Blunder, Nyinyiran Roy Suryo Jadi Bumerang

Nyinyiran Roy Suryo terkait kesuksesan Asian Games 2018 mendapat respons balik negatif dari publik.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat Roy Suryo. (Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso)

Jakarta, (Tagar 6/9/2018) – Asian Games 2018 sudah berakhir, namun tidak dengan kenangannya. Tahun ini, dalam ajang olahraga terbesar di Asia itu Indonesia berhasil menorehkan prestasi yang gemilang.

Dengan perolehan 31 medali emas, 24 medali perak, dan 43 medali perunggu, Indonesia berhasil menduduki peringkat empat tertinggi mengalahkan 41 negara lainnya.

Prestasi ini mendapat apresiasi dari semua kalangan, bahkan beberapa media asing ternama ikut memberitakan kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games ke-18 ini.

Tapi tidak bagi Roy Suryo. Pria bernama lengkap Kanjeng Raden Mas Tumenggung Roy Suryo Notodiprojo justru tidak puas dengan prestasi yang ditorehkan para atlet tanah air.

Melalui status Twitternya di akun @KRMTRoySuryo2, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) periode 2013-2014 itu membandingkan prestasi para atlet ketika era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Jokowi saat ini.

Menurut politikus Partai Demokrat itu, saat era kepemimpinan SBY Indonesia menjadi juara umum dalam ajang SEA Games 2011 Jakarta-Palembang, dan juara umum dalam ajang Islamic Solidarity Games 2013 Palembang.

"Tweeps, Jangan lupa Indonesia selaku TUAN RUMAH : 2011 Sea Games JUARA UMUM, 2014 (2013) Islamic Solidarity Games JUARA UMUM. Sekarang (Asian Games) #4 Selamat," tulis Roy Suryo, Sabtu (1/9).

Sedangkan pencapaian atlet ketika masa Jokowi, Indonesia berada di urutan kelima dalam SEA Games 2017 Kuala Lumpur, Malaysia, dan berada di urutan ke delapan ajang Islamic Solidarity Games 2017 Baku, Azerbaijan.

"Tweeps, Jangan lupa prestasi Indonesia di era ini : 2017 Sea Games di Malaysia urutan 5, 2017 Islamic Solidarity Games di Baku urutan 8," tulis Roy Suryo lagi.

Ciutan Roy Suryo pun dibanjiri komentar pedas netizen, salah satunya adalah akun @Robin_vanpersis yang menyindir Roy Suryona lantaran dia tak hafal lagu Indonesia Raya.

“Tweeps, Jangan lupa Roy Suryo adalah satu-satunya menpora yg tidak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya. #Selamat,” tulis akun tersebut, Sabtu (1/9).

Sedangkan dalam akun lainnya yakni @haristantra yang menyebut ajang Asian Games tidak dapat disandingkan dengan SEA Games.

Bapak Roy Suryo yg terhormat, Sea Games dengan Asian Games beda sekali pak. Klo Sea Games = pesertanya negara2 Asia Tenggara Klo Asian Games = pesrtanya seluruh benua Asia. skop-nya lebis luas. Mosok rek bekas Menpora gak ngerti bedanya,” cuit akun tersebut, Sabtu (1/9).

Kebakaran Jenggot

Menurut Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Adi Prayitno menilai ungkapan nyinyir yang ditulis Roy Suryo merupakan kesalahan yang menjadi bumerang untuk dirinya.

“Ini adalah pesta olahraga yang menandai kemenangan rakyat Indonesia. Tak perlu dibanding-bandingkan dengan prestasi presiden sebelumnya. Ungkapan nyinyir Roy Suryo justru blunder karena mendapat respons balik negatif dari publik,” papar Adi kepada Tagar, Kamis (6/9).

Adi PrayitnoPengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. (Foto: dok)

Atas kelakuan Roy Suryo tersebut, Adi pun menduga yang bersangkutan tengah kebakaran jenggot oleh keberhasilan atlet Indonesia di era Menpora Imam Nahrawi yang mendapat dukungan penuh oleh Jokowi.

