China Terus Memasang Poster Ancam Perang Melawan Taiwan

Penggunaan poster warna-warni dan penggunaan kata-kata keras oleh militer China yang mengisyaratkan perang dengan saingan politik lamanya
Seorang prajurit Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang memakai masker saat melarang fotografer memotret di depan Balai Besar Rakyat China di Beijing, 25 Mei 2020 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Penggunaan poster warna-warni dan penggunaan kata-kata keras oleh militer China yang mengisyaratkan perang dengan saingan politik lamanya, Taiwan, lebih ditujukan untuk mempertahankan pasukannya sendiri agar tetap waspada dan membuat Partai Komunis tampak kuat ketimbang membuat orang Taiwan marah, seperti yang dikatakan oleh beberapa ahli.

Para analis itu yakin, poster-poster yang didistribusikan secara online di China itu, termasuk yang ditemukan bulan ini yang bertuliskan "Bersiaplah untuk perang," memicu Tentara Pembebasan Rakyat untuk bersiap menghadapi konflik apa pun. Mereka mengatakan militer Taiwan yang selama bertahun-tahun kerap melihat poster semacam itu tidak perlu khawatir.

Poster-poster sebelumnya yang menarget Taiwan menunjukkan sejumlah ledakan terjadi di atas peta Taiwan dan kapal-kapal China menyerang sebuah muara sungai di utara Taipei. Kedua belah pihak belum pernah berperang sejak serangkaian pertempuran kecil di pulau-pulau terpencil sekitar 50 tahun yang lalu.

Poster tentara China yang dikeluarkan tahun 1958 bertuliskan “Kita harus membebaskan Taiwan”, poster bertahun 1954 bertuliskan “Selamatkan rekan-rekan Taiwan kita” dan satu poster dari tahun 1950 mengatakan “Mengirim Tentara Pembebasan Rakyat untuk menggulingkan Taiwan! Laksanakan perang revolusioner sampai selesai!.”

“Ini benar-benar menekankan solidaritas domestik, rakyat harus siap, dan juga memperkuat posisi kekuasaan PKC (Partai Komunis China),” kata Andrew Yang, sekretaris jenderal lembaga think-tank Dewan Kajian Studi Kebijakan Lanjutan China di Taiwan.

Tentara Pembebasan Rakyat ChinaTentara Pembebasan Rakyat China dalam formasi barisan selama parade memperingati 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China di Beijing, 1 Oktober 2019 (Foto: voaindonesia.com/AP)

China telah mengklaim kedaulatan atas Taiwan sejak perang saudara China tahun 1940-an, ketika partai Nasionalis kalah dari Komunis dan melarikan diri ke pulau yang berjarak 160 kilometer dari China daratan. Pemerintah Komunis bersikeras agar kedua belah pihak bersatu dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mengejar ambisi itu meskipun mengatakan lebih memilih unifikasi damai.

Hubungan memburuk sejak 2016, ketika Presiden Tsai Ing-wen menjabat di Taipei dengan dukungan partai politik yang berpandangan keras terhadap Beijing. Selama lima tahun terakhir, China telah mengurangi pariwisata ke Taiwan, membujuk beberapa sekutu diplomatik Taiwan untuk beralih kesetiaan dan menerbangkan pesawat militer melewati wilayah udara Taiwan.

Para analis yakin, poster-poster itu tidak mengisyaratkan perang di masa yang akan datang, karena China lebih memilih untuk menghindari konflik meskipun mempertahankan diri sebagai militer terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan Rusia.

Hubungan militer yang sesungguhnya “sebenarnya tidak begitu tegang,” kata Huang Kwei-bo, wakil dekan perguruan tinggi urusan internasional di Universitas Nasional Chengchi di Taipei.

Poster-poster muncul “untuk pelatihan militer dan juga untuk kesiapsiagaan, mereka selalu melakukan banyak hal terkait psikologi dan moral,” kata Huang.

Situs harian China Daily yang dikelola pemerintah Beijing pada 2017 mengakui upaya untuk “meningkatkan moral militer,” ketika Presiden China Xi Jinping memberikan penghargaan kepada 10 perwira untuk kontribusi khusus mereka. Tentara sering menghabiskan sebagian besar waktu dalam setahun jauh dari keluarga.

Setahun sebelumnya, kantor-kantor berita mengutip sejumlah pejabat rendahan China yang mengatakan telah mengorbankan kewajiban keluarga untuk bekerja di kapal induk tetapi mendapati tugas mereka bermanfaat.

Negara-negara komunis biasanya menggunakan poster dan pesan lain untuk menciptakan "pemicu" yang memajukan "perjuangan rakyat" dan akhirnya memobilisasi rakyat "untuk perjuangan melawan musuh," kata sebuah laporan dalam artikel yang tersimpan di pangkalan data Arsip Internet Marxis.

pesawat chinaFoto handout ini diambil dan dirilis pada 11 Mei 2018 oleh Kementerian Pertahanan Taiwan menunjukkan pesawat tempur F-16 milik Angkatan Udara Taiwan sedang terbang di samping pesawat pengebom H-6K milik Angkatan Udara China (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Pemerintah China selama beberapa dekade telah mengeluarkan poster berwarna-warni dan sering kali “disertai foto-foto” untuk meningkatkan kepercayaan pada partai yang berkuasa di kalangan penduduknya, kata Sean Su, seorang analis politik independen di Taipei. Poster-poster sebelumnya menunjukkan China bisa memenangkan perang melawan Amerika, tambahnya.

Tahun ini Partai Komunis China merilis film, memberikan pidato, menampilkan spanduk dan menempatkan laporan dalam berita China untuk peringatan 100 tahun pendirian partai. Poster terbaru yang ditujukan kepada Taiwan mungkin menjadi bagian dari upaya ini, kata Yang.

“Korea Utara memproduksi hal seperti ini setiap bulan, jadi ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan,” kata Su. “Negara-negara otoriter suka berbicara keras. China mengeluarkan hal-hal ini hampir setiap tahun, tetapi tujuan sebenarnya dari hal-hal ini adalah untuk meningkatkan militernya dan mempertahankan kesiapannya.” (my/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
China Keberatan Ada Pembicaraan Dagang Amerika dan Taiwan
Amerika mengatakan pihaknya sangat menantikan pembicaraan perdagangan minggu ini dengan Taiwan, China menolak hal itu
Jet Tempur China Masuk ke Wilayah Angkasa Taiwan
Lebih dari dua lusin pesawat tempur China memasuki wilayah Angkasa Taiwan pada hari Selasa, 15 Juni 2021
China Dituding Taiwan Eksploitasi Vaksin Demi Tujuan Politik
China sedang mencari keuntungan politik di luar negeri sebagai imbalan menyediakan vaksin dan bantuan pandemi lain
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi