Christine Hakim dan Empat Artis Kritik Film G30S/PKI

Christine Hakim salah satu aktris yang kontra dengan penayangan film G30S/PKI. Namun, ada beberapa artis juga yang pro dengan film tersebut.
Christine Hakim. (Foto: Asia Pacific Screen Awards)

Jakarta - Christine Hakim salah satu aktris yang kontra dengan penayangan film G30S/PKI. Meski film besutan Arifin C. Noer ini telah layak tayang sejak 1984 atas dasar ijin Pusat Produksi Film (PFN).

Tidak hanya Christine, beberapa artis juga menganggap film tentang tragedi berdarah pada 40 tahun silam itu bisa menimbulkan keresahan bagi masyarakat. 

Sejauh itu tetap berpegang kepada data-data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Selain itu, ada penyimpangan sejarah, dinilai tidak layak untuk ditayangkan kembali.

Berikut pro dan kontra artis film 30S/PKI yang telah dirangkum Tagar dari berbagai sumber.

1. Christine Hakim

Perempuan kelahiran Jambi, 25 Desember 1956 ini sudah tidak asing lagi di telinga pecinta film tanah air. 

Christine salah satu artis legendaris dalam perfilman Indonesia, ia telah mengeluti duni seni peran sejak 1973 hingga saat ini.

Baru-baru ini, ia mengungkap jika penayangan ulang film G30S/PKI diproduksi harus bisa dipertangungjawabkan secara data dan fakta.

"Sejauh itu tetap berpegang kepada data-data yang bisa dipertanggungjawabkan. Jadi bukan hanya sekadar meng-counter itu tanpa data-data yang bisa dipertanggungjawabkan," katanya.

Christine HakimChristine Hakim. (Foto: Asia Pacific Screen Awards)

2. Slamet Rahardjo

Pria kelahiran Serang, 21 Januari 1949 ini merupakan salah seorang artis senior dalam dunia perfilman. Hal itu tidak terbantahkan, karena ia telah berhasil menorehkan sejumlah prestasi.

Pemeran film Badai Pasti Berlalu ini memiliki pendapat yang berbeda dari Christine Hakim. Ia justru tidak mempermasalahkan pembuatan kembali film G30S/PKI.

"Saya kira ginilah. Cerita itu kan ada antagonis ada protagonisnya. Nah itu saya kira ada yang dirugikan ada yang tidak dirugikan. Sekarang kalkulasi saja," ujar pria 70 tahun itu.

Menurut dia, pasti semua punya tujuan. Punya maksud. Ia mengatakan tidak suka suka dilarang-larang dan tidak mau melarang-larang.

Slamet RahardjoDISKUSI SETELAH TEGUH KARYA: Aktor senior Slamet Rahardjo (kiri), bersama Aktris senior Christine Hakim (kedua kiri), Penulis Seno Gumira Ajidarma (kedua kanan), Sutradara Film dan Penulis Skenario Wregas Bhanuteja (kanan), dan moderator Ifan Ismail (tengah) berbicara dalam diskusi di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, Jakarta, Jumat (22/9). Diskusi yang mengangkat tema Setelah Teguh Karya itu dalam rangka memperingati hari kelahiran sineas legendaris Indonesia, Teguh Karya. (Foto: Ant/Aprillio Akbar).

3. Marcella Zalianty

Marcella Zalianty mengatakan tidak menyetujui jika film G30S/PKI kembali digarap hanya untuk meluruskan sejarah. Baginya, dalam konteks film memang bebas bisa dibuat siapa saja dan ditonton siapa saja.

"Saya tidak spesifik bicara bahwa film Penumpasan Pengkhianatan G30S/ PKI layak atau tidak tetapi saya hanya melihat konteks film apapun orang bebas mau membuat film, film apapun orang bebas mau menontonnya," ucapnya. 

Kalaupun membuat film untuk menyampaikan sebuah wawasan atau sejarah, kata dia, harus sebatas itu saja memberikan pembelajaran dan wawasan saja, bukan untuk meluruskan.

4. Joko Anwar

Sutradara Joko Anwar juga turut memberikan pendapatnya soal penayangan film bersejarah itu. Pria yang lahir di Medan, Sumatera Utara pada 3 Januari 1976 mengatakan bukan tipe sutradara yang bisa diminta untuk membuat film atas dasar ide orang lain, karena takut mengecewakan.

"Saya nggak tahu kenapa banyak yang tanya rencana pembuatan ulang film G30S/PKI. Saya takut mengecewakan jika membuat film pesanan orang lain," kata sutradara film Gundala itu. 

Joko AnwarJoko Anwar, sutradara yang pernah menggarap film horor terlaris sepanjang masa di Industri perfilman nasional, Pengabdi Setan. (Foto: Instagram/jokoanwar)

5. Maouly Surya

Maouly SuryaMaouly Surya. (Foto: Instagram/moulysurya)

Sutradara Marlina si Pembunuh Dalam Empat Babak itu tidak menutup kemungkinan jika mendapatkan kesempatan membuat remake film G30S/PKI.

“Menurut saya semua cerita bisa jadi film yang bagus. Tergantung visi dan misi proyek itu sendiri, bisa sesuai sama visi dan misi saya sebagai pembuat film atau tidak,” ucap dia. []

Berita terkait
Mengenal G30S/PKI di Museum AH Nasution
Bila Anda berada di wilayah Jabodetabek, jejak peninggalan sejarah G30S/PKI dapat ditelusuri di Museum AH Nasution.
Nobar Film G30S/PKI Selama Empat Jam Jokowi dan Panglima Serius Nggak Omongan
Nonton bareng film G30S/PKI berdurasi sekitar empat jam, Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo terlihat serius.
Instruksi Gatot Nobar G30S/PKI Dinilai Menambah Perpecahan Bangsa
Instruksi Gatot Nurmantyo nobar G30S/PKI dinilai menambah perpecahan bangsa. Tadinya Gatot menghindari agar tidak terpecah-belah.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.