Analis Intelijen Desak Polri Dalami Kesaksian Koswara di Sidang Munarman

Menurut Stanislaus pelaku di lapangan bisa saja mereka korban doktrinasi, walaupun harus tetap dihukum karena tindakan kekerasannya.
Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta. (Foto: Tagar/Tagar Tv)

Jakarta - Analis intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mendedak Polri mengusut tuntas pernyataan Koswara untuk mengungkap aktor intelektual dalam kasus yang melibatkan Munarman.

“Polri harus bertindak cepat dengan mengusut pernyataan tersebut. Jika benar memang ada pengiriman anggota FPI ke ISIS, maka harus dilacak kembali siapa yang memerintahkan pengiriman, sumber dananya dari siapa, atas persetujuan siapa?," kata Stanis dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 26 Januari 2022.

"Ini harus dicari hingga aktor intelektualnya," sambungnya.

Stanislaus berharap fakta terkait terorisme tersebut benar-benar dapat diungkap secara gamblang dan jangan hanya mengarah kepada pelaku di lapangan.

“Dalam persidangan, ada alat bukti dari saksi AM yang mengaku mendengar ceramah terkait ajakan dukungan terhadap ISIS. Jika ceramah ini menjadi inspirasi seseorang atau kelompok untuk mendukung atau bergabung dengan ISIS, maka Polri harus mengusut siapa yang melakukan ceramah, apa isi ceramah, dan apa dampak dari ceramah tersebut," katanya.

Dijelaskan pula oleh Stanislaus bahwa seharusnya hukuman paling berat harus dikenakan kepada sesorang yang melakukan doktrin, ideolog, atau orang yang memprovokasi pihak lain untuk bergabung atau melakukan aksi teror.

Menurut Stanislaus pelaku di lapangan bisa saja mereka korban doktrinasi, walaupun harus tetap dihukum karena tindakan kekerasannya.

“Sebagian pelaku teror adalah korban karena dia melakukan aksi karena merasa itu adalah kebenaran. Yang harus dicari dan ditindak tegas adalah yang melakukan doktrin atau ideolognya," katanya.

"Pelaku lapangan setelah melakukan aksi pasti akan tertangkap, tetapi ideolog yang melakukan doktrin bisa saja masih bebas dan melakukan doktrin lagi. Polri harus fokus pada aktor utamanya," kata Stanislaus.


Ini harus dicari hingga aktor intelektualnya.


Seperti diketahui, Sidang kasus terorisme Munarman menguak fakta mengejutkan. Saksi persidangan sekaligus merupakan anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Koswara, mengaku mengirimkan anggota Front Pembela Islam ke ISIS pada 2015.

Koswara menyampaikan pengakuan saat diperiksa sebagai saksi dalam kasus dugaan tindak pidana terorisme yang menjerat mantan Sekretaris Umum FPI Munarman di Pengadilan Negeri Jakarta Timur.

Sebelumnya, Munarman sendiri membantah secara tegas tudingan terkait baiat ISIS tersebut. "Saya tidak baiat," kata Munarman di ruang sidang PN Jaktim, Rabu, 19 Januari 2022.[]

Berita terkait
Stanislaus: Gatot Nurmantyo Nyapres Tanpa Partai Politik
Pengamat intelijen, Stanislaus Riyanta menilai Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo mendirikan KAMI sebagai batu lompatan menjadi calon presiden.
Serangan Terorisme di Pakistan Meningkat
Pakistan mencatat lonjakan angka tindak terorisme sebesar 56% di tahun 2021, menyusul masa tenang di tahun-tahun sebelumnya
Politisi NasDem Setuju Dudung Lanjutkan Cara Soeharto Berantas Terorisme
Politisi Partai Nasdem Irma Suryani Chaniago mengatakan bahwa dirinya setuju dengan cara yang Dudung melanjutkan cara Soeharto berantas terorisme.
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.