Makassar - Pada hari itu saya bertemu William Shakespeare. Bertemu tidak secara fisik, tapi bertemu pemikirannya yang disampaikan mantan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo.
"Prosperity’s the very bond of love, bahwa kesejahteraan adalah cinta yang terkuat. Kesejahteraan adalah ketika kita bisa melihat suasana cinta hadir dan dirasakan dalam setiap lingkungan kita," kata SYL, sapaan Syahrul Yasin Limpo mengutip ucapan William Shakespeare.
William Shakespeare seorang pujangga, dramawan, dan aktor Inggris. Ada yang menyebutnya sebagai penulis drama berbahasa Inggris terhebat dan dramawan terbesar di dunia.
Saya merasakan spiritnya yang sangat kuat pada hari itu dalam grup diskusi bertema 'Dari Makassar untuk Indonesia Damai' di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin, 26 Agustus 2019.
SYL satu di antara pembicara pada acara itu. SYL dalam kesempatan itu juga mengutip pemikiran Wayne Dyer, penulis ternama Amerika Serika.
"When I chased after money, I never had enough. When I got my life on purpose and focused on giving of myself and everything that arrived into my life, then I was prosperous.”
"Bahwa ketika saya mengejar uang, saya tidak pernah merasa cukup. Ketika saya mendapati diri saya memiliki tujuan hidup dan fokus mengabdikan diri, saya merasa memiliki segalanya."
Ketika saya mengejar uang, saya tidak pernah merasa cukup.
Syahrul Yasin Limpo. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)
SYL mengatakan itulah yang ia pahami sebagai kesejahteraan.
"Kita di Indonesiia menyebutnya masyarakat adil dan makmur, intinya mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin," ujar SYL.
Menurutnya, banyak orang tak berani mendefinisikan sejahtera itu apa karena begitu ditunjukkan kelimpahan ekonomi sebagai ukuran, maka segera akan ada yang membantahnya.
Ada juga yang mengukur sejahtera dalam arti sehat, cukup sandang dan pangan, serta ada rasa aman dan damai di dalamnya.
"Ketika mengukur kesejahteraan dalam perspektif statistik, ukurannya adalah angka-angka. Kalau ukuran para seniman, sejahtera adalah kebebasan berekspresi dan mengaktualisasikan keindahan dengan seluas-luasnya," ujar SYL.
Sebaiknya, kata SYL, kita sederhanakan pencarian kita sehingga sampai kepada pertanyaan sederhana mengenai apa hakikat pemerintahan bagi rakyatnya.
Pemerataan Pembangunan
Selain SYL, dalam kesempatan itu juga hadir Rektor Universitas Negeri Makassar Husain Syam, dan Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Hamdan Juhannis.
Hamdan Juhannis. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)
Hamdan Juhannis mengatakan Makassar memiliki tradisi sebagai juru damai.
“Melihat jauh ke belakang, di Makassar ada banyak tokoh yang menjadi juru perdamaian, sejak zaman kerajaan, kolonial, hingga era milenial saat ini,” kata Hamdan.
Ia memberikan contoh juru damai konkret yang ada di Sulawesi Selatan khususnya Makassar adalah Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla.
Melihat keaktifan Jusuf Kalla sebagai tokoh juru damai memperlihatkan orang-orang dari Makassar memegang peran kunci dalam membangu harmoni sosial politik.
“Ketika orang Makassar jadi gubernur, maka akan menjadi pengendali gubernur se-Indonesia. Orang bisa menjadi juru damai kalau punya rekam jejak,” ujarnya.
Husan Syam. (Foto: Tagar/Aan Febriansyah)
Sementara Husain Syam menekankan pentingnya merawat kebhinekaan dan kebangsaan.
“Pancasila sebagai dasar negara dan keberagaman itu bingkainya kebhinekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagaimana merawat kebhinekaan adalah dengan cara menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin,” kata Husain.
Melihat fenomena saat ini, lanjutnya, merawat NKRI bukan perkara gampang. Titik kuncinya adalah pemerataan pembangunan. []
