TAGAR.id - Bank sentral Rusia dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat pada Selasa, 15 Agustus 2023, sementara mata uang negara itu, rubel, merosot nilainya di pasar global.
Pada Senin, 14 Agustus 2023, nilai rubel mencapai tingkat terendah sejak dimulainya kampanye militer Rusia di Ukraina.
Nilai rubel merosot sekitar 30% sejak awal tahun ini.
Dina Solovyova, seorang dokter hewan, mengatakan, “Instabilitas mata uang nasional tidak akan berdampak baik bagi kehidupan. Kemungkinan besar, ini akan berdampak pada rakyat biasa, karena kenaikan harga semua hal pasti akan menyusul.”
Sementara itu Vladimir Bessosedny, seorang pensiunan guru mengatakan, “Harga-harga akan naik, artinya standar hidup akan jatuh. Standar hidup telah turun, dan akan turun lebih banyak lagi. Sudah pasti akan ada semakin banyak orang miskin.”
Seorang pria berjalan melewati papan yang menunjukkan nilai tukar mata uang euro terhadap rubel Rusia di sebuah jalan di Saint Petersburg, Rusia, 25 Februari 2022 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Anton Vaganov)Dalam artikel yang ditulis organisasi media pemerintah Tass pada Senin, staf kepresidenan Maxim Oreshkin mengakui tantangan akibat penurunan nilai rubel tetapi ia menegaskan bahwa nilai mata uang negara itu akan segera pulih.
Rusia juga mengungkapkan bahwa neraca berjalan negara itu, yang melacak nilai relatif barang dan jasa yang diekspor dan diimpor, telah turun menjadi 5,4 miliar dolar AS pada kuartal kedua tahun ini, suatu penurunan tahunan 93%.
Penyusutan tersebut, yang menunjukkan kemerosotan ekspor yang signifikan, merupakan pertanda buruk bagi ekonomi Rusia yang sebagian besar mengandalkan ekspor komoditas seperti bahan bakar fosil dan biji-bijian. (uh/ab)/voaindonesia.com/VOA. []