Bisakah Biden Perbaiki Hubungan Jerman dan Amerika Serikat

Selama kepemimpinan Presiden Donald Trump hubungan antara Jerman dan Amerika Serikat (AS) retak bahkan ada pada titik terendah hubungan Translantik
Hubungan antara Merkel dan Trump tidak mulus (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Setelah empat tahun kepemimpinan Presiden Donald Trump, persahabatan antara Jerman dan Amerika Serikat (AS) retak. Kebanyakan orang Jerman berharap Joe Biden akan keluar sebagai pemenang. Tapi, dapatkah kelak Biden sebagai presiden memperbaiki ikatan yang rusak?

Titik terendah hubungan Transatlantik berada pada masa kepresidenan Donald Trump? Peter Beyer tidak perlu berpikir lama sebelum menjawab. "Saat dia menyebut Eropa sebagai musuh pada Agustus 2018," katanya. "Sebuah batas telah dilintasi saat itu," kata Beyer, koordinator Transatlantik pemerintah Jerman yang juga anggota parlemen. "Anda tidak ingin mendengar itu dari siapa pun, dan tentunya bukan dari presiden AS."

Pernyataan itu hanyalah salah satu dari sekian banyak yang mengungkapkan sikap Presiden Trump terhadap Eropa, Jerman, dan Kanselir Merkel. Selama masa jabatan empat tahun, banyak yang berubah antara Washington dan Berlin, kata Beyer. Apalagi dalam hal komunikasi. "Kami benar-benar terbiasa berdiskusi satu sama lain. Kami harus banyak belajar dalam hal ini." Misalnya, ketika Trump mengumumkan dia akan membalikkan kebijakan puluhan tahun pascaperang dan menarik pasukan AS dari Jerman. "Kami mengetahui hal itu dari laporan di Wall Street Journal dan kemudian tidak terdengar apa-apa selama seminggu penuh," kata Beyer.

1. Taipan dan Fisikawan

Hubungan Trump dan Merkel tampak semakin dingin di setiap pertemuan. Presiden konglomerat real estate ini dikenal keras dan sering kasar; sedangkan kanselir adalah seorang fisikawan yang cenderung menjadi lambang ketenangan. Tetapi keduanya tidak hanya berbeda dalam gaya - mereka juga berbeda secara politik, baik dalam perlindungan iklim, perdagangan global, kebijakan pengungsi, atau yang terbaru dalam penanganan pandemi virus corona dan dampaknya.

posisi capresPosisi suara pada 5 November 2020, pukul 12.44 PM (Foto: dw.com/id)

Ini tidak hanya berlaku di tingkat politik. Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian opini Civey, hanya 13% orang di Jerman yang ingin melihat Trump memenangkan masa jabatan kedua.

Hanya pendukung sayap kanan, Partai AfD, yang mendukung Trump. Lebih dari dua pertiga dari mereka mengharapkan kemenangan oleh petahana. Tetapi, terlepas dari keuntungan partai dalam beberapa tahun terakhir, terutama di negara bagian yang tertekan secara ekonomi di bekas Jerman Timur, AfD masih tetap menjadi partai pinggiran, dengan dukungan sekitar 13% di seluruh Jerman secara keseluruhan.

2. Tidak Bisa Lebih Buruk Lagi

"Setiap orang yang berakal sehat mengharapkan kemenangan Biden pada 3 November," kata Johannes Kindler. Pria berusia 74 tahun itu telah mengalami masa keemasan persahabatan Jerman-Amerika. Dia adalah seorang penasihat pemerintah di Kanselir Federal selama masa kepresidenan Reagan, Bush dan Clinton. "Ini tidak bisa lebih buruk lagi," kata Kindler, mengacu pada presiden AS saat ini.

"Saya khawatir fondasi atau pilar jembatan Transatlantik ini juga terkikis," kata anggota parlemen konservatif Beyer. Dunia telah berubah secara fundamental, katanya, dengan perubahan geostrategis yang sangat besar. "Ini adalah sesuatu yang tidak ingin kami sadari untuk waktu yang lama. Lagi pula, selalu begitu nyaman untuk menjalani kehidupan yang baik di bawah payung pelindung Amerika. Itu tidak mungkin lagi."

Di bawah Biden, komunikasi dengan Washington pasti akan meningkat, Beyer menambahkan. Tetapi Biden juga kemungkinan akan menuntut peran kebijakan luar negeri yang lebih aktif dari Jerman, kata Beyer, misalnya terkait dengan pengeluaran pertahanan. "Biden akan mengharapkan setidaknya seperti (yang diharapkan) Trump dari kita."

3. Harapan Akan AS yang Hijau

Franziska Brantner, anggota parlemen Partai Hijau Jerman untuk urusan Eropa, setuju. "Konflik di lingkungan terdekat kita adalah konflik Eropa. Bahkan dengan seorang presiden dari Partai Demokrat, kita yang akan bertanggung jawab atas hal itu di masa depan," kata Brantner kepada DW.

"Itulah mengapa kita akhirnya harus mendefinisikan kebijakan luar negeri Jerman kita dengan cara Eropa. Kita harus menemukan kesamaan Eropa sehingga kita masih dapat bertindak sebagai orang Jerman dan Eropa." Jika Trump tetap menjabat, ini akan lebih berlaku lagi, katanya.

Tetapi ada satu masalah di mana Brantner sepenuhnya mengandalkan Biden: perlindungan iklim. Sementara Trump berulang kali mempertanyakan realitas apakah benar perubahan iklim adalah buatan manusia, penantangnya ingin mengubah iklim AS menjadi netral pada tahun 2050.

"Saya penuh harapan bahwa ini akan memperkuat Perjanjian Iklim Paris," kata Brantner. "Kami bahkan mungkin mendapatkan Kesepakatan Hijau Transatlantik, berinvestasi bersama dalam teknologi dan menetapkan standar umum yang berkaitan dengan emisi CO2." (vlz/ae)/Peter Hille/dw.com/id. []

Berita terkait
Robocall Minta Warga AS Tidak Keluar Rumah di Hari Pilpres
Robocall misterius mendesak agar warga Amerika Serikat di rumah saja pada hari Pilpres, 3 November 2020
Tiga Skenario Hasil Pilpres Amerika Serikat Tahun 2020
Tiga skenario hasil Pilpres AS 2020 yitu kemenangan mulus Biden hingga keunggulan mengejutkan Trump yang bisa terjadi
Pilpres Amerika Serikat Demokrasi Tak Langsung dan Misoginis
Hari ini, 3 November 2020, rakyat Amerika Serikat akan memilih kandidat presiden antara Trump atau Biden yang sebenarnya bukan pemilihan langsung
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.