Dampak Pembatasan Perempuan Untuk Bekerja di Afghanistan

HRW menyatakan pembatasan yang diberlakukan Taliban bagi perempuan yang bekerja sebagai tenaga kemanusiaan menghambat pengiriman bantuan
Ilustrasi: Perempuan Afghanistan unjuk rasa menuntut dijaminnya hak-hak perempuan di bawah Taliban, dalam aksi protes di Kabul, 19 September 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Human Rights Watch (HRW) menyatakan pembatasan yang diberlakukan Taliban bagi perempuan yang bekerja sebagai tenaga kemanusiaan menghambat pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan di sebagian besar Afghanistan.

Di sebagian besar provinsi di negara itu, tenaga kemanusiaan perempuan hanya dapat bekerja jika didampingi oleh anggota keluarga laki-laki, kata kelompok tersebut. Hanya tiga dari 34 provinsi di negara itu yang mengizinkan tenaga kemanusiaan perempuan dapat bekerja tanpa syarat.

Keharusan pendampingan itu secara efektif membuat sebagian besar perempuan Afghanistan tidak mungkin dapat bekerja, kelompok hak asasi itu menjelaskan.

perempuan afghanistan tuntut hakSeorang anggota Taliban menyaksikan perempuan Afghanistan selama demonstrasi menuntut hak yang lebih baik bagi perempuan di depan bekas Kementerian Urusan Perempuan di Kabul, 19 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Blent Kilic)

“Pembatasan ketat Taliban terhadap tenaga kemanusiaan perempuan itu mencegah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk menjangkau masyarakat Afghanistan, terutama kaum perempuan, anak perempuan, dan rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan,” kata Heather Barr, direktur asosiasi hak perempuan di Human Rights Watch.

“Mengizinkan tenaga kemanusiaan perempuan bekerja tanpa terkekang bukanlah masalah lembaga atau donor yang memberikan persyaratan pada bantuan kemanusiaan, akan tetapi merupakan kebutuhan operasional untuk memberikan bantuan tersebut.”

Sejumlah perempuan yang mampu bekerja seringkali dibatasi pada “program kesehatan dan pendidikan,” kata Human Rights Watch. Dalam pengaturan di kantor, perempuan dan laki-laki dipisahkan, sehingga perempuan tidak dapat memberikan masukan secara efektif ketika keputusan dibuat.

Perempuan Afghanistan unjuk rasa tuntut hakPerempuan Afghanistan melakukan unjuk rasa menuntut dihormatinya hak-hak mereka di bawah rezim Taliban dalam aksi di Kabul, 19 September 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Masalah lain, menurut kelompok itu, adalah aturan tertulis yang jarang dibuat bagi sejumlah tenaga kemanusiaan perempuan. Kelompok itu mengatakan hanya lima provinsi yang telah memberikan aturan dalam bentuk tertulis. “Kesepakatan lain yang mengizinkan pekerja kemanusiaan perempuan hanya bersifat lisan,” kata kelompok itu (mg/lt)/voaindonesia.com. []

Perempuan Afghanistan Gugat Taliban Atas Larangan Bekerja

Warga Afghanistan Khawatir Nasib Perempuan di Tangan Taliban

Perempuan Afghanistan Tuntut Keterlibatan di Kabinet

Perempuan Afghanistan Unjuk Rasa Tuntut Hak Bekerja dan Sekolah

Berita terkait
Perempuan Afghanistan Ingin Segera Kembali Bersekolah dan Bekerja
Ratusan ribu perempuan muda di Afghanistan tidak diizinkan kembali ke sekolah sejak Taliban merebut kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi