Begini Antisipasi Panik Saat Tsunami

Ketika gempa besar yang memicu tsunami terjadi di dekat pesisir pantai, hanya punya waktu 10 hingga 30 menit.
Kondisi warung merangkap rumah milik warga porak-poranda setelah diterjang gelombang tinggi di Kampung Cikadu, Kecamatan Tanjung Lesung, Pandeglang, Minggu (23/12/18). (Foto : Antara/Muhammad Bagus Khoirunas)

Jakarta, (Tagar 27/12/2018) - Indonesia negara kepulauan terbesar di dunia, luas perairan mencapai 3,2 juta kilometer persegi dan luas darat 1,9 juta kilometer persegi. Tak salah jika dijadikan salah satu destinasi wisata bahari populer, karena bisa mengarungi ombak dan menjelajah terumbu karang.

Indonesia masuk dalam lingkaran Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang mengelilingi cekungan Samudera Pasifik atau Sabuk Gempa Pasifik. Sehingga bencana alam seperti letusan gunung berapi atau gempa bumi bisa terjadi sewaktu-waktu.

Sejak gempa bumi berkekuatan besar terjadi, ratusan gempa susulan yang berkekuatan lebih rendah ikut dirasakan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, ketika gempa besar yang memicu tsunami terjadi di dekat pesisir pantai, warga hanya punya waktu 10 hingga 30 menit untuk menyelamatkan diri.

Istilah yang dikenal dengan sebutan waktu emas (golden time). Keputusan dan tindakan yang diambil akan menentukan hidup dan mati.

Pengetahuan tentang evakuasi dini dan siaga bencana idealnya harus dimiliki setiap orang. Berikut sejumlah hal yang harus diketahui merespon cepat potensi tsunami.

1. Seberapa rawan daerah pesisir kita?

Tingginya aktivitas kegempaan terjadi karena wilayah nusantara yang merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik.

Hampir semua daerah pesisir tergolong rawan, termasuk wilayah yang langsung berbatasan dengan Samudera Hindia, pantai Kalimantan sebelah barat, seluruh pantai Sulawesi, Maluku, Papua, dan pulau-pulau kecil di antaranya.

BMKG mengatakan, warga tidak boleh hanya mengandalkan peringatan dini dan pemerintah daerah untuk melakukan evakuasi ketika tsunami datang.

2. Bagaimana melakukan evakuasi mandiri?

Memanfaatkan waktu emas atau golden time adalah yang terpenting ketika tinggal di wilayah pesisir.

"Wilayah kita golden time-nya 10 sampai 30 menit, sangat sempit sehingga warga tidak bisa diselamatkan dengan teknologi canggih manapun. Walau kita memberi informasi setelah lima menit, kita tetap tidak bisa selamatkan warga yang belum terdidik evakuasi mandiri," jelas Kepala Bidang Informasi Dini Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Wandono.

Pergi menjauhi pantai. Jika melihat gelombang, berarti terlalu dekat. Evakuasi mandiri dilakukan tanpa menunggu arahan dari petugas terkait. 

3. Mencari informasi apakah ada potensi tsunami.

Cepat bergerak ke arah daratan yang lebih tinggi dan tinggal di sana sementara waktu.
Jauhi pantai. Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami. Waspada apabila terjadi air surut, jauhi pinggir pantai.

4. Pahami status peringatan dini

Lima menit setelah gempa, BMKG biasanya akan mengeluarkan peringatan dini di beberapa wilayah jika ada potensi tsunami. Peringatan diberikan dalam tiga kategori berbeda. Apa artinya dan bagaimana kita harus bereaksi terhadapnya?

AWAS: Tinggi tsunami diperkirakan bisa mencapai lebih dari tiga meter. Warga diminta segera melakukan evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir pantai. Pemerintah daerah harus menyediakan informasi jelas tentang jalur dan tempat evakuasi terdekat.

SIAGA: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter hingga tiga meter. Pemerintah daerah diharapkan bisa mengerahkan warga untuk melakukan evakuasi.

WASPADA: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau tampak kecil, warga tetap diminta menjauhi pantai dan sungai.

Ada juga antisipasi yang bisa dilakukan bila terjadi tsunami dikutip dari Red Cross. 

1. Jika dari kawasan tidak bisa melihat gulungan ombak di lautan, bisa dibilang kawasan aman dari gulungan tsunami.

2. Setelah terjadi gempa dan mendapat peringatan tsunami, jangan panik dan segera cari jalur menuju ke kawasan tinggi. Idealnya lebih tinggi 30 meter dari permukaan laut atau sejauh 3 kilometer dari laut.

3. Setelah terjadi gempa dan sebelum terjadi tsunami biasanya permukaan laut mendadak surut dan rendah dari biasanya. Jangan berusaha mendekati kawasan perairan, karena gulungan tsunami bisa saja terjadi beberapa menit setelah pertanda itu terlihat.

4. Gulungan tsunami pertama mungkin tak terasa berbahaya karena berukuran kecil. Perlu diwaspadai adalah gulungan yang kedua dan seterusnya, mungkin akan terjadi selama beberapa jam.

5. Tsunami bukan hanya berbentuk gulungan ombak, karena bisa saja menyebabkan banjir bandang yang mendadak menenggelamkan kawasan.

6. Jauhi benda yang mudah runtuh, bersifat tajam, dan dialiri listrik untuk menghindari berada di dalam air bersama benda tersebut.

7. Unduh aplikasi peringatan gempa seperti yang dimiliki oleh BMKG (tersedia di Android dan iOs). Jangan mencari informasi dari sumber yang tak resmi, seperti broadcast message, untuk menghindari kepanikan.

8. Kalau berada di kawasan yang rawan bencana alam seperti tsunami, kemas satu tas berisi barang-barang penunjang keselamatan yang bisa dibawa dengan ringkas. []

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.