BI Tolak Rencana Cetak Uang Berlebih

Gubernur BI, Perry Warjiyo menolak wacana sejumlah anggota DPR yang meminta bank sentral mencetak uang lebih untuk mengatasi dampak Covid-19.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (kedua kiri), didampingi Deputi Gubernur Senior Destry Damayanti (kiri), Deputi Gubernur Erwin Rijanto (kedua kanan) dan Rosmaya Hadi di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (2/3/2020). (Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso/ama)

Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo secara tegas menolak wacana sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang meminta bank sentral untuk mencetak uang lebih banyak guna mangantisipasi dampak pandemi Covid-19. Dalam konferensi pers secara virtual pagi ini, Perry menyebut desakan tersebut dapat  mengganggu stabilitas sistem keuangan di dalam negeri.

“Pandangan itu (mencetak uang) tidak sejalan dengan kebijakan moneter yang prudent (hati-hati),” ujarnya di Jakarta, Rabu 6 Mei 2020.

Usulan mencetak uang bukan permintaan resmi dari dari DPR, melainkan inisiasi anggota perlemen tertentu

Baca Juga: Inflasi Bisa Tinggi Bila BI Cetak Uang Rp 600 T 

Menurut dia, Bank Indonesia hanya dapat melakukan fungsi mencetak uang apabila telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebab, kata Perry, ketentuan memperbanyak atau mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat telah diatur dalam undang-undang.

Sebagai contoh, apabila pendapatan domestik bruto (PDB) telah mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen dengan rate inflasi sebesar 3 persen, maka bank sentral mempunyai kewajiban menjaga stabilitas moneter dengan mencetak uang 8 persen lebih banyak dan stok 10 persen. “Kebutuhan pencetakan uang ini bisa diukur dari PDB dan inflasi,” tuturnya.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Badan Anggaran DPR mengusulkan agar pemerintah dan BI untuk mencetak uang hingga Rp 600 triliun. Tujuan pencetakan uang itu diyakini mampu menyelamatkan ekonomi Indonesia dari dampak virus corona Covid-19.

Akan tetapi wacana tersebut langsung ditolak oleh Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera di DPR Bidang Ekonomi dan Keuangan, Ecky Awal Mucharam. Menurutnya,  desakan mencetak uang akan berbahaya bagi perekonomian nasional. “Ini akan berbahaya karena bisa menjadi inflasi yang sangat-sangat tinggi atau hyper inflasi,” ucap dia.

RupiahIlustrasi uang rupiah. (Foto: Pixabay)

Ecky juga mengungkapkan bahwa usulan tersebut bukanlah permintaan resmi dari dari DPR, melainkan inisiasi anggota perlemen tertentu. “Kami tidak sependapat dengan usulan tersebut, dan dalam pembahasan dengan Komisi XI, Bank Indonesia juga telah menyampaikan tidak mengarah ke sana”, katanya.

Baca Juga: Minta BI Cetak Uang 600 T, PKS: Bukan Permintaan DPR

Senada, ekonom dari Bank Permata Josua Pardede mengingatkan risiko inflasi akan sangat terbuka apabila kebijakan mencetak uang berlebih tidak diimbangi dengan pasokan produksi yang memadai. “Akibatnya nanti harga barang-barang akan melonjak yang membuat daya beli masyarakat menurun,” ungkapnya.[]

Berita terkait
Inflasi Bisa Tinggi Bila BI Cetak Uang Rp 600 T
Usulan DPR agar Bank Indonesia mencetak uang hingga Rp 600 triliun bisa meningkatkan inflasi tinggi.
Minta BI Cetak Uang 600 T, PKS: Bukan Permintaan DPR
Anggota Komisi XI dari PKS Ecky Awal menegaskan usulan mencetak uang bukan permintaan resmi dari dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Bank Indonesia Tangkal Uang Palsu dengan 3D
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko menyatakan untuk tangkal uang palsu dengan 3D.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.