Jakarta, (Tagar 27/4/2018) - Novi Wahyuningsih miliarder milenial kelahiran 1991 asal Kebumen, pencipta Callind menceritakan awal mula munculnya ide penciptaan aplikasi chatting itu.
Waktu itu Novi mahasiswa semester dua Jurusan Akuntasi Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Gadjah Mada. Uang kiriman orangtuanya hanya Rp200 ribu, tidak cukup untuk biaya hidup di Yogyakarta, apalagi membeli buku-buku kesukaannya. Ia sangat menyenangi membaca buku, seminggu ia membaca minimal dua buku.
Ia yang tadinya pendiam dan hanya fokus cumlaude nilai di kampus dipaksa keadaan, berpikir keras bagaimana cara menyiasati situasi itu. Hanya ada satu pilihan yaitu ia harus bekerja. Akhirnya ia mendapat pekerjaan sebagai penjaga warnet. Pagi sampai sore kuliah, malamnya ia kerja di warnet.
Ketika menjadi penjaga warnet itu Novi mulai belajar trading, membuat blog, website, dan sedikit menjadi hacker. Ia bercerita, kemampuannya membuat aplikasi chatting juga berawal dari menjadi penjaga warnet itu.
Waktu itu tahun 2011 terbersit di benaknya menciptakan aplikasi chatting, seperti media sosial untuk berkomunikasi. Ia membayangkan aplikasi itu untuk memberikan kemudahan pada masyarakat untuk berkomunikasi, juga mempromosikan usahanya.
Ia memikirkan aspek bisnis, terinspirasi dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 256 juta orang. Menurutnya, jumlah penduduk sebesar itu merupakan market yang luar biasa, atau istilahnya sangat cantik dalam dunia bisnis.
Kini ia sudah meluncurkan Callind di tengah masyarakat tepat di Hari Kartini 21 April 2018. Ia fokus agar aplikasi ciptaannya ini bisa diterima pasar dunia.
Novi berterima kasih pada masa lalunya yang tidak mudah, termasuk masa ketika ia harus diam-diam tanpa sepengetahuan orangtua, nekat menggadaikan sepeda motor kesayangannya seharga Rp3 juta untuk modal bisnis multi level marketing. Pada masa itu ia belajar leadership dan marketing.
Ia juga bersyukur pernah jadi penjaga warnet, karena tanpa itu tak akan pernah lahir Callind. (af)