Diskusi di Medan: Soeharto dan Pembantaian Etnis

Apa yang Anda ingat dengan Orde Baru? Satu yang pasti ialah rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun
Pertanyaan "Apa yang Kita Ingat dari Orde Baru" menjadi topik yang diangkat dalam diskusi yang menghadirkan Shohibul Ansor Siregar (kiri) dan Dian Purba (kanan) sebagai pembicara di Literacy Coffee, Medan, Kamis, 23 Mei 2019. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Apa yang Anda ingat dengan Orde Baru? Satu yang pasti ialah rezim Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun. Siapa yang menentang Soeharto maka mereka adalah komunis. Jika mereka adalah kalangan Islam, maka disebut Islam ekstrimis.

"Ketika saya bertanya kepada murid-murid di kelas saya, apa yang Anda pikirkan mengenai Orde Baru? Mereka menuliskan Soeharto. Ada juga yang lain, yaitu pemerkosaan terhadap etnis Tionghoa, kebetulan di sekolah saya mengajar itu banyak dari kalangan etnis Tionghoa," ujar Dian Tarigan, salah seorang pembicara pada diskusi bertema "Apa yang Anda Ingat tentang Orde Baru" di Literacy Coffee, Jalan Jati II, No 1 Medan, Kamis malam kemarin.

Menurut Dian, tak banyak generasi muda saat ini yang tahu sejarah Orde Baru karena dalam buku-buku sejarah yang dipakai sebagai materi di sekolah terkesan ditutupi. Misalnya, soal kenapa Soeharto jatuh dari kekuasaannya? Jawaban yang sering muncul ialah karena korupsi.

"Ketika Soeharto jatuh pada 1998, kita mengenangnya sebagai koruptor bukan sebagai penjahat HAM," ujar Dian.

Sebelumya, pembicara Shohibul Ansor Siregar memaparkan materinya tentang bagaimana kekuatan asing telah menguasai banyak aspek di Indonesia sejak masa penjajahan Belanda, masa kepemimpinan Soekarno lalu diteruskan oleh Soeharto.

Pada masa pemerintahannya, Soeharto masuk sebagai salah satu manusia paling bengis di dunia. "Banyak orang mengklaim tewasnya 500.000 orang di era Soeharto, tapi ini tidak mungkin dibandingkan dengan Stalin, Hitler dan Mao," jelasnya.

Shohibul lebih banyak bicara mengenai bagaimana kuatnya pengaruh asing untuk merampas kekayaan Indonesia melalui berbagai cara. Dan beruntung Indonesia memiliki pemimpin seperti Soekarno yang punya konsep ekonomi kuat dan anti imperialisme. 

"Soekarno adalah pemimpin yang berani mengatakan kepada AS, go to hell with your aid. Itu artinya Soekarno tidak bisa didikte," jelasnya.

Menurut Dian, jumlah 500.000 orang yang tewas selama era kepemimpinan Soeharto merupakan fase dalam Orde Baru yang sering dilupakan maupun dicoba dikaburkan dari sejarah.

"Apakah itu hanya angka saja, mungkin bagi sebagian orang enteng saja mengatakan hanya 500.000 orang. Tapi, ketika terjadi bencana di Palu yang menewaskan 500 orang, banyak yang memberi dukungan dengan menggalang bantuan. Bagaimana pula dengan yang 500.000 orang menandakan apa?" ujar Dian.

Menurut Dian, fase ini masih itutupi sehingga terkesan ada upaya untuk melupakan atau mengaburkannya. []

Berita terkait