TAGAR.id – Di Afrika sub-Sahara, sembilan dari 10 infeksi HIV baru di kalangan remaja berusia 15-19 tahun terjadi di kalangan remaja putri pada periode terbaru yang datanya tersedia.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang kemanusiaan dan pembangunan untuk anak-anak, UNICEF, pada Jumat (29/11/2024) menyuarakan kekhawatiran mengenai meroketnya kasus infeksi HIV baru di kalangan remaja putri dan perempuan. UNICEF menegaskan bahwa kelompok perempuan tidak memiliki akses yang memadai untuk mencegah dan mengobati masalah tersebut.
UNICEF, dalam laporan menjelang Hari AIDS Sedunia pada Sabtu (30/11/2024), mengungkapkan sebanyak 96.000 anak perempuan dan 41.000 anak laki-laki berusia 15-19 tahun terinfeksi HIV pada 2023. Artinya tujuh dari sepuluh infeksi remaja baru terjadi pada anak perempuan.
Di Afrika sub-Sahara, sembilan dari 10 infeksi HIV baru di kalangan remaja berusia 15-19 tahun terjadi di kalangan remaja putri pada periode terbaru yang datanya tersedia.
"Anak-anak dan remaja belum sepenuhnya merasakan manfaat dari peningkatan akses terhadap layanan pengobatan dan pencegahan," kata Anurita Bains, Direktur Asosiasi UNICEF untuk HIV/AIDS.
"Namun, anak-anak yang hidup dengan HIV harus diprioritaskan terkait sumber daya dan upaya pengobatan bagi semua orang, termasuk teknologi pengujian yang inovatif,” ujarnya.
Sekitar 77 persen orang dewasa yang hidup dengan HIV bisa mendapatkan obat antiretroviral. Namun hanya 57 persen anak-anak di bawah usia 14 tahun dan 65 persen remaja berusia 15-19 tahun yang dapat mengonsumsi obat yang dapat menyelamatkan nyawa mereka itu.
Anak-anak di bawah usia 14 tahun hanya mewakili tiga persen dari mereka yang dapat hidup dengan HIV. Mereka mencakup 12 persen, atau sekitar 76.000, dari kematian terkait AIDS pada 2023.
Sekitar 1,3 juta orang tertular penyakit tersebut pada 2023, menurut laporan UNAIDS.
Angka tersebut masih lebih dari tiga kali lipat dari target PBB untuk mengakhiri AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada 2030.
Sekitar 630.000 orang meninggal akibat penyakit terkait AIDS pada tahun lalu, angka terendah sejak mencapai puncaknya pada 2004 yang mencapai 2,1 juta, menurut laporan tersebut menjelang Hari AIDS Sedunia pada Minggu (1/12).
Sebagian besar kemajuan tersebut disebabkan oleh perawatan antiretroviral yang dapat mengurangi jumlah virus dalam darah pasien.
Dari hampir 40 juta orang yang hidup dengan HIV di seluruh dunia, sekitar 9,3 juta di antaranya tidak mendapat perawatan, menurut laporan tersebut. (ah/ft)/AFP/voaindonesia.com. []