Denny Siregar: Kenapa Jokowi Pilih Ahok Pimpin Ibu Kota Baru

Saya sangat setuju ketika Jokowi mengumumkan Ahok satu dari empat kandidat untuk menjadi Kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru. Tulisan Denny Siregar.
Momen Reuni Jokowi-Ahok yang viral di media sosial. (Foto: Instagram/basukibtp)

Coba kita perhatikan, setiap kali ada pekerjaan besar dalam sebuah pemerintahan, nama Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama selalu tidak ketinggalan. Pada waktu awal Jokowi menyusun kabinet dalam periode kedua, yaitu kabinet Indonesia Maju, banyak yang mengusulkan nama Ahok untuk masuk dalam jajaran menteri. Sayangnya, undang-undag tidak memperbolehkan, karena ia pernah menjadi terpidana kasus dengan ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.

Dari sana saja kita bisa melihat, tingkat kepercayaan orang terhadap Ahok dalam urusan eksekusi, masih tinggi. Ahok mempunyai kemampuan manajerial yang mumpuni, ia tipikal eksekutor tangguh dan sistematik.

Kita masih ingat saat Ahok menjabat Gubernur Jakarta menggantikan Jokowi. Kemampuan Ahok di atas rata-rata dalam membereskan banyak hal di Jakarta. Ia multitasking, bisa melakukan banyak hal besar dalam waktu bersamaan. Mulai dari menerima warga dengan sejuta keluhan mereka di balai kota, sampai mengerjakan proyek besar supaya Jakarta tidak banjir lagi. Dan penduduk Jakarta banyak merasakan manfaat ketika Ahok menjadi gubernur. Transportasi nyaman, kemacetan juga jauh berkurang, dan kota tertata pelan-pelan.

Jokowi yang pernah ber-partner dengan Ahok saat menjabat Gubernur Jakarta, sangat paham cara kerja Ahok. 

Ibu Kota BaruProfil Calon Ibu Kota Baru RI

Sayangnya Ahok tidak lama menjabat. Ia harus kalah karena warga Jakarta lebih suka pemimpin yang seiman, meski kerjanya lamban. Dan Jakarta pun kembali seperti semula. Malah lebih parah, karena hanya dijadikan panggung pencitraan.

Jokowi yang pernah ber-partner dengan Ahok saat menjabat Gubernur Jakarta, sangat paham cara kerja Ahok. Ahok itu seperti bulldozer. Ketika ia punya tujuan, ia tidak peduli dengan banyaknya penghalang. Semua yang ada di depan, dihantam. Ia punya target jelas, kapan pekerjaan itu harus selesai.

Ahok memang bukan politikus. Ia tidak mampu kompromi dan tarik ulur dengan sekitarnya. Ibarat main layang-layang, Ahok tidak pernah mengulur benangnya. Ia tipikal yang suka menarik dengan cepat dan keras. Itulah kenapa layangnya cepat putus.

Menempatkan Ahok pada tempat yang salah, jelas akan menimbulkan keributan. Tapi jika tempatnya benar, Ahok bisa menjadi sebuah mercusuar. Itulah kenapa saya setuju sekali ketika Jokowi mengumumkan bahwa Ahok adalah salah satu dari empat kandidat untuk menjadi Kepala Badan Otorita Ibu Kota Baru. Inilah tempat yang sangat tepat untuk Ahok.

Bayangkan, ibu kota baru nanti akan dibangun dengan dana sampai 500 triliun rupiah. Dan sebagian besar dana diperoleh dengan model kerja sama bersama beberapa investor asing. Sebagai orang yang punya dana, tentu investor-investor itu ingin dananya bisa dimanfaatkan dengan efektif. Tidak dikorupsi, apalagi dibuat pesta-pora para tikus berdasi.

Ini berhubungan dengan kepercayaan. Orang yang memegang mega proyek itu tentulah harus mereka yang punya pengalaman dalam mengelola kota besar. Sebagai tambahan informasi, ibu kota baru dengan luas ratusan hektare itu nanti diperkirakan akan ditempati 1,5 juta orang di awalnya. 

Mega proyek ini harus berhasil, karena akan dilihat oleh mata internasional. Dan Ahoklah yang tepat sebagai CEO kota baru itu. Ia punya nama dan punya karya. Juga tentu investor-investor besar itu senang, karena mereka tahu rekam jejaknya.

Ahok bisa menggabungkan investor luar dan investor lokal supaya bersama-sama mewujudkan ibu kota baru dengan progres yang sesuai jadwal.

Menarik memang melihat kiprah Ahok selama beberapa tahun ini. Ahok memang pernah dipenjara karena terkena fitnah. Tapi itu tidak mematikan sinarnya. Bahkan sesudah keluar dari penjara, ia mendapat banyak tawaran kerja. Dan Ahok menerima tawaran yang paling berkesan, menjadi Komisaris Utama BUMN raksasa, yaitu Pertamina.

Ahok adalah bukti dari sebuah kalimat yang mengatakan, "Emas meski berada di tengah tumpukan sampah, ia tetap emas." Yang benci Ahok akan semakin benci. Karena dulu niat mereka memenjarakan Ahok memang untuk membunuh namanya. Tapi sayang, Tuhan punya kehendak yang berbeda. Kelompok 212 tetap sibuk mencari nasi bungkus dengan demo di mana-mana, sedang Ahok namanya sudah ke mana-mana.

Saya kok jadi teringat ya, "Seseorang yang tidak boleh disebut namanya" yang malah tersingkir nun jauh di sana. Apakah dia sehat-sehat saja dan tidak kena corona?

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Tulisan ini sebelumnya telah di-publish dalam bentuk video di Cokro TV dengan judul Denny Siregar: Ibu Kota Baru, Kenapa Harus Ahok

Baca juga:

Berita terkait
Pimpin IKN, Said Didu Curiga Ahok Bayar Utang Cukong
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menduga penunjukan Ahok sebagai pimpinan Ibu Kota Negara (IKN), untuk membayar utang cukong Jakarta.
Fadli Zon Sebut Ahok Anak Emas Jokowi, Kenapa?
Waketum Partai Gerindra Fadli Zon menilai Presiden Jokowi menganakemaskan Komisaris Utama Pertamina, Ahok. Kenapa?
Keputusan Jokowi Pilih Ahok Ditentang Mujahid 212
Mujahid 212 menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang disebut Jokowi sebagai kandidat Kepala Badan Otoritas Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.