Bernard Abdul Jabbar Menyeberang dari Katolik ke Islam

Sekjen PA 212 Bernard Abdul Jabbar menceritakan kisahnya saat meneguhkan hati untuk menyeberang keyakinan dari Katolik menjadi pemeluk Islam.
Sekjen PA 212 Bernard Abdul Jabbar. (foto: suaraislam.id).

Jakarta - Sekretaris Jenderal Persaudaraan Alumni (PA) 212 Bernard Abdul Jabbar telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penculikan dan penganiayaan terhadap relawan Jokowi, Ninoy Karundeng. Bernard diketahui merupakan seorang mualaf. Sebelum menjadi seorang muslim, dia merupakan pemeluk Katolik. 

Hal tersebut dia ungkapkan secara gamblang dalam video yang diposting akun YouTube 'Masjid Nurul Iman Barata'. Di depan jemaahnya di dalam masjid, ia menceritakan rangkain proses hingga menjadi seorang muslim. 

Menurut Bernard, dia mendapatkan hidayah dari Allah dengan berhijrah dari kekafiran menuju kepada keimanan. Dia menilai, jemaah yang mendengarkan dakwahnya memiliki ilmu Islam yang lebih baik darinya.

"Soal pengalaman agama, saya lebih banyak pengalaman dari pada bapak-bapak, tetapi soal ilmu bapak-bapak yang menang, kenapa? Saya pernah kafir, bapak-bapak belum pernah kafir kan?," kata Bernard dalam video berdurasi 1 jam 22 menit itu yang diposting pada 25 Mei 2019.

Sampai hari ini keluarga besar saya sudah masuk Islam semua, walaupun lika-liku kehidupan, pahit, manis, kita rasakan.

Dia memandang, dalam kondisi sesama muslim yang menjalankan perintah salat dan membaca alquran, namun dalam hal pengalaman Bernard meyakini kisahnya lebih layak didengar. Sebab, dia sempat merasakan melahap makanan yang dilarang dalam kitab suci.

"Artinya apa? Masih menang saya karena saya pernah kafir, pernah merasakan jadi orang kafir seperti apa coba? Bapak belum pernah makan babi, saya sudah pernah. Saya sudah pernah ke gereja, bapak belum pernah ke gereja. Tetapi soal ilmu agama Islam, saya yakin bapak-bapak lebih banyak daripada saya," ujarnya.

Sekjen PA 212 ini menuturkan, sebelum menjadi pemeluk Islam yang taat, dia sempat bergelut mencari hidayah sebagai seorang penginjil dan misionaris. Saat itu dia mengemban tugas mulia untuk menyebarkan dan memantapkan misi dakwah agamanya yang lama.

"Sama juga bapak dalam Islam ada kewajiban berdakwah menyebarkan agama Islam, diperintahkan oleh Allah untuk berdakwah. Sebagaimana juga kami dulu diperintahkan Yesus Kristus untuk berdakwah dalam surat Matius pasal 28 ayat 19-20," tuturnya.

Bernard yang lahir di Malang, Jawa Timur mengaku dulunya dia merupakan pribadi taat dengan ajaran agama Katolik Roma. Dia berterus terang terlahir dari keluarga besar beragama Katolik yang taat. 

"Ordo saya ordo roma, sekte roma langsung Vatikan Paus. Paus itu pemimpin tertinggi agama Katolik, dia itu wakil Tuhan. Maka itu harus suci tidak boleh menikah sampai meninggal dunia, karena itu tuntutannya. Apalagi dalam agama kita, agama katolik, ada biarawati, bruder (rohaniawan katolik)," ucapnya.

Dia menganggap momen yang sulit dia lupa ketika mengislamkan kakak perempuannya yang merupakan seorang biarawati di Santa Ursula. Selama lima tahun Bernard mengaku berjuang untuk menjadikan kakaknya menjadi pemeluk muslim.

"Alhamdulillah setelah saya masuk Islam, saya boleh mengislamkan keluarga. Lima tahun saya dakwahi beliau ini dan akhirnya dia pun bisa masuk Islam dan menganut Islam. Sampai hari ini keluarga besar saya sudah masuk Islam semua, walaupun lika-liku kehidupan, pahit, manis, kita rasakan," ujarnya.

Namun jauh sebelum hal itu terjadi, pertama di keluarga, Bernard lebih awal yang masuk Islam dengan alasan merasa sudah kurang tertarik lagi dengan agama Katolik.

"Dalam pencarian itu saya sudah belajar tentang agama Islam. Ilmu hadis, ilmu mantik, ilmu bayan. Saya belajar lagi balagoh, kaidah fiqih dan sebagainya. Saya belajar 19 cabang ilmu dalam Islam," kata dia.

Setelah menjadi mualaf dia bertekad menjadi pengusaha, karena menurutnya berbagi lebih baik dari pada menerima. "Pengusaha harus punya duit banyak untuk berjihad fii sabilillah. Kalau tidak punya duit mau buat apa jihad kita, mau dakwah pakai apa," tutur Bernard.

Dengan menjadi pengusaha, dia mengaku dapat menghidupi santri di pesantren dengan tidak mengeluarkan kocek sedikit pun. 

"Makanya saya sudah mencanangkan, saya tidak akan hidup dari dakwah yang saya lakukan, tetapi saya akan menghidupi dakwah yang saya lakukan. Dimana-mana saya punya pesantren gratis dan tidak bayar, karena saya yakin Allah memberikan, membantu, dan mengasih," ujarnya.

"Cuman ada tugas lagi, mengislamkan warga, mengislamkan lagi orang-orang yang telah kau kristenkan dulu. Itu tujuannya. Apapun yang diberikan Allah dari kebaikan maupun keburukan pasti ada hikmah yang tersembunyi." kata Bernard Abdul Jabbar. []

Berita terkait
Mengenal Bernard Abdul Jabbar, Tersangka Penganiaya Ninoy Karundeng
Mengenal Sekjen PA 212 Bernard Abdul Jabbar, mualaf yang ditetapkan menjadi tersangka penganiayan relawan Jokowi, Ninoy Karundeng.
Sekjen PA 212 Tersangka Penculikan Ninoy Karundeng
Sekjen Persaudaraan Alumni (PA) 212 ditetapkan polisi menjadi tersangka kasus penculikan relawan Jokowi, Ninoy Karundeng.
Munarman Dipanggil Polisi sebagai Saksi Ninoy Karundeng
Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman memenuhi panggilan penyidik Polda Metro Jaya atas kasus Ninoy Karundeng.