Bisakah Invasi Rusia ke Ukraina Dorong China Invasi Taiwan?

Para pengamat percaya invasi sepihak Rusia ke Ukraina bisa saja membuat China berani serang Taiwan, yang diklaim Beijing bagian wilayahnya
Waspada terhadap China, Taiwan serukan kewaspadaan di tengah eskalasi Ukraina (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Para pengamat percaya invasi sepihak Rusia ke Ukraina bisa saja membuat China berani menyerang Taiwan, yang diklaim Beijing bagian dari wilayahnya. Bagaimana reaksi Barat terhadap potensi invasi China ke Taiwan tersebut? William Yang melaporkannya untuk DW.

Ketika Rusia terus mengebom kota-kota Ukraina, pengamat memperhatikan dengan seksama reaksi China terhadap situasi tersebut. Benang merah tengah ditarik antara tindakan Rusia di Ukraina dan klaim China atas Taiwan. Posisi resmi China dalam konflik Ukraina tetap tidak jelas, meskipun Beijing menolak perbandingan antara Taiwan dan Ukraina.

Sebelumnya, pada tanggal 23 Februari 2021, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, mengatakan perbandingan antara Taiwan dan Ukraina menunjukkan "kurangnya pemahaman paling mendasar tentang sejarah masalah Taiwan."

"Taiwan bukan Ukraina," katanya, menegaskan kembali bahwa Taiwan adalah "bagian tak terpisahkan dari wilayah China." Chunying menuduh pihak berwenang Taiwan menjadikan masalah Ukraina sebagai "topik hangat."

Terlepas dari pernyataan resmi China tentang konflik Ukraina, otoritas Taiwan menyatakan keprihatiannya atas perkembangan yang terjadi di Ukraina.

Beijing telah lama mengklaim kedaulatan atas Taiwan dan telah berjanji untuk merebutnya suatu hari nanti, dengan kekerasan, jika diperlukan

presiden taiwanPresiden Taiwan, Tsai Ing-wen di Taipei, 28 Desember 2021 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

1 Persamaan dan perbedaan antara Ukraina dan Taiwan

Pemerintah Taiwan telah mengutuk invasi Rusia ke Ukraina, menekankan perbedaan antara situasi di Taiwan dan Ukraina.

"Saya ingin menekankan bahwa situasi di Ukraina pada dasarnya berbeda dengan yang ada di Selat Taiwan," kata Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, dalam sebuah pernyataan pada 25 Februari 2022.

"Selat Taiwan memberikan pembatas alami, dan Taiwan memiliki kepentingan geostrategisnya sendiri yang unik. Militer kami berkomitmen untuk membela tanah air kami dan terus meningkatkan kemampuannya untuk melakukannya, dan mitra global kami berkontribusi pada keamanan kawasan kami, memberikan kami keyakinan kuat akan keamanan Taiwan," tambah Tsai.

Beberapa pengamat mengatakan bahwa sementara China menolak perbandingan antara Ukraina dan Taiwan, pemerintah di Beijing masih menganalisis reaksi masyarakat internasional terhadap invasi Rusia ke Ukraina.

"Beijing pasti akan menarik pelajaran yang dapat digunakan dalam strateginya menuju Taiwan," kata Bonnie Glaser, Direktur Asia Program di German Marshall Fund kepada DW.

"China akan mengamati kekompakan NATO dan aliansi Amerika Serikat (AS) lainnya, dan kesediaan mereka untuk mengeluarkan biaya dalam menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Mereka akan mengikuti dengan cermat buku pedoman perang hibrida Rusia, dan bagaimana menggabungkan disinformasi dengan serangan siber untuk memengaruhi situasi di lapangan dan membentuk opini publik terhadap konflik," tambahnya.

Para pengamat keamanan juga berpandangan bahwa China menyadari perbedaan logistik antara invasi Moskow ke Ukraina dan kemungkinan serangannya ke Taiwan. Sementara militer Rusia dapat menyeberang ke Ukraina, China tidak dapat melakukan hal yang sama dalam potensi konflik dengan Taiwan, demikian menurut Chen Fang-Yu, seorang profesor ilmu politik di Universitas Soochow di Taiwan.

