Apakah Era Jokowi Nilai Ekspor Ikan Meningkat? Ini Jawabannya

Tahun ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan menghilangkan biaya ekspor ke negara tujuan.
Nelayan menimbang ikan tuna kualitas ekspor di Pelabuhan Perikanan Samudera Lampulo, Banda Aceh, Sabtu (19/1/2019). Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2019 akan menghilangkan biaya ekspor negara tujuan guna mencapai target nilai ekspor sebesar 5,5 miliar dolar AS atau meningkat sekitar 10 persen dari capaian tahun 2018 sebesar 5 miliar dolar AS. (Foto: Antara/Ampelsa)

Jakarta,(Tagar 20/2/2019) - Selama empat tahun Presiden Joko Widodo memimpin, eskpor perikanan mengalami peningkatan. Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat ekspor hasil perikanan pada 2018 sebanyak 915 ribu ton, atau naik 6,22 persen dibandingkan tahun 2017 sebesar 862 ribu ton. 

Pada semester I 2018, ekspor produk perikanan tercatat sebanyak 510,05 ribu ton. Angka tersebut, naik 7,21% dibanding periode yang sama 2017 yang tercatat 475,74 ribu ton.

Peningkatan ekspor juga terlihat dari catatan nilai ekspor produk perikanan yang pada semester I 2018 tercatat  2,27 miliar dollar Amerika Serikat (AS), atau naik 12,88 persen dibanding periode yang sama 2017 yang hanya 2,01 miliar dollar AS.  

Periode 2018, ekspor rumput laut tercatat sebesar ‎175 ribu ton dengan nilai USD 241 juta; udang sebesar 165 ribu ton dengan nilai 1,46 miliar dollar AS; cumi-sotong-gurita 118 ribu ton dengan nilai 429 juta dollar AS; tuna sebanyak 95 ribu ton dengan nilai 498 juta dollar AS; cakalang-tongkol sebanyak 42 ribu ton dengan nilai 498 juta dollar AS dan kepiting-rajungan sebanyak 23 ribu ton dengan nilai 80 juta dollar AS.  

Sementara untuk negara yang banyak mengimpor udang dari Indonesia adalah AS dan Jepang. Adapun masing-masing persentase kedua negara tersebut adalah 69,86 persen untuk AS dan 20,76 persen untuk Jepang. 

Sedangkan tuna ke AS sebesar 34,74 persen dan ke Jepang 19,9 persen.  Untuk rajungan-kepiting ke AS 78,45 persen dan ke Jepang 7,79 persen.

Khusus cumi, sotong, gurita ekspor terbesar yaitu ke Tiongkok sekitar 42,72 persen dan ke negara ASEAN 21,94 persen. Kalau rumput laut, ekspor terbesar itu ke negara Tiongkok yaitu 73,46 persen dan Uni Eropa 10,59 persen.

Pada 2019 ini, pemerintah menargetkan peningkatan ekspor sebesar 9,5 miliar. Adanya peningkatan nilai ekspor ini disebabkan kesadaran konsumsi ikan baik domestikn maupun luar negeri semakin meningkat. Bahkan, stok ikan di laut yang kembali lebih sehat dan dan stabil dari stok ikan dunia menjadi faktor meningkatnya jumlah ekspor perikanan Indonesia.

Dengan peningkatan nilai ekspor ini, tak lepas karena upaya pemberantasan ilegal fishing yang dilakukan pemerintah demi kejayaan sektor perikanan. Bentuk penindakan ilegal fishing ini, tidak terlihat di masa pemerintahan sebelumnya. 

Dalam hal ini tentu saja pemerintah juga terus mengajak masyarakat untuk selalu mengkonsumsi ikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu karena ikan memiliki kandungan gizi yang dapat mengurangi resiko masalah gizi kronis (stunting) bagi generasi muda.

Baca juga: Data Lengkap Kapal yang Ditenggelamkan Akibat Ilegal Fishing di Era Jokowi

Berita terkait