran dalam jarak panjang.
"Ya, SARS-CoV-2 (nama ilmiah virus Corona) dapat terdeteksi di tinja," ujar dokter Andy Tagg.
Dokter Tagg menuturkan dalam tes sebelumnya terbukti kentut memiliki kekuatan untuk menyemprotkan (spray) talcom powder dengan jarak yang cukup jauh. Maka dari itu, dia mengingatkan agar para pasien positif corona harus selalu menjaga diri dengan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) serta busana yang layak.
Sebab, kata dia, apabila pasien coronavirus mengeluarkan gas atau kentut dalam kondisi tidak memakai celana atau busana sama sekali, maka gas tersebut dikhawatirkan dapat menularkan Covid-19 jika orang-orang di sekitar menghirupnya.
Kendati demikian, dokter Tagg menegaskan temuan ini harus diuji lebih lanjut, untuk mengetahui kaitan gas di dalam tubuh dengan penularan virus tersebut.
"Bisa jadi virus corona dapat disebarkan melalui kentut atau kekuatan parping, tapi kita membutuhkan bukti yang lebih banyak. Jadi ingatlah untuk memakai APD yang tepat dan tetaplah waspada," kata dokter Tagg.
Pusat kontrol dan pencegahan penyakit di China juga mengumumkan bahwa pemakaian celana bisa menjadi batasan yang efektif dalam mencegah virus corona yang mungkin tersebar saat kentut. Dikhawatirkan, saat seseorang tak memakai celana, jika produksi gas dalam jumlah besar terjadi, dan seseorang berdiri di dekatnya, dapat terjadi penularan virus.
"Mungkin saja virus SARS-CoV-2 dapat menular melalui besarnya tekanan gas. Kita butuh bukti lebih banyak. Tapi, ingat untuk selalu memakai celana," ujar Tagg.[]