"China akan menilai di mana peluangnya, dan apa yang bisa mereka ambil dari krisis Ukraina," kata Chen kepada DW.

Lev Nachman, seorang peneliti pascadoktoral di Pusat Studi China Fairbank Universitas Harvard, AS, mengatakan bahwa China sedang mencoba untuk menyeimbangkan tindakannya dalam menghadapi konflik Ukraina.

"China ingin memberi diri mereka ruang diplomatik sehingga orang tidak perlu mengharapkan China untuk berperilaku agresif seperti yang dilakukan Rusia, setidaknya dalam jangka pendek," katanya kepada DW.

"Jika ini adalah momen China untuk merebut kembali Taiwan, mereka tidak akan bertindak dengan cara yang sama seperti Rusia," tambahnya.

Bendera Taiwan perayaan kemerdekaan 7 Oktober 2021Bendera Taiwan dalam perayaan kemerdekaan 7 Oktober 2021 (Foto: dw.com/id)

2 Bagaimana Barat akan menanggapi potensi serangan China?

Para pengamat mengatakan bahwa tanggapan Barat terhadap potensi konflik antara China dan Taiwan kemungkinan akan berbeda dari bagaimana mereka menanggapi perang di Ukraina. Sejauh ini, negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Moskow dan memasok peralatan militer sebagai cara mereka mendukung Ukraina.

Nachman pun mengatakantanggapan AS akan berbeda dengan potensi agresi China terhadap Taiwan.

"AS kemungkinan akan melakukan intervensi jika Taiwan diserang oleh China," katanya. "Jika Taiwan terlalu provokatif, yang sangat kecil kemungkinannya, maka kemungkinan dukungan militer AS akan berkurang. Taiwan tidak serta merta memiliki cek kosong untuk berasumsi bahwa ia dapat melakukan apa pun yang diinginkannya dan AS akan mempertahankannya," tegas Nachman.

Selain itu, Glaser mengatakan bahwa AS kemungkinan akan melakukan intervensi militer jika China menyerang Taiwan tanpa alasan.

Sementara AS telah lama menjunjung tinggi konsep "ambiguitas strategis" vis-a-vis Taipei, Chen percaya ada tanda-tanda bahwa kebijakan Washington terhadap Taiwan menjadi lebih lugas dari hari ke hari.

"Sejak Biden menjabat, pemerintah AS telah menyoroti pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dalam banyak pernyataan diplomatik yang dikeluarkannya dengan sekutu," katanya kepada DW.

"Ini menunjukkan bahwa Washington sangat peduli dengan situasi di seberang Selat Taiwan. Sebaliknya, AS tidak pernah membuat pernyataan serupa tentang Ukraina, dan tetap mempertahankan bahwa mereka tidak akan mengirim pasukan ke Ukraina," tambahnya.

Dalam pernyataan publiknya pada hari Jumat, 25 Februari 2022, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa Taipei terus memperkuat pertahanan sipil dan kemampuannya untuk melawan perang kognitif, yang dapat mencegah kekuatan eksternal menggunakan situasi di Ukraina untuk membuat dan menyebarkan disinformasi yang bertujuan merusak moral di kalangan rakyat Taiwan [Ed: rap/hp]/dw.com/id. []

Awal Konflik Antara Taiwan dan China

Takut Dicuri China Taiwan Tingkatkan Perlindungan Teknologi Cip

Taiwan Waspadai China di Tengah-tengah Krisis Ukraina

China dan Taiwan Saling Kecam Soal Masa Depan Taiwan

Berita terkait
Gaji Presiden, Wapres dan PM Taiwan Akan Donasikan untuk Ukraina
Presiden Tsai bercita-cita tunjukkan bahwa Taiwan adalah anggota komunitas internasional yang bertanggung jawab meski terisolasi secara diplomatik
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"