“Apapun yang terjadi kita semua yang menanggung bersama. Bukan keberhasilan atau kegagalan kelompok tertentu saja. Roy tak perlu kebakaran jenggot dengan capaian Indonesia di Asian Games,” tandasnya lagi.

Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu, tidak saja nama Roy Suryo yang menjadi bulan-bulanan masyarakat Indonesia. Namun, ada citra partainya yang ikut dirugikan oleh perilaku Roy Suryo.

“Roy juga sepertinya kurang sensitif di tengah euforia, ia malah nyinyir. Suasanya gak pas. Jadi wajar dia diserang balik ramai-ramai. Efeknya bukan hanya dirinya yang 'ditelanjangi', tapi citra Demokrat dirugikan,” tukas Adi.

Ada Kepentingan Politik

Sementara itu, Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai adanya tujuan mendiskredit pemerintah untuk kepentingan pemilihan presiden (Pilpres) 2019.

“Ya saya pikir jelas ada motivasi politik untuk mendiskreditkan pemerintah untuk kepentingan 2019,” ujar Wasisto saat diwawancarai Tagar, Kamis (6/9).

Wasisto Raharjo JatiWasisto Raharjo Jati. (Foto: Instagram/@wasistojati)

Hal ini, lanjut Wasisto, tentu untuk menyerang oposisi agar melemahkan klaim pemerintah sekarang dengan cara membandingkan capaian-capaian pemerintahan sebelumnya.

“Ini bagian dari upaya oposisi untuk melemahkan klaim pemerintah sekarang dengan membandingkan capaian sebelumnya yang masih parsial melihatnya,” tegas dia.

Sebagimana diketahui, di Demokrat sendiri Roy Suryo memiliki jabatan yang cukup tinggi, yaitu sebagai wakil ketua umum partai. Posisi itu ia jabat usai dirinya tak lagi menjadi Menpora.

Roy Suryo juga pernah menjadi pembawa acara e-Lifestyle di salah satu stasiun televisi selama lima tahun. Oleh media massa Indonesia Ia sering dijuluki sebagai pakar informatika, multimedia, dan telematika.

Dilansir dari Wikipedia, usai menuntaskah kuliahnya pada Jurusan Ilmu Komunikasi UGM tahum 1991-2001 ia lalu mengajar di Jurusan Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia tahun 1994-2004.

Roy Suryo juga pernah tercatat sebagai pengajar tamu di Program D-3 Komunikasi UGM, mengajar fotografi untuk beberapa semester namun tidak berstatus sebagai dosen tetap UGM.

Selain itu, Roy Suryo pernah meraih penghargaan dari lomba fotografi tingkat nasional serta penghargaan dari berbagai pihak, di antaranya dari Kadin bidang Telematika, Menteri Perhubungan Agum Gumelar, Majalah Trend Digital, Telkomsel, dan Garuda Indonesia.

Tak hanya di bidang Telematika, Roy Suryo juga ikut dalam kepengurusan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia, Federasi Perkumpulan Seni Foto Indonesia, dan tercatat sebagai salah satu konsultan teknis di situs resmi SBY.

Kemudian, pada tanggal 15 Januari 2013 lalu Roy Suryo resmi ditunjuk oleh SBY sebagai Menpora pengganti Andi Mallarangeng yang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK atas keterlibatannya dalam kasus Korupsi Hambalang.

Pada tanggal 25 September 2008 untuk pertama kalinya kepakaran Roy Suryo dipertanyakan di depan lembaga hukum.

Salah satu situs berita menyampaikan bahwa Assegaf, pengacara Habib Rizieq, keberatan jika Roy Suryo sebagai saksi ahli telematika dalam kasus tragedi Monas.

Assegaf menegaskan bahwa latar belakang pendidikan Roy Suryo dari fakultas ilmu sosial dan politik tidak ada kaitannya dengan telematika. Ditambah pula pihaknya belum pernah menemukan tesis ilmiah Roy Suryo di bidang Telematika.

Habib Rizieq pun menuduh Roy Suryo sebagai plagiator pada kasus klaim penemuan Lagu Indonesia Raya 3 Stanza, sehingga kapasitas kepakarannya sangat diragukan. []


Berita terkait
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara