Anak Tak Punya Akses untuk Pengobatan dan Perawatan HIV/AIDS Seperti Orang Dewasa

Sayangnya, ada perbedaan mencolok antara cara memperlakukan pengobatan untuk anak-anak dan orang dewasa penderita HIV/AIDS
Anak-anak jalanan di Kolkata, