Azyumardi Azra: Ada 200 Pesantren Wahabi Tolak Kibarkan Merah Putih

Azyumardi Azra mengatakan saat ini ada sekitar 200 pesantren Wahabi di Indonesia yang menolak mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyanyikan Indonesia Raya.
Azyumardi Azra (Foto: Ist)

Jakarta, (Tagar 17/12/2017) - Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra mengatakan saat ini ada sekitar 200 pesantren Wahabi Salafi di seluruh Indonesia yang menolak mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Mengutip Republika, Azyumardi meminta pemerintah agar mengawasi dengan ketat pesantren-pesantren seperti ini karena mempunyai hidden kurikulum atau kurikulum tersembunyi untuk menyebarluaskan paham radikal.

"Ada sekitar 200 pesantren Wahabi Salafi di Indonesia. Mereka mengklaim ada kurikulum nasional tapi yang ada mereka mempunyai hidden kurikulum dimana menolak mengibarkan Bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Inilah yang menyebabkan munculnya gagasan radikal," kata Azyumardi usai acara "Violent Extrimisme & Religious Education in Southeast Asia" di Hotel Oriental Mandarin, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Azyumardi menambahkan hidden kurikulum tersebut dilaksanakan setelah ashar menjelang magrib dan dari magrib menjelang isya atau subuh.

Guru besar sejarah dan peradaban Islam ini meminta agar pemerintah mengawasi secara ketat pesantren Wahabi Salafi ini dan memberikan pemahaman secara menyeluruh kepada para pengajar di pesantren tersebut bahwa Islam tidak bertentangan dengan kebangsaan.

"Mereka (para pengajar) inilah diberikan perspektif kebangsaan, Islam yang menyeluruh bahwa Islam tidak bertentangan dengan ke-Indonesia-an," kata Azyumardi.

Dia juga meminta agar organisasi Islam terbesar seperti MUI, NU, dan Muhammadiyah memainkan peran yang lebih besar dengan memperkuat Islam Wasathiyah melalui lembaga pendidikan seperti pesantren dan madrasah. (Fet)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.