Bahlil Lahadalia, Ketua HIPMI Bakal Jadi Menteri Jokowi?

Jokowi menyebut Ketua HIPMI Bahlil Lahadalia tepat jadi menteri saat memberi sambutan di acara buka bersama dengan HIPMI.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia. (Foto: Instagram/bahlillahadalia)

Jakarta - Pengamat Komunikasi Politik Nasional Emrus Sihombing menilai pernyataan Presiden Jokowi terkait Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Bahlil Lahadalia kemungkinan besar bisa diwujudkan. Jokowi menyebut Bahlil cocok jadi menteri.

"Pernyataan Pak Joko Widodo saya pikir pernyataan yang besar kemungkinan bisa diwujudkan," ujarnya kepada Tagar, Selasa 28 Mei 2019.

Tidak hanya menyebut cocok menjadi menteri, Jokowi sempat memberikan pujian pada Bahlil. Direktur Eksekutif Lembaga Emrus Corner itu memandang Jokowi telah mengerti kepiawaian Bahlil di HIPMI.

"Karena apa yang dikatakan oleh bapak presiden saya pikir satu pernyataan yang memang mengakui kehebatan Bahlil Lahadalia," terang dia.

Menurutnya ada dua alasan kemungkinan Bahlil dijadikan menteri oleh Jokowi. Pertama, melihat kelebihan Bahlil sebagai pengusaha yang benar-benar merintis karirnya dari bawah.

"Dia kan luar biasa ya, kan merayap dari bawah buka usaha gitu kan sampai berhasil menjadi pengusaha bisa dikatakan sukses di usia muda," jelasnya.

Ketika sekarang berhasil artinya ia berhasil mengatasi berbagai masalah. Karena jika membuka usaha artinya ia telah menghadapi masalah seperti masalah finansial, masalah marketing, masalah tenaga kerja, masalah perizinan, masalah hubungan eksternal, dan internal publik.

"Jadi saya pikir dia adalah pemimpin yang sudah teruji dengan usahanya jadi dia punya kemampuan manajerial skill dan leadership. Itu sudah pasti tak terbantahkan karena dia merayap dari usaha yang paling bawah," ujarnya.

Terlebih, Bahlil mewakili kaum muda yang matang di leadership, manajerial dan relasi sosial. Tentu menurutnya kelebihan itu bisa dimiliki semua orang, tapi disamping kelebihan tokoh muda menurutnya kreatif dan inovatif.

"Lebih bisa menyesuaikan perubahan perubahan, utamanya perubahan teknologi komunikasi. Orang muda kan lebih well terhadap teknologi komunikasi, orangtua lebih lebih relatif gaptek kan," sambungnya.

Alasan kedua, Bahlil tak punya utang politik. "Kalau benar bukan orang partai, berarti dia tidak punya utang dengan partai," ungkapnya.

Karena jika tidak ada keterikatan politik, tidak akan ada ikatan secara sosiologi dan antropologi dan partai. "Artinya dia bisa lebih merdeka mengambil keputusan di kementerian," sambungnya.

Bahlil LahdaliaKetua Dewan Pembina Repnas Bahlil Lahdalia (kanan) bersama calon presiden nomor urut satu, Joko Widodo. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati)

Kira-kira menteri apa yang cocok untuk Bahlil?

"Menurut saya yaitu Menteri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, atau Kepala Bekraf kan setingkat menteri, atau Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal," ujar Emrus.

Ia yakin, jika Bahlil ditunjuk menjadi salah satu menteri di antara pilihan tersebut, akan ada perkembangan yang signifikan. "Andaikan diserahkan ke beliau, saya yakin bisa melejit atau berkembang seperti usaha yang dia rintis sampai sukses seperti sekarang," bebernya.

Emrus pun akan mendorong Jokowi jika memilih tokoh-tokoh muda dari kalangan profesional dan membentuk Kabinet Ahli. Itu pun jika akhirnya terpilih kembali menjadi presiden di periode berikutnya.

"Kita menyarankan kepada Pak Presiden mengedepankan tokoh muda dan Kabinet Ahli. Sehingga mereka bisa bekerja mengedepankan profesional daripada kepentingan politik partai," tukasnya.

Semangat Memilih Anak Muda

Sementara itu, Pengamat Politik Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai berbagai kemungkinan masih bisa terjadi. Hanya saja pernyataan Jokowi dilihatnya sebagai semangat untuk memilih menteri dari kalangan anak muda.

"Tentu kemungkinan akan merekrutnya bisa iya, bisa tidak. Kemungkinan lah kalau soal itu ya, tapi saya pikir ada yang menarik dari perkataan itu adalah soal kriteria di mana personifikasinya dibuat seperti Bahlil itu kan," jelasnya.

Kemudian, jika akhirnya Jokowi memilih anak muda, menurutnya adalah keputusan yang tepat. "Dan, kalau presiden memilih anak muda, saya pikir itu langkah yang tepat kalau memilih anggota kabinet dari tokoh anak muda tersebut," sambungnya.

Jokowi diharapkan Ray untuk tidak memilih kembali sejumlah menteri yang menurutnya sudah berusia di atas 55 tahun.

"Nama-nama seperti Bahlil ada, maka nama-nama seperti Wiranto, Luhut Binsar Panjaitan, Yasonna Laoly, Menteri Pendidikan kita, menurut saya juga sebaiknya tidak perlu lagi dikembalikan dalam kabinetnya," tandasnya.

Seperti diketahui, Jokowi menyebut Ketua HIPMI Bahlil Lahadalia tepat jadi menteri saat memberi sambutan di acara buka bersama dengan HIPMI, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Pusat, Minggu 26 Mei 2019.

"Dilihat dari samping, dilihat dari atas sampai bawah, cocok jadi menteri pinter membawa suasana," kata Jokowi kala itu sebagai pengakuan akan kehebatan Bahlil.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Kapolri: Sinergitas TNI-Polri Harga Mati Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kapolri menekankan penguatan sinergitas TNI-Polri menjadi salah satu kunci utama dalam menyukseskan dan mewujudkan visi Indonesia Emas.