Jakarta - Belakangan, norovirus menjadi perbincangan di masyarakat. Virus yang ditularkan lewat makanan ini bisa menyebabkan gejala diare dan muntah-muntah.
Norovirus yang menyebabkan KLB di China juga terjadi di Indonesia. Ada 15,4 persen yang mengidap norovirus dari 91 sampel feses yang diuji. Hal ini diungkap pakar kesehatan Profesor Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD(K), dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Menurut dokter spesialis penyakit dalam dari RS Awal Bros Evasari, Jakarta Timur, dr Amanda Pitarini Utari, SpPD, ada beberapa faktor yang dicurigai bisa menjadi tanda adanya infeksi norovirus, salah satunya dilihat dari gejala diare yang dialami.
"Biasanya kalau virus ini diarenya lebih cair. Jadi memang kehilangan cairannya lebih cepat, lebih banyak," kata Amanda, Selasa, 20 Oktober 2020.
Amanda mengatakan, gejala yang ditimbulkan apabila terkena norovirus pun terhitung cepat, berkisar antara 1-2 hari setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berupa mual, muntah, nyeri perut, dan diare.
"Kalau misalnya 1-2 hari dia habis kontak terus 1-2 hari kemudian muncul gejalanya, bisa dipikirkan salah satunya jangan-jangan dia virus, rotavirus dan norovirus," jelasnya.
Meski ada faktor-faktor yang dicurigai sebagai tanda adanya infeksi norovirus, tetapi untuk memastikannya perlu dilakukan pemeriksaan lewat uji lab.
"Kita nggak sampai cek virus, kecuali kalau misalnya ada epidemi, kejadiannya banyak orang kena dalam satu daerah mungkin di lab penelitian itu dikerjakan. Tapi untuk di klinis nggak, karena pada dasarnya terapinya sama suportif pengganti cairan,” ucapnya. []
Baca juga:
