Australia Menghadapi Masalah dengan Vaping Tidaklah Mudah Mencari Solusinya

Apa kebijakan kesehatan yang harus diambil untuk kebiasaan vaping di Australia masihlah menjadi pembahasan
Ilustrasi - Bagaimana mengatasi masalah vaping di Australia sekarang juga jadi persoalan politik selain kesehatan. (Foto: abc.net.u/indonesian - AP/Craig Mitchelldyer)

Oleh: Reporter Politik - Tom Lowrey

- Tergantung siapa yang memberikan penjelasan, 'vaping' bisa jadi sebuah solusi dari kebiasaan buruk merokok. Tapi bisa juga dianggap sebagai krisis kesehatan publik saat ini.TAGAR.id - Tergantung siapa yang memberikan penjelasan, 'vaping' bisa jadi sebuah solusi dari kebiasaan buruk merokok. Tapi bisa juga dianggap sebagai krisis kesehatan publik saat ini.

Apa pun jawabannya, saat ini 'vaping' sangat populer terutama di kalangan anak muda, yang bahkan belum pernah mencoba atau menyentuh rokok seumur hidupnya.

Apa kebijakan kesehatan yang harus diambil untuk kebiasaan 'vaping' di Australia masihlah menjadi pembahasan.

Pekan lalu, para menteri kesehatan dari seluruh negara bagian di Australia bertemu untuk membicarakannya, serta TGA (Therapeutic Goods Administration) -lembaga pengawasan obat-obatan dan terapi-, baru saja menyelesaikan konsultasi apakah perlu menerapkan larangan lebih lanjut soal 'vaping' ini.

Kepala TGA, Profesor John Skerritt memperingatkan jika vaping sekarang "muncul sebagai salah satu masalah kesehatan utama di Australia."

Jadi apa yang seharusnya dilakukan saat ini?

Menurut aturan di Australia untuk 'vaping' yang mengandung nikotin sulit didapatkan tanpa adanya resep dokter dan hanya tersedia bagi orang dewasa yang ingin berhenti merokok.

Peralatan 'vaping' tersebut hanya dijual di apotek dan tidak tersedia di toko biasa yang menjual rokok.

Mereka yang membeli dengan resep bisa juga mengimpor peralatan tersebut dari luar negeri, sepanjang memenuhi kriteria TGA dan hanya bisa dibeli untuk persediaan selama tiga bulan.

Dalam proses konsultasi dengan kemungkinan merubah aturan, TGA mengaku pembatasan yang dilakukan saat ini tidaklah efektif.

"Bukti yang muncul menunjukkan reformasi tidak mencapai apa yang diinginkan. Anak-anak dan remaja yang menggunakan vaping terus meningkat jumlahnya," kata TGA.

Lembaga tersebut mengatakan yang mendominasi 'vaping' di Australia pada dasaranya adalah pasar gelap.

Yang terjadi kemungkinan adalah 'vaping' diimpor secara legal dengan resep dokter kemudian dijual secara perorangan.

Atau mereka yang membeli peralatan tersebut di toko-toko biasa seharusnya tidak mengandung bahan nikotin, tapi sebaliknya malah justru penuh berisi nikotin.

Berbagai penelitian menunjukkan 'vaping' yang tidak berisi nikotin, yang sebenarnya legal bagi mereka yang berusia 18 tahun, malahan banyak yang mengandung nikotin.

toko paving di australiaBanyak kekhawatiran mengenai begitu mudahnya mendapatkan alat rokok elektronik di Australia tanpa resep dokter. (Foto: abc.net.u/indonesian - Unsplash/E-Liquids UK)

Berapa banyak orang yang 'vaping'?

Data yang akurat sejauh ini tidak ada.

Menurut Australian National University di tahun 2019, satu dari 10 warga Australia di atas usia 14 tahun pernah mencobanya

Jumlahnya lebih banyak dari kalangan anak-anak muda, yakni sepertiga pengguna rokok elektronik berusia yang berusia 25 tahun dan separuhnya di bawah 30 tahun.

Sebagai perbandingan, jumlah perokok tradisional terus turun dalam belasan tahun terakhir, sekarang hanya tinggal 11 persen di tahun 2019.

Mereka yang berusia antara 40 sampai 60 tahun adalah yang paling mungkin merokok setiap hari.

Di hadapan anggota parlemen, Profesor Skerrit mengatakan pertumbuhan warga dengan kebiasaan 'vaping; membalik kecenderungan penurunan jumlah merokok yang sudah terjadi selama ini.

"Sementara kita melihat jumlah perokok menurun di Australia, namun jumlah penggunaan nikotin justru meningkat, seperti yang belum pernah terjadi dalam 50 tahun terakhir," katanya.

Professor Emily BanksProfessor Emily Banks mengatakan banyak pengguna alat rokok eletronik sekarang ini dulunya bukan perokok. (Foto: abc.net.u/indonesian - Supplied/ANU)

Mana yang lebih baik?

Para pakar kesehatan terus menolak pendapat yang menyatakan 'vaping' harus lebih banyak tersedia untuk mendorong penurunan jumlah perokok.

Organisasi kesehatan dunia WHO mengatakan alternatif terbaik bukanlah dengan tersedianya 'vaping'.

"Kedua produk, baik rokok maupun rokok elektronik sama-sama memiliki risiko untuk kesehatan. Pendekatan terbaik adalah tidak menggunakan kedua-duanya," kata WHO.

Professor Emily Banks dari Australian National University yang memimpin kajian global mengenai bahaya 'vaping' menyimpulkan jika keduanya memiliki kandungan nikotin.

"Kecanduan adalah risiko kesehatan yang signifikan dan nikotin adalah salah satu zat yang paling membuat kecanduan," katanya.

"Mereka yang memiliki kecanduan akan terjebak dalam dalam lingkaran yang tadinya sudah tidak ingin merokok, kemudian menjadi ingin merokok, memulai merokok lagi."

"Dan karena nikotin diproses dalam tubuh cepat sekali, orang-orang akan merasakannya berulang kali dalam sehari."

Dia mengatakan 'vaping' berbeda dibandingkan merokok dalam banyak hal, yang harus juga dilihat memiliki risiko tersendiri.

Satu 'vape' jenis sekali pakai bisa mengandung nikotin sebanyak 12 batang rokok.

Menurut Profesor Banks mengatakan penggunanya bisa merokok lebih cepat dibandingkan merokok rokok biasa.

Ia juga mengatakan walau 'vaping' lebih baik dibandingkan merokok, namun kekhawatiran utama adalah pengguna 'vaping' sekarang ini tidak memiliki riwayat merokok sebelumnya.

"Masalahnya kebanyakan perokok yang menggunakan rokok eletronik tetap saja terus merokok," katanya.

"Namun banyak pengguna vaping sebelumnya bukan perokok, mereka sebenarnya tidak pernah merokok, sehingga membandingkan dengan mereka tidaklah cocok. Kita harus membandingkan vaping dengan cara kita bernapas."

Anggota parlemen Kate Chaney menyarankanAnggota parlemen Kate Chaney menyarankan TGA melarang penjualan alat vaping tanpa nikotin. (Foto: abc.net.u/indonesian - ABC News/Nicholas Haggarty)

Pengetatan aturan

Proses konsultasi yang dilakukan TGA tampaknya menyimpulkan perlunya pengetatan aturan 'vaping', dan bukan malah melonggarkannya.

Yang disarankan, misalnya adalah melarang impor personal bagi mereka yang memiliki resep dokter dan melarang rasa lain selain tembakau.

Kate Chaney, anggota parlemen independen dari Australia Barat mengatakan yang harus dilakukan pemerintah saat ini adalah mencari vaping yang mengklaim tidak mengandung nikotin karena menurutnya 'vaping' jenis ini yang paling berbahaya.

"Saya kira kita harus mengakhiri pasar gelap dengan melarang semua impor dan pasokan produk rokok elektronik, tidak masalah apakah ada kandungan nikotin atau tidak, kecuali produk itu dijual di apotek bagi mereka yang memiliki resep," katanya.

"Kalau kita melarang semuanya, tidak ada alasan lagi untuk mendapatkannya, bahkan bila pun tidak ada kandungan nikotin di dalamnya."

"Ini artinya kita akan memiliki aturan perbatasan yang lebih kuat sehingga petugas akan bisa menahan produk yang tidak diperuntukkan bagi apotek."

Anggota parlemen dari Partai Buruh, Dr Mike Freelander, mengatakan aturan penggunaan resep dokter saat ini sudah bagus. Namun masalahnya ada pada pengawasan.

"Ini masalah menganggarkan dana untuk menerapkan aturan," katanya.

"Kita lihat toko menjual alat vaping ini ada di mana-mana, dan di daerah konstituen saya ada beberapa," kata anggota parlemen dari daerah pemilihan di Sydney tersebut.

"Salah satunya menulis pesan di kaca: 'mengapa harus merokok kalau bisa vaping'."

Dia mengatakan aturan akan berjalan bila pemerintah mau melakukan pengawasan ketat terhadap impor ilegal.

"Kita harus memperkuat aturan impor berkenaan dengan vaping," katanya.

"Dan yang dibutuhkan hanyalah komitmen pemerintah untuk melakukan hal tersebut." (Artikel ini dirangkum oleh Sastra Wijaya dari laporan ABC News)/abc.net.au/indonesian. []

Berita terkait
Berhenti Vaping? Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Anda
Jika Anda berniat untuk menghentikan kebiasaan vaping, akan ada banyak dampak positif untuk tubuh Anda.