Denny Siregar: Para Penjual Gelar Keturunan Nabi

Alam sedang bekerja membuka mata banyak orang dengan peristiwa-peristiwa. Mirip kisah di Kitab Suci, hanya dipoles sesuai zaman. Denny Siregar.
Habib Umar Assegaf melanggar aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di exit tol Satelit Surabaya, cekcok dengan petugas PSBB yang kemudian ditangani Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. (Foto: Capture Video Viral)

Alkisah Nabi Nuh AS selesai membangun kapal besarnya. Ia lalu mengajak masyarakat di sana untuk naik, karena akan ada banjir besar yang datang dan menenggelamkan semua di sekitarnya.

Tapi, anaknya yang bernama Kan'an, menolak. Dia tidak mau ikut ayahnya yang dianggap banyak orang sebagai "orang gila". Istrinya Nabi Nuh AS pun begitu. Dia malu dengan suaminya dan menolak untuk naik kapal.

Dan kita sudah tahu bagaimana akhir ceritanya. Banjir besar datang, anak dan istri Nabi Nuh AS itu tenggelam bersama orang-orang yang tidak percaya kepada beliau. Siapa yang selamat? Ada 80 orang pengikut yang rata-rata orang miskin dan lemah. Mereka masyarakat biasa.

Sejak lama saya membuka pemahaman saya tentang Kitab Suci, bahwa di dalam sana sarat sekali pesan dan makna yang dalam tentang kehidupan yang dibalut peristiwa.

Alam sedang bekerja membuka mata banyak orang dengan peristiwa-peristiwa. Mirip dengan kisah di Kitab Suci, hanya dipoles sesuai zamannya.

Jadi, Kitab Suci bukan hanya dibaca saja atau dihapalkan. Yang lebih penting adalah mampu tidak kita memahami makna pesan di dalamnya?

Kisah Nabi Nuh AS itu relevan dengan situasi sekarang, di mana ada orang-orang yang mengaku sebagai "keturunan Nabi" dan menjual gelar kehabibannya ke mana-mana untuk memperkaya dirinya sendiri. Lucunya, banyak juga orang mendewakan mereka, hanya karena garis keturunan saja.

Padahal dalam kisah Nabi Nuh AS, terlihat Tuhan tidak membedakan keturunan apa bukan, istri apa bukan. Kalau dia durhaka, ya habis ditelan gelombang. Dan yang selamat justru mereka yang bukan siapa-siapa.

Lalu, apa yang mau dibanggakan dengan gelar "habib" atau "keturunan Nabi" jika Tuhan saja tidak memilih manusia itu berdasarkan "siapa dia" tetapi "apa yang diperbuatnya"?

Salah kaprah gelar habib yang kemudian dikapitalisasi demi keuntungan pribadi, membuat lahir manusia-manusia bodoh dengan pemahaman kering, karena mereka sejak kecil selalu didoktrin bahwa keturunan Nabi seolah jadi dewa dan tidak pernah salah.

Fanatisme sempit ini memang sengaja diciptakan untuk membangun pasukan-pasukan mereka. Menciptakan robot-robot massa demi kepentingan dunia.

Tapi Tuhan juga tidak "tinggal diam". Dibongkarlah satu persatu kedok-kedok mereka yang menjual-jual nama kekasih-Nya, dengan aib sehingga menjadi olokan banyak orang.

Dan dari sana akhirnya muncullah jenis-jenis habib. Ada habib Firza. Ada habib sebat dulu. Dan yang terakhir muncul lagi habib Camry.

Alam sedang bekerja membuka mata banyak orang dengan peristiwa-peristiwa. Mirip dengan kisah di Kitab Suci, hanya dipoles sesuai zamannya.

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
Denny Siregar: Cerita Fiksi dengan Tokoh Bernama Bahar
Sejarah mengajarkan bahwa musuh terbesar sejatinya bukan ada di luar, tapi justru ada di dalam. Ujungnya selalu kekuasaan dan uang. Denny Siregar.
Bahar Smith Sangat Heroik Seperti Rizieq Shihab
Bahar Smith sangat heroik seperti Rizieq Shihab. Tipe orang yang merasa dirinya bisa menjual keberingasan untuk bisa survive, untuk bisa hidup.
Perjalanan Nabi Nuh AS Selama 950 Tahun di Dunia
Nabi Nuh AS hidup di dunia selama 950 tahun. Apa yang terjadi padanya sebelum dan sesudah mukjizat bahtera di tengah banjir besar menggulung dunia.
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya