Yogyakarta - Perlu perjuangan berat dan melelahkan untuk memindahkan Pesawat N250 Gatutkaca dari Bandung, Jawa Barat menuju Museum Pusat Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta. Terlebih hal itu dilakukan via perjalanan darat di mana berangkat dari titik start pada Kamis, 20 Agustus 2020 dini hari dan tiba di garis finis pada Jumat subuh sehari berikutnya sekitar pukul 04.30 WIB.
Oleh PT Dirgantara Indonesia, badan pesawat buatan pertama bangsa Indonesia itu sudah melakukan proses pembongkaran pesawat yang diawali dengan membuka semua panel akses di bagian utama, baik itu engine, propeller, maupun struktur utama pesawat N250 seperti bodi, wing dan vertical stabilizer.
Pelaksanaan pembongkaran dilakukan dengan kehati-hatian tinggi supaya bagian-bagian struktur pesawat yang dibongkar tidak mengalami kerusakan hingga nanti dipasang kembali di Yogyakarta.
"Ada sekitar 80 personel mulai dari TNI AU, PT Dirgantara Indonesia dan juga dari Muspusdirla dilibatkan dalam proses pembongkaran dan perakitan pesawat ini nantinya," kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Angkatan Udara (AU), Marsma TNI Fajar Adriyanto di Muspusdirla, Jumat, 21 Agustus 2020.
Dia pun mengakui cukup banyak kendala ditemui selama perjalanan darat. Dibawa menggunakan dua trailer yang terbagi dalam trailer pembawa badan pesawat dan trailer pembawa sayap serta mesin, tak pelak iring-iringan cukup beberapa kali memacetkan arus lalu lintas.
Kami pun terpaksa mengurangi udara ban-ban trailer agar bisa rendah sedikit dan melewati pintu tol setelah lolos bannya dipompa lagi.
Mengarah ke jalan bebas hambatan dengan tujuan agar perjalanan lebih lancar bukan berarti rombongan terbebas dari hambatan. Tak tanggung-tanggung dua kali rombongan terhambat lantara badan pesawat tersangkut di dua pintu tol.
Dia mengatakan, ada kendala di pintu tol Kalikangkung dan Banyumanik karena tak cukup melewati pintu tol itu. Awalnya, sudah diukur cukup tapi ternyata ketinggian badan pesawat menyentuh bagian atas pintu tol.
"Kami pun terpaksa mengurangi udara ban-ban trailer agar bisa rendah sedikit dan melewati pintu tol setelah lolos bannya dipompa lagi. Jadi ini yang membuat perjalanan jadi lama. Tapi terobati karena antusias masyarakat sangat tinggi karena mereka berfoto dengan pesawat tersebut, terutama saat kami berhenti di rest area,” jelas dia.
Sementara itu Kepala Muspusdirla Kolonel Sus Dede Nasrudin menambahkan, pesawat N250 akan menjadi koleksi ke-60 museum tersebut. Direncanakan usai perakitan kembali yang akan memakan waktu sekitar sepekan, pesawat bakal ditempatkan di hall yang semula ditempati pesawat tempur Oviten Bronco.
“Lokasinya itu salah satu anjungan strategis karena sering dikunjungi wisatawan. N250 juga pesawat penumpang sipil pertama yang menjadi koleksi museum. Melengkapi koleksi pesawat penumpang angkut militer kami yang sudah ada sebelumnya yakni Hercules,” sambung Dede. []