Oleh: Angelique Donnellan
TAGAR.id - Ketika Annabelle Gonzales kembali bekerja di kantornya di pusat kota Sydney, Australia, dia membawa makan siang untuk dirinya sendiri dan juga untuk anjingnya Lola.
Ini karena kantor Annabelle yang bernama S2M memperbolehkan pegawainya membawa anjing sebagai wujud inisiatif menarik mereka kembali bekerja di kantor.
"Saat ini saya bekerja hari Senin dan Jumat di rumah, dan bekerja di kantor hari Selasa, Rabu dan Kamis," katanya.
Annabelle mengatakan senang karena bisa bekerja ditemani Lola.
"Mungkin kadang mengganggu namun Lola hanya perlu disentuh atau bermain sebentar, lalu biasanya setelah beberapa detik kami bisa kembali bekerja."
Sebagian karyawan di Australia sudah terbiasa bekerja dari rumah selama pandemi, sehingga perusahaan mengalami kesulitan untuk membujuk mereka kembali bekerja penuh waktu di kantor.
Bonus tambahan selain gaji
Atasan Annabelle, David Jackson mengatakan dengan tingkat pengangguran Australia yang rendah saat ini, dia harus menawarkan kemudahan tambahan bagi staf untuk kembali ke kantor, termasuk cuti ulang tahun, liburan dan makan siang gratis bagi yang berprestasi.
"Mencoba menemukan pekerja yang mau kembali bekerja selama lima hari di kantor bukanlah hal yang mudah," katanya.
"Saya kira sekarang karyawan berusaha mencari bonus tambahan selain gaji. Jadi kalau ada yang bisa ditawarkan, seperti boleh membawa anjing ke kantor, kita bisa mempertahankan karyawan yang kita mau."
David memahami bahwa model kerja dari rumah akan tetap akan berlanjut.
"Di masa depan orang akan bekerja dua atau tiga hari dari rumah dan dua atau tiga hari kerja dari kantor," kata David.
"Saya kira tidak akan ada lagi lima hari kerja di kantor dari jam 9 sampai jam 5 sore. Kata kuncinya adalah fleksibilitas."
Hak untuk tidak memikirkan pekerjaan terus menerus
Serikat pekerja Australia (ACTU) mengatakan perubahan pola kerja dengan sistem yang lebih fleksibel juga harus dikuatkan seiring perubahan peraturan yang ada.
Presiden ACTU Michele O'Neil mengatakan akan berbahaya bila hak pekerja berkurang karena tidak ada perlindungan.
"Yang kadang terjadi ketika bekerja dari rumah adalah karyawan diharapkan bekerja lebih lama dari biasanya dan tidak dibayar ekstra, atau bekerja di jam yang tidak biasa," kata Michelle.
"Kita harus memastikan pekerja memiliki hak untuk menentukan jam kerja dan untuk tidak memikirkan kerja terus menerus. Kita harus berpikir mengenai pengumpulan data dan juga pemantauan, karena ini bisa menjadi masalah besar sehubungan dengan privasi bila mereka bekerja di rumah."
"Biaya tambahan yang muncul dari bekerja di rumah harus menjadi beban yang dibayar oleh perusahaan," katanya.
Dampak terasa bagi bisnis kecil
Alexi Boyd dari Dewan Organisasi Bisnis Kecil Australia mengatakan walaupun toko di daerah pinggir kota mendapat banyak manfaat dari mereka yang bekerja dari rumah, pusat kota (CBD) Australia masih belum merasakan dampaknya.
"Khususnya di kota-kota besar seperti Melbourne dan Sydney. Di Melbourne khususnya banyak bisnis tutup, terutama di kawasan yang sebelumnya banyak didatangi pejalan kaki," katanya.
"Kalau kita perhatikan bisnis kecil yang terpengaruh karena terletak di CBD seperti misalnya salon, toko kecil, toko buah."
Alexi mengatakan berbagai bisnis masih mencoba menyesuaikan diri dengan implikasi dan biaya dari model kerja fleksibel tersebut dan menminta pemerintah untuk mendesak para pekerja kembali ke kantor.
"Harus fokus untuk melihat bagaimana model kerja yang ada di masa depan karena ini berdampak besar bagi usaha kecil," katanya.
"Tidak seorang pun ingin melihat usaha kecil musnah karena mereka adalah jantung yang menggerakkan pusat kota, jadi kita tidak mau kehilangan mereka."
Banyak gedung perkantoran tinggi kosong
CEO S2M David Jackson mengakui bahwa kota-kota besar Australia akan tampak berbeda di tahun-tahun mendatang.
"Saya kira masa di masa depan perusahaan besar akan hanya memiliki kantor-kantor kecil, banyak ruangan untuk kegiatan bersama, dan staf bisa bekerja dari mana saja," katanya.
"Setelah COVID, mereka menyadari tidak ada karyawan yang mau kembali bekerja di kantor, jadi gedung perkantoran tinggi pada kosong."
David mengatakan adalah hal yang positif bagi karyawan bila perusahaan mengizinkan mereka bekerja beberapa hari dalam seminggu dari rumah.
"Awalnya kami takut apa yang akan terjadi ketika semua orang bekerja dari rumah di masa COVID," katanya.
"Sekarang perlahan ada yang kembali bekerja tiga hari di kantor, dua hari dari rumah. Produksi tidaklah berubah. Kami masih bekerja keras seperti biasa."
Annabelle Gonzales mengatakan model kerja yang fleksibel seperti sekarang ini akan terus berlanjut.
"Saya tidak melihat kemungkinan model kerja seperti sebelum COVID. Kita berada di era baru," katanya. (Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari laporan ABC News)/abc.net.au/indonesian. []