Jakarta - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, mendapat kritikan tajam, 6 Februari 2021, karena kunjungannya ke Moskow. Sebelumnya, beberapa anggota blok itu telah mendesaknya agar membatalkan kunjungan itu, karena khawatir Kremlin akan memanipulasi kunjungan tiga hari itu demi kepentingannya.
Para pengkritik Borrell termasuk mantan Perdana Menteri Belgia, Guy Verhofstadt, serta beberapa diplomat Barat lainnya. Mereka mengatakan kekhawatiran terbesar mereka terjadi ketika Borrell mengadakan konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Rusiam Sergey Lavrovm pada Jumat, 5 Februari 2021. Dalam konferensi pers itu, Borrell mengatakan belum ada anggota Uni Eropa yang mengajukan sanksi-sanksi baru terkait pemenjaraan aktivis Alexey Navalby, pengkritik keras Presiden Vladimir Putin.

Tidak lama sebelum konferensi pers itu, para pejabat Kremlin mengumumkan keputusan mereka untuk mengusir tiga diplomat Uni Eropa dari Jerman, Polandia, dan Swedia. Ketiganya diusir karena dituduh terlibat dalam aksi-aksi unjuk rasa Navalny, langkah yang diduga bertujuan mempermalukan Borrell.
Para pengkritik mengatakan jebakan propaganda itu kemungkinan memperkuat para pejabat Rusia untuk mempertahankan penindakan tegas ala para militer terhadap para pembangkang internal dan aktivis sipil sosial yang menuntut pembebasan Navalny.
Pendukung tokoh oposisi Rusia, Navalny, melakukan unjuk rasa di New York, 24 Januari 2021 (Foto: VOA)
“Borrell harus mempertimbangkan untuk mengundurkan diri," cuit seorang anggota parlemen Uni Eropa, Rasa Juknevičienė, yang juga mantan menteri pertahanan Lithuanian. Ia mengecam pesan Borrell bahwa Uni Eropa dan Rusia "bisa bekerja sama meski ada kesalahpahaman."
Meski sudah jelas sebelum kedatangan Borrell di Moskow bahwa Kremlin akan "mencelanya," Juknevičienė mencuit, seluruh Uni Eropa telah dilecehkan (vm/ft)/voaindonesia.com. []