Baroncong, Kue Tradisional Sepanjang Masa, Khas Bugis Makassar

Satu di antara kue tradisional yang masih disukai warga Kota Makassar dan sekitarnya adalah Baroncong.
Seorang pedagang kaki lima menjajakan kue baroncong di bilangan Jalan Pengayoman, Makassar, Minggu (10/2/2019). (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 24/2/2019) - Saat ini banyak kue modern membanjiri Kota Makassar, beragam rasa di perkenalkan. Akan tetapi, tak sedikit masyarakat Kota Makassar yang masih menyukai kue tradisional khas Bugis Makassar tersebut.

Satu di antara kue tradisional yang masih disukai warga Kota Makassar dan sekitarnya adalah Baroncong.

Kue tradisional ini masih memiliki rasa yang berbeda dan tak tergantikan. Apalagi kebanyakan kue tradisional tidak memakai bahan pengawet yang berlebihan, salah satunya kue Baroncong.

Jajanan ringan ini bahannyapun sangat sederhana, hanya butuh tepung terigu, santan, parutan kelapa muda, gula pasir dan soda kue.

Bentuk Baroncong mirip sekali dengan kue pukis, tapi kue Baroncong sedikit lebih besar, panjangnya sekitar tujuh sentimeter dengan sedikit tebal sekitar dua sentimeter.

Mencari penjual kue ini tak perlu repot, karena penjualnya ada di mana-mana, apalagi di jalan protokol di kota Makassar. Pasti Anda akan menjumpai penjual kue ini.

Kue BaroncongKue Baroncong mudah ditemukan di Kota Makassar. Jajanan tradisional yang sayang dilewatkan kalau sedang jalan-jalan di kota ini. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Begini Cara Membuatnya

Cara membuat kue Baroncong tidak sulit. Anda hanya mencampurkan adonan yang disebutkan di atas, lalu mengaduknya hingga encer.

Setelah adonannya sedikit encer, tuangkan ke dalam cetakan khusus kue Baroncong yang sudah dipanaskan di atas bara api.

Setelah Anda menuangkan adonan ke cetakan kue Baroncong, jangan lupa dioleskan dengan mentega agar adonan tidak lengket di cetakan.

Setelah itu, taruh percetakan yang terbuat dari seng tersebut di atas bara api, karena kue tradisional ini dipanaskan di atas bara api, menggunakan kayu bakar.

Pada saat Anda panaskan di atas bara api, kue ini akan mengembang dengan sendirinya. Jika Anda ingin mengetahui apakah kue ini sudah matang, tinggal cek di pinggirnya, kalau sudah berwarna cokelat, berarti kue Baroncong sudah matang.

Cungkil sisinya lalu keluarkan kue baroncong dari cetakannya menggunakan sendok atau gancu.

Kue BaroncongMuhammad Rizal (28) warga Galesong Kabupaten Takalar, penjual kue tradisional Baroncong di bilangan Jalan Pengayoman, Makassar, Minggu (10/2/2019). (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Jika Anda ingin merasakan nikmatnya kue Baroncong, Anda perlu mencobanya saat kue tersebut masih hangat. Rasanya gurih dan lezat, karena perpaduan tepung terigu, santan, parutan kelapa muda, gula pasir dan soda kue.

Rasanya pun terkadang berbeda-beda, tergantung bagaimana Anda meraciknya, kalau kelebihan garam akan terasa asin, itupun kalau kelebihan gula, rasanya pun akan terasa manis.

Muhammad Rizal (28) warga Galesong Kabupaten Takalar, yang merupakan salah satu penjual kue tradisional Baroncong yang ditemui Tagar News di bilangan Jalan Pengayoman, Minggu (10/2) menceritakan kue tersebut sangat disukai zaman dahulu. Namun, dia tak menceritakan secara spesifik kenapa kue tersebut diberi nama Baroncong.

“Kue ini sudah ada sejak zaman dulu, saya generasi ke sekian di keluargaku menjual kue ini. Sehari bisa menjual 300 biji. Per bijinya dijual Rp 1.000,” ujarnya sambil tersenyum.

Dia pun menjelaskan kue Baroncong sudah ada sejak puluhan atau bahkan mungkin ratusan tahun yang lalu oleh masyarakat Sulawesi Selatan.

Kue BaroncongMuhammad Rizal (28) warga Galesong Kabupaten Takalar, penjual kue tradisional Baroncong di bilangan Jalan Pengayoman, Makassar, Minggu (10/2/2019). Ia sedang melayani pembeli. (Foto: Tagar/Rio Anthony)

Sejauh ini memang belum ada literatur yang menjelaskan kapan pastinya kue tradisional khas Makassar ini mulai ditemukan. Namun, yang pasti kue ini tak akan mengecewakan jika Anda mencicipinya saat masih panas atau hangat.

Setelah Tagar News telusuri, ternyata di beberapa daerah kue ini juga ada, namun namanya berbeda-beda. Ada yang memang menyebutnya kue baroncong, buroncong dan ada juga garoncong. Kue Baroncong ini dalam bahasa Indonesia disebut kue Pancong.

Kue tradisional khas Bugis Makassar ini biasanya dijual menggunakan gerobak dorong. Namun, di zaman modern seperti sekarang ini, banyak yang menjualnya menggunakan sepeda, ataupun sepeda motor.

Sebagian penjual, ada yang memasaknya terlebih dahulu, baru menyimpannya dalam lemari kaca kecil. Namun, tak sedikit pula ada pembeli baru dimasakkan.

Di atas gerobak, selain lemari kecil tempat penyimpan Baroncong yang sudah masak, juga terdapat ember tempat penyimpanan adonan yang sudah diaduk.

Kebanyakan para pembeli, lebih memilih menunggu baroncong dimasak, daripada membeli Baroncong yang sudah dimasak dan dipajang dalam lemari kaca, karena makan saat panas akan terasa nikmat.

Jika Anda jalan-jalan ke Kota Makassar, tak ada salahnya Anda mencicipi kue ini, selain rasanya lezat, Anda juga membantu perekonomian para pedagang kecil. Karena saat ini pedagang kecil sedikit terpinggirkan dengan munculnya para pedagang modern. []

Berita terkait