AS Beri Peringatan Atas Campur Tangan Rusia dan Iran

Pemerintah AS memperingatkan Rusia dan Iran atas serangan terhadap jaringan sistem komputer terkait dengan Pilpres AS
Ilustrasi: Seorang pria berkerja di laptopnya di depan tampilan kode-kode, 13 Mei 2017.(Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Jakarta - Rusia dan Iran meningkatkan serangan terhadap jaringan pemerintah AS dan sistem komputer. Sementara keduanya juga meningkatkan kampanye disinformasi mereka, dengan harapan bisa mengguncang kepercayaan pemilih Amerika, kurang dari dua minggu menjelang pemilihan presiden pada 3 November 2020.

Peringatan dari intelijen AS dan pejabat keamanan pemilu itu disampaikan kurang dari 24 jam setelah direktur intelijen nasional menyalahkan Iran karena meluncurkan serangan sensasional pertama pada pemilu mendatang. Intelijen AS juga menuduh Teheran berada di balik ribuan email palsu yang dirancang untuk mengintimidasi para pemilih, 22 Oktober 2020.

Imbauan dari Biro Intelijen Federa (Federal Bureau of Intelligent/FBI) dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur pada Kamis (22/10) mengatakan email-email itu, serta kemampuan Rusia dan Iran untuk mengakses informasi pendaftaran pemilih, hanyalah awal dari serangan yang lebih besar untuk merusak pemilu AS.

Menurut FBI dan CISA, serangan dari Rusia dimulai pada September, menargetkan puluhan jaringan pemerintah negara bagian dan lokal yang terlibat dalam kegiatan mulai dari penerbangan hingga pendidikan.

Aktor dunia maya Rusia yang dikenal sebagai Beserk Bear "berhasil menyusupi infrastruktur jaringan, dan pada 1 Oktober 2020, data diambil dari setidaknya dua server korban," kata peringatan itu.

Para penyerang juga berhasil mendapatkan kredensial yang memungkinkan mereka untuk berpindah-pindah jaringan, mencari informasi penting yang bisa mereka manfaatkan di kemudian hari, berpotensi mengganggu pemilihan presiden mendatang. (my/ft)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Iran dan Rusia Kembali Serang Pilpres Amerika Serikat
Badan-badan intelijen di Amerika Serikat (AS) tuduh Iran dan Rusia coba gunakan data pendaftaran pemilih sebar kekacauan