Asap Cair Masuk MURI, Ikan Asap Penuhi Kebutuhan Nutrisi Pengungsi Palu

"Ikan menjadi salah satu sumber nutrisi yang baik untuk para pengungsi. Di pengungsian, yang segalanya terbatas dibutuhkan daya tahan tubuh," kata Karding.
Rektor Undip Prof Yos Johan Utama dan Ketua Kerapu Abdul Kadir Karding menunjukkan piagam penghargaan MURI atas inovasi pengasapan ikan cakalang menggunakan asap cair, Sabtu (13/10). (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 13/10/2018) - Masa tanggap darurat bencana alam di Palu, Donggala, Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, diperpanjang mulai Sabtu (13/10) hingga 14 hari ke depan. Pemerintah diminta untuk lebih memperhatikan nasib dan keberlangsungan hidup warga terdampak bencana di pengungsian.

Satu persoalan mendasar yang perlu segera dipenuhi adalah ketersediaan asupan makanan dengan gizi tinggi, utamanya untuk orangtua dan anak-anak.

"Ikan menjadi salah satu sumber nutrisi yang baik untuk para pengungsi. Di pengungsian, yang segalanya terbatas dibutuhkan daya tahan tubuh. Dan itu tidak bisa terpenuhi ketika mereka terus menerus mengonsumsi makanan instan," beber Ketua Keluarga Alumni Perikanan Undip (Kerapu) Abdul Kadir Karding di sela Dies Natalis Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) ke-50 di kawasan kampus Undip Tembalang, Semarang, Sabtu (13/10).

Terkait hal itu, lanjut Karding, Kerapu akan mendorong penggalangan bantuan dari civitas akademika FPIK Undip, termasuk para alumni, untuk korban bencana alam di Sulteng. Hasil bantuan diharapkan bisa diwujudkan dalam bentuk makanan bergizi.

Keluarga besar FPIK Undip sendiri baru-baru ini berhasil melakukan inovasi karya ilmiah yang bisa diimplementasikan di makanan berbahan ikan laut. Sebuah produk yang bisa mengawetkan pangan ikan namun aman bagi tubuh dan tidak menghilangkan kandungan nutrisi di ikan.

Lewat asap cair berlabel La Frontea, teknik pengawetan ikan dengan metode pengasapan juga mampu mencegah munculnya alergi bagi orang yang memgonsumsi. "Kami akan beri bantuan ke korban di Palu, mengerahkan alumni di Kerapu untuk bantu fasilitasi bantuan dengan ikan asap cair. Karena ikan mengandung nutrisi yang tinggi dan dengan model asap cair bisa bertahan sampai dua minggu," beber dia.

Karding juga menyatakan akan menyampaikan hasil temuan ini ke sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang perikanan. Ia berharap temuan ini bisa membantu di bidang perikanan, juga menggeliatkan perekonomian.

"Kita akan bangun kerjasama dengan kelompok-kelompok yang memiliki bisnis bidang perikanan. Kalau bagus akan kita sampaikan ke pemerintah agar menjadi satu andalan," imbuh dia.

Rekor MURI

Teknik pengawetan lewat asap cair sendiri telah dipraktekkan para alumni yang tergabung di Kerapu dan mahasiswa FPIK Undip di pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada Sabtu (13/10) ini.  Sebanyak 333 ekor ikan cakalang yang diolah dengan asap cair disusun berjajar sepanjang 50 meter.

Eksekutif manajer MURI, Sri Widayati mengatakan, inovasi tersebut tercatat memecahkan MURI pada urutan 8673. Sementara di Undip sendiri, pemecahan Rekor sudah kali ke-18.

"Memang ada kriteria agar sesuatu bisa tercatat di rekor MURI. Yakni paling, pertama, unik, langka. Pengasapan ikan dengan asap cair merupakan yang pertama kali," ujar dia.

Fronthea Swastawati, penemu dan pemegang hak paten asap cair mengatakan bahwa inovasi pangan tersebut sangat baik untuk kesehatan.

Teknologi ini juga sebagai solusi atas persoalan pencemaran lingkungan. Sebab, dengan hasil ikan yang cukup banyak, masyarakat Indonesia masih menggunakan cara konvensional untuk mengasapkan ikan.

"Pada asap, banyak terdapat kandungan senyawa berbahaya. Sementara asap cair ini dibuat dengan teknologi firolisis, mampu mencegah terbentuknya senyawa yang dapat memicu terjadinya alergi. Dan teknologi ini sebenarnya telah digunakan di 50 negara," imbuh Fronthea.

Rektor Undip Prof Yos Johan Utama mengapresiasi inovasi yang dilakukan keluarga besar FPIK. Inovasi asap cair merupakan salah satu contoh hasil riset yang berhasil dihilirisasi.

"Masih banyak nelayan yang melakukan pengawetan dengan cara yang membahayakan. Dengan ini, bisa lebih higienis dan masa pengawetan lebih lama. Rasanya juga enak," tukas Yos. []

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.