Biden Bersedia Bicara dengan Putin Asalkan Rusia Tidak Invasi Ukraina

Biden telah menyetujui pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, “pada prinsipnya,” dan hanya jika Rusia “tidak melanjutkan aksi militer”
Kolase foto Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan Presiden , Vladimir Putin (Foto: (Foto: voaindonesia.com/VOA - Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin via AP)

Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah menyetujui pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, “pada prinsipnya,” dan hanya jika Rusia “tidak melanjutkan aksi militer,” kata Gedung Putih pada Minggu, 20 Februari 2022, malam.

Pernyataan dari sekretaris pers Jen Psaki menyebutkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov akan terlebih dulu mengadakan pembicaraan pekan ini di Eropa.

Keterlibatan diplomatik ini berlangsung pada waktu AS memperingatkan kemungkinan invasi Rusia ke Ukraina, dengan para pejabat menjelaskan bahwa AS dan sekutu-sekutu Baratnya siap menjatuhkan sanksi-sanksi hukuman sambil tetap memprioritaskan resolusi damai bagi krisis yang telah berlangsung berbulan-bulan.

psaki gedung putih feb 22Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki, berbicara pada konferensi pers di Gedung Putih di Washington, AS, 16 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Kevin Lamarque)

“Kami selalu siap untuk diplomasi,” kata Psaki. “Kami juga siap untuk menetapkan konsekuensi yang cepat dan berat apabila Rusia memilih perang. Dan sekarang ini, Rusia tampaknya melanjutkan persiapan untuk serangan berskala penuh terhadap Ukraina dalam waktu sangat dekat.”

Niat tersebut ditegaskan Anthony Blinken dalam wawancara, Minggu pada acara NBC's Meet the Press. "Saya menghubungi Menteri Luar Negeri Lavrov beberapa hari yang lalu, menyarankan agar bertemu minggu mendatang di Eropa untuk mungkin mengadakan pembicaraan yang memungkinkan kita untuk mencegah perang dan mengatasi masalah keamanan yang menjadi keprihatinan kita semua di Amerika, Eropa, dan Rusia dalam percakapan itu.”

Kegiatan diplomatik itu terjadi sementara Amerika memperingatkan potensi invasi Rusia ke Ukraina, dengan para pejabat menjelaskan bahwa AS dan sekutu Baratnya siap menjatuhkan sanksi meskipun tetap memprioritaskan resolusi damai untuk krisis yang sudah berlangsung selama berbulan-bulan.

Jubir Kremlin Dmitry PeskovJuru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Evgenia Novozhenina)

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, 21 Februari 2022, mengatakan kepada wartawan bahwa belum ada rencana konkret bagi pertemuan Biden-Putin, dan pertemuan semacam itu “mungkin saja jika para pemimpin menganggapnya dapat dilakukan.”

Sementara itu di Rusia, meskipun juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan belum ada rencana konkret untuk pertemuan Biden-Putin, namun Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, Senin mengatakan akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, Kamis, 24 Februari 2022, di Jenewa.

blinken di pbbMenteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, berpidato di depan Dewan Keamanan PBB di New York, AS, 17 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Selama pertemuan darurat dewan keamanan Kremlin, Sergei Lavrov mengatakan telah berbicara dengan Blinken tentang tuntutan keamanan Rusia dan bahwa pertemuan lebih lanjut "dijadwalkan pada 24 Februari di Jenewa".

Selama pertemuan darurat dewan keamanan Kremlin, Sergei Lavrov mengatakan telah berbicara dengan Blinken tentang tuntutan keamanan Rusia dan bahwa pertemuan lebih lanjut "dijadwalkan pada 24 Februari di Jenewa".

Moskow telah meminta jaminan Barat yang mengikat bahwa Ukraina tidak akan pernah diizinkan untuk bergabung dengan NATO, juga menuntut agar aliansi pertahanan yang dipimpin AS menarik kembali pasukannya dari Eropa timur.

Krisis Ukraina, 21 Februari 2022, meningkat tajam dengan Moskow mengklaim telah membunuh lima "pelaku sabotase" Ukraina yang menyeberang ke wilayahnya.

Presiden Putin, Senin, 21 Februari 2022, juga mengatakan tidak lagi merasa kesepakatan 2015 yang disepakati dengan Prancis, Jerman dan Kyiv akan mampu menyelesaikan konflik separatis Ukraina.

Presiden Putin yang berbicara kepada dewan kemanannya dan wakil kepala Staf Kremlin Dmitry Kozak mengatakan tidak ada prospek untuk mengimplementasikan perjanjian damai Minsk 2015, yang disepakati di ibu kota Belarusia untuk mengakhiri pertempuran antara tentara Ukraina dan pemberontak pro-Moskow di timur negara itu.

Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara dengan pemimpin AS dan Rusia hari Minggu dan mengatakan kedua pihak telah menyetujui prinsip mengenai KTT.

presiden ukraina liat senjata antitankPresiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy (kiri tengah) ditunjukkan senjata anti-tank NLAW selama latihan militer di luar kota Rivne, Ukraina utara, 16 Februari 2022. (Foto: voaindonesia.com - Kantor Pers Kepresidenan Ukraina via AP)

Ukraina menyambut baik prakarsa itu. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, mengatakan kepada wartawan bahwa “setiap upaya yang dimaksudkan untuk solusi diplomatik patut dicoba.”

