Cerita Jakarta: Peran Gubernur Jakarta di Peristiwa Rengasdengklok

Kelompok ini dipimpin oleh Daan Jahja. Kelompok Perapatan 10 bertugas menculik Mohammad Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok sebagai persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Hasil keputusan disampaikan kepada Ir Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggungjawab sebagai ketua PPKI. (Foto: Wikipedia)

Jakarta, (Tagar 23/7/2018) - Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" dan “Perapatan 10” terhadap Soekarno dan Hatta.

Sebagaimana dikutip dari Wikipedia, Perapatan 10 adalah satu dari dua kelompok pemuda yang paling menonjol pada masa kemerdekaan Indonesia. Kelompok Prapatan 10 yang bermarkas di Jalan Prapatan 10, Jakarta merupakan pengikut Sutan Sjahrir. Kelompok ini dipimpin oleh Daan Jahja. Kelompok Perapatan 10 bertugas menculik Mohammad Hatta dan membawanya ke Rengasdengklok sebagai persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan kelompok Menteng 31 pimpinan Chaerul Saleh membawa Soekarno. Kelompok Menteng 31 adalah pengikut Tan Malak. Kedua kelompok ini menuntut agar Soekarno-Hatta cepat-cepat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

Pada waktu itu Soekarno dan Moh Hatta, tokoh-tokoh tua menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang dan menjadikan seolah-olah kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian Jepang.

Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang.

Hasil keputusan disampaikan kepada Ir Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggungjawab sebagai ketua PPKI. Sejarah mencatat, akhirnya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dilaksanakan sesuai kemauan pemuda, pada Jumat 17 Agustus 1945.

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.