Jakarta, (Tagar 8/3/2019) - Teknologi internet cepat generasi kelima Fifth Generation 5G begitu dinanti kehadirannya. Namun di balik kecanggihan konektifitas yang dimiliki, ternyata teknologi tersebut punya potensi yang membahayakan bagi kesehatan.
Penelitian yang dilakukan Bocconi University di Italia menyebut, akses internet super cepat bisa mengurangi durasi dan tingkat kepuasan tidur.
Mereka yang terpapar teknologi internet cepat, memiliki kualitas dan durasi tidur yang lebih rendah. Hal itu jelas mengurangi angka harapan hidup dan membahayakan kesehatan.
"Individu dengan akses internet cepat cenderung kurang tidur 25 menit dibandingkan mereka yang tak mendapat internet cepat," kata seorang peneliti Franceco Billari, dikutip dari laman Deccan Chronicle.
Menurut Billari, para pengguna internet cepat umumnya tidur kurang dari 7-9 jam per hari, atau di bawah rekomendasi para peneliti. "Tingkat kepuasan tidur mereka juga sangat kurang," ujarnya.
Tidak hanya berdampak bagi kesehatan manusia, Badan Pemerhati Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem di Eropa juga menilai teknologi internet cepat memberi dampak buruk bagi ekosistem dan lingkungan.
Setelah setelah mencermati lebih dari 97 penelitian yang membahas seputar radiasi elektromagnetik dan pengaruhnya bagi lingkungan, diketahui adanya bahaya yang ditimbulkan dari radiasi jaringan 5G, seperti melemahkan kemampuan radar burung serta serangga.
Sebuah penelitian pada tahun 2010 juga menyebut bahwa sinyal elektromagnetik yang terpancar melalui menara jaringan telekomunikasi berpotensi untuk membingungkan para burung dan serangga saat mereka bermigrasi.
Hal itu menyebabkan terganggunya pola musim kawin dan bertelur. Sehingga berpengaruh pada penurunan populasi dari hewan-hewan tersebut.
Radiasi elektromagnetik juga ikut mengacaukan pertumbuhan sebagian tanaman. Metabolisme dari tanaman akan terganggu akibat adanya paparan radiasi tersebut.
Baca juga: Teknologi Internet Cepat 5G, Modus Intelijen Cina?
