Australia Sebut Pertahanan Baru Tingkatkan Keamanan Regional

Australia bela keputusannya bergabung dengan aliansi tiga negara dengan AS dan Inggris meskipun ada reaksi marah dari Prancis
Kapal selam USS Illinois kembali ke Pangkalan Bersama Pearl Harbor-Hickam dari penempatan, 13 September 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Australia, pada hari Minggu, 19 September 2021, mengatakan "menyesali" keputusan Prancis untuk segera memanggil duta besarnya untuk Canberra dan Washington sebagai tanggapan atas kesepakatan baru yang akan menjadikan Australia sebagai negara ketujuh yang memiliki kapal selam bertenaga nuklir. Australia membatalkan kontrak pertahanan bernilai miliaran dolar AS dengan Prancis setelah bergabung dengan aliansi baru AUKUS bersama AS dan Inggris.

Negara itu akan membangun armada baru kapal selam bertenaga nuklir dengan bantuan dari AS dan Inggris. Secara luas pakta itu dilihat sebagai upaya untuk melawan pengaruh China di Laut Cina Selatan yang diperebutkan.

Sejumlah pejabat Australia menyatakan tidak meyakini Attack Class, kapal selam bertenaga diesel yang dipesan dari Prancis dapat melakukan hal itu.

pm morrison bicara ke mediaPerdana Menteri Australia Scott Morrison berbicara kepada media di Sydney, Australia, 19 April 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mengatakan akan "lalai" untuk melanjutkan kesepakatan, yang dilaporkan telah lama tertunda. Itu bertentangan dengan saran dari badan intelijen Australia dan militernya.

Armada kapal selam baru Australia diperkirakan tidak akan beroperasi selama beberapa dekade. Namun untuk sementara Australia dapat menyewa atau membeli kapal dari Amerika Serikat atau Inggris.

Morrison mengatakan aliansi itu dapat meningkatkan keamanan regional. “Ini dipandang sebagai langkah positif untuk ikut mewujudkan perdamaian dan stabilitas. Semua negara akan berinvestasi bagi peningkatan kemampuan pertahanan mereka, bahkan China pun demikian, malahan seperti yang kita ketahui, mereka telah banyak berinvestasi dalam kemampuan pertahanannya.”

Menteri Pertahanan Australia, Peter Dutton, Minggu, 19 September 2021, membela penanganan Canberra atas kontrak kapal selam bernilai miliaran dolar dengan Prancis. Ia menggambarkan pemerintahnya sebagai "terus terang, terbuka dan jujur" dalam berurusan dengan Paris.

Prancis tidak setuju. Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, mengatakan, “Ini benar-benar menikam. Kami membina hubungan kepercayaan dengan Australia, dan kepercayaan itu dikhianati," katanya.

Perselisihan itu dapat berimplikasi yang lebih luas. Prancis menyatakan tidak akan dapat mempercayai Australia dalam beberapa pembicaraan tentang perumusan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa, meskipun para pejabat Uni Eropa bersikeras bahwa negosiasi akan berlanjut.

Hervé Lemahieu, direktur penelitian di Lowy Institute, lembaga think-tank independen yang berbasis di Sydney, menilai tanggapan Prancis atas aliansi AUKUS tidak terduga. Akan tetapi ia mendesak presiden Prancis, Emmanuel Macron, agar tidak bereaksi secara berlebihan.

“Ini belum pernah terjadi bagi Prancis, atau negara mana pun, memanggil dua duta besar secara bersamaan dari dua negara yang berbeda. Prancis harus berhati-hati untuk tidak bertindak secara berlebihan. Kemarahan Prancis wajar dan dapat dimengerti namun tidak boleh dibiarkan mengambil kendali atas kebijakan luar negeri mereka. Tidak jelas, apakah (Presiden Prancis Emmanuel) Macron berbicara mewakili seluruh Eropa mengingat negara Uni Eropa lainnya diam," papar Lemahieu.

dubes prancis untuk australiaDuta Besar Prancis untuk Australia, Jean-Pierre Thebault, di Bandara Sydney, 18 September 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Lemahieu memaparkan ambisi militer China di kawasan Indo-Pasifik juga dapat menghadapi tantangan yang lebih besar dari aliansi AUKUS yang baru.

“China akan mengintepretasikannya sebagai eskalasi tindakan. Tidak diragukan itu akan meningkatkan persaingan kekuatan besar. Sekarang, pertanyaannya adalah apakah itu lebih banyak menciptakan stabilitas atau justru menguranginya? Itu akan menjadi pertanyaan kunci bagi negara-negara lain di Indo-Pasifik," katanya.

China menuduh mitra aliansi baru itu memiliki "mentalitas Perang Dingin." (mg/ka)/voaindonesia.com. []

Respons Dunia Terhadap Aliansi Australia, Inggris dan AS Dalam AUKUS

Ely Ratner Dilantik Sebagai Wamenhan Amerika Urusan Indo-Pasifik

Australia Bikin Kesalahan Besar Batalkan Kesepakatan Kapal Selam

Prancis Kecam Australia Terkait Kontrak Pembuatan Kapal Selam

Berita terkait
Respons Dunia Terhadap Aliansi Australia, Inggris dan AS Dalam AUKUS
Pengumuman aliansi baru bernama AUKUS oleh AS, Inggris dan Australia memicu respons beragam dari negara-negara di dunia
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.