Semarang, (Tagar 5/12/2018) - "Pada Sebuah Kapal itu sudah sampai tujuan akhirnya, selamat jalan Eyang Bibi... #RIPNHDini." Demikian status ditulis akun Aisa R Jusmar di Facebook-nya.
Aisa Jusmar atau akrab disapa Achie merupakan kerabat dekat atau bisa disebut cucu keponakan novelis NH Dini. "Eyangku dari pihak mama adalah kakak dari almarhum," tuturnya kepada Tagar News, Selasa malam (4/12). Itulah kenapa Achie menyapa NH Dini dengan panggilan Eyang Bibi.
Cucu keponakan dari sastrawan ternama Tanah Air ini menulis status di Facebook sebagai bentuk ucapan selamat tinggal pada sosok yang menjadi panutan keluarga besarnya. Ucapan bela sungkawa memenuhi kolom komentar status Achie.
Bagi Achie, kepergian Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin, nama asli NH Dini, terasa mendadak dan mengagetkan. Ia kali pertama mendapat kabar Eyang Bibi mengalami kecelakaan lalu lintas dari saudaranya. "Sopir taksi menelepon adikku. Adikku kebetulan belum bisa merapat karena terhalang banjir di Kaligawe. Adik bilang ke saya dan saya yang merapat," terang dia.
Tiba di RS Elizabeth, kondisi NH Dini masih sadar. Bahkan Achie sempat mengobrol dengan Eyang Bibinya di bangsal perawatan. "Tadi pas tak tanyain ngersake (saya tanyakan ingin) apa, Eyang Bibi? Cuma bilang mampet hidungnya, terasa sesak," ungkap wanita yang bekerja di sebuah mal ternama di Semarang ini. Karena keluhan itu, NH Dini ingin diblonyo (diolesi balsam).
"Saya blonyo di dada dan kaki," ujar Achie. Sesaat kemudian ia mendapat informasi tim medis hendak melakukan magnetic resonance imaging (MRI) guna mengetahui kondisi kesehatan NH Dini. Tahapan perawatan medis itu langsung diinformasikan ke NH Dini.
"Masih bagus kok, bisa diajak komunikasi. Kesadaran mulai menurun pas menunggu mau di-MRI. Habis itu kesadaran menurun, terus dibawa ke IGD, di sana dipacu. Ternyata organ jantung sudah tidak berfungsi dan dinyatakan meninggal," jelasnya.
Kenangan Terakhir
Ache bercerita, bertemu NH Dini dalam kondisi sehat sekitar tiga bulan lalu, saat ia bermalam di rumah ibunya. "Kebetulan Eyang Bibi juga di rumah mama. Beliau sering mampir ke rumah mama biasanya sekalian tusuk jarum," ujarnya.
Di mata Achie, NH Dini sosok yang peduli dengan orang-orang di sekitarnya dan pecinta tanaman. Terngiang dalam ingatannya, Eyang Bibi selalu membawakan buah papaya ketika bertemu. "Beliau tahu saya suka pepaya, kebetulan beliau punya pohon pepaya manisnya luar biasa. Tiap berbuah mesti saya kebagian," ujar dia.
Karena tahu kesukaannya itu, lanjut Achie, NH Dini menyempatkan untuk ambil biji pepaya dan meminta ditanam di rumah. "Saya tanam di rumah tapi hasilnya tidak semanis seperti yang ditanam beliau. Mungkin karena yang merawat beda. Dua minggu lalu saya tebang karena tidak bisa bagus hasilnya," papar Achie
Ternyata pohon pepaya itu adalah kenang-kenangan terakhir dari NH Dini. Karena Selasa (4/12) sore Eyang Bibinya mengembuskan napas terakhir. "Menyesal rasanya menebang pepaya pemberian beliau," imbuh dia.
NH Dini meninggal dunia usai mengalami kecelakaan lalu lintas di tanjakan tol Tembalang. Taksi yang ia tumpangi ditabrak truk yang mundur karena tak kuat menanjak.
Sopir taksi sudah berupaya menghindari tabrakan namun kalah cepat dengan laju mundur truk. Korban tertimpa truk dan muatan bawang hingga mengalami luka di kepala.
Selain Pada Sebuah Kapal, peraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand ini juga menghasilkan karya fenomenal lain. Seperti La Barka, Namaku Hiroko, Orang-orang Tran, Pertemuan Dua Hati dan Hati yang Damai. []