“Kami berharap tentu saja, sebagai manusia, sebagai orang yang sangat ingin menghindarkan perang, kami berharap kedua presiden akan keluar ruangan dengan kesepakatan mengenai Rusia yang menarik pasukannya dari Ukraina,” kata Kuleba menjelang pertemuan dengan mitra-mitra Uni Eropa di Brussels.

Ia menambahkan, Blinken meyakinkannya bahwa tidak akan ada keputusan mengenai Ukraina yang diambil tanpa melibatkan Ukraina dan bahwa mereka akan berkoordinasi menjelang pertemuan dengan para pejabat Rusia untuk “memastikan bahwa kepentingan kami akan dipertimbangkan.”

Uni Eropa Senin juga mengumumkan bantuan pinjaman 1,4 miliar dolar AS untuk “memperkuat stabilitas” di Ukraina, menyusun bantuan serupa senilai 1 miliar dolar dari AS pekan lalu.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan ia juga berbicara dengan Macron mengenai situasi di Ukraina Timur, di mana dalam beberapa hari ini berlangsung penembakan terus menerus antara separatis Rusia dan pasukan Ukraina. Zelenskiy mencuit seruan untuk “bungkam” dan mengatakan ia mendukung pembicaraan dengan Kelompok Kontak Trilateral yang mencakup Rusia, Ukraina dan Organisasi bagi Keamanan dan Kerja Sama di Eropa.

Meskipun para pemimpin Rusia membantah rencana untuk menginvasi Ukraina, kekhawatiran bahwa Putin siap memerintahkan gerakan semacam itu telah meningkat dalam beberapa pekan ini sementara Rusia mengerahkan lebih banyak tentara dan peralatan di perbatasan dengan Ukraina, dan pengumuman bahwa latihan militer di Belarus, negara tetangga di utara Ukraina, tidak akan berakhir pada hari Minggu, 20 Februari 2022, seperti yang direncanakan. Secara keseluruhan, Rusia memiliki sekitar 150 ribu tentara di wilayah itu.

Sementara itu Blinken dalam acara televisi CNN “State of the Union” hari Minggu, 20 Februari 2022, mengatakan bahwa pengerahan oleh Rusia, serangan siber terhadap kementerian pertahanan dan bank-bank besar Ukraina pekan lalu serta pecahnya pertempuran baru di Ukraina Timur mengisyaratkan bahwa Rusia “mengikuti strateginya” menjelang perang berskala besar. “Semua yang mengarah ke invasi telah terjadi,” kata Blinken.

Separatis di Ukraina Timur telah mengklaim bahwa pasukan Kyiv sedang merencanakan serangan di sana, klaim yang dibantah Ukraina.

Pada Konferensi Keamanan Munich akhir pekan lalu, Zelenskiy mempertanyakan mengapa AS dan sekutu-sekutu Baratnya, yang telah bertekad untuk menerapkan sanksi-sanksi ekonomi yang cepat dan berat jika Rusia menginvasi Ukraina, belum melakukan hal tersebut.

Blinken mengatakan, “Begitu Anda menerapkannya, Anda kehilangan penangkis” bagi upaya mencegah invasi, dan jika Barat mengumumkan sanksi-sanksi tertentu yang akan dijatuhkannya, Rusia “dapat berencana melawannya.”

demo warga ukrainaWarga Ukraina berdemo di pusat Kota Kyiv, Ukraina, menentang kemungkinan peningkatan ketegangan antara Rusia dan Ukraina, 12 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com - Efrem Lukatsky/AP Photo)

Namun Blinken mengatakan, “Sebelum tank-tank dikerahkan” dan misil diluncurkan, para pemimpin Barat akan “berusaha melakukan semuanya untuk mengubah” pikiran Putin, “untuk membuatnya keluar dari apa yang telah ia putuskan.”

Kantor Berita Reuters melaporkan Minggu, 20 Februari 2022, malam bahwa suatu paket awal sanksi-sanksi dapat mencakup langkah untuk melarang lembaga keuangan AS memproses transaksi untuk bank-bank besar Rusia, serta menempatkan warga dan perusahaan Rusia tertentu dalam daftar Specially Designated Nationals AS, yang akan menghalangi yang mereka masuk daftar itu untuk menggunakan sistem perbankan AS, melarang mereka terlibat perdagangan dengan warga Amerika dan membekukan aset mereka di AS (uh/ab, my/jm)/Reuters/voaindonesia.com. []

Perang Hibrida Dikobarkan Rusia di Ukraina

Menhan Amerika Serukan Rusia Lakukan Deeskalasi Krisis Ukraina

Sanksi Keuangan Jadi Salah Satu Pilihan untuk Hukum Rusia

Tidak Ada Bukti Rusia Tarik Pasukan dari Perbatasan Ukraina

Berita terkait
Rusia Punya Daftar Orang Ukraina yang Akan Dibunuh atau Dikirim ke Kamp
AS ingatkan PBB bahwa mereka memiliki informasi Rusia memiliki daftar warga Ukraina yang "akan dibunuh atau dikirim ke kamp" jika terjadi invasi
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.