Banjir dan Bangunan Rusak Lingkungan Menjadi Dosa Arsitek

Terkait bangunan tidak ramah lingkungan menjadi dosa instansi terkait juga.
Rektor UII Yogyakarta Fathul Wahid saat meninjau karya desain arsitektur yang dipamerkan dalam acara Sakafari 2019, di Kampus UII Yogyakarta, Sabtu (26/1). (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Sleman, (Tagar 27/1/2019) - Lingkungan rusak sering diakibatkan oleh bangunan yang dirancang oleh arsitek. Rancang bangun yang dibuat acap tidak ramah terhadap lingkungan.

Hal yang sering diabaikan adalah soal resapan air pada sebuah bangunan. Dampaknya adalah banjir. Padahal arsitek memiliki tanggung jawab atas kelestarian lingkungan terhadap desain yang dibuat.

"Banjir itu salah satu penyebabnya minimnya resapan. Air yang menetes selalu mencari jalannya jika tanpa resapan," kata praktisi dan dosen arsitek Universitas Islam Indonesia (UII) Syarifah Ismailiah Alatas dalam dialog ArchitecTalk #8 di Kampus UII, Jalan Kaliurang KM 14, Sleman, Sabtu (26/1).

Dialog ini menjadi serangkaian pekan Seminar Karya Pameran Arsitektur Indonesia (Sakapari) 2019. Acara  yang digagas Program Studi Arsitektur UII dengan Ikatan Aristek Indonesia (IAI) ini dihadiri 250 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.

Menurut Syarifah, desain bangunan yang tidak peka terhadap lingkungan, turut menjadi 'dosa' arsitek atas karyanya. Pasalnya dengan bangunan dibuatnya mengancam masa depan lingkungan.

Saat ini, kata dia, arsitek memiliki pekerjaan besar dalam upaya ikut menjaga kelestarian lingkungan. Apalagi tantangan yang dihadapi adalah membuat arsitektur yang minim tapak, yakni meminimalisir kerusakan di alam serta bangunan yang  tidak menutupi semua permukaan tanah.

Ketua Panitia Sakapari UII 2019 ini menjelaskan, dalam kurun waktu 2018 lalu,  setidaknya empat peristiwa kerusakan alam yang disebabkan arsitektural yang tidak ramah lingkungan. "Bencana alam yang terjadi di Indonesia, harus diakui karena kelalaian arsitek," tegasnya.

Dalam Pekan Sakafari 2019 ini, fokus utama tentang arsitektur yang sustainability in architecture. Bagaimana para arsitek bisa mendesain rancang bangun yang berkelanjutan, ramah lingkungan dan lestari.

Hadir dalam dialog arsitek ternama Yu Sin yang karya-karyanya selalu menonjolkan ramah lingkungan. Dengan tapak minim, bangunan yang didesainnya minim menutupi permukaan tanah untuk resapan air. Karyanya sudah sering mendapatkan banyak penghargaan.

Yu Sin dalam membuat karyanya juga tidak membedakan status ekonomi. Yu Sij dikenal sebagai araitek rumah murah. Bahkan sering menggratiskan jasa arsitekturnya bagi pemilik rumah yang minim anggaran di bawah 25 juta.

Pada kesempatan itu, Rektor UII Yogyakarta Fathul Wahid mengaku bangga atas gelaran Sakafari 2019 ini. Hal ini menjadi komitmen kampus swasta tertua di Indonesia ini menjadi pelopor arsitektur yang ramah lingkungan. "Kampus UII ini sudah dikenal sebagai kampus green, kampus yang menghargai lingkungan agar tetap lestari," katanya.

Menurut dia, berkat kepedulian terhadap lingkungan, UII menerima penghargaan Indonesian Green Awards Kategori Green Campus atau La Tofi School of CSR pada 2012, 2014 dan 2016. "UII Yogyakarta masuk dalam 10 kampus hijau se Indonesia. Kalau untuk kampus swasta, UII nomor satu," ungkapnya.

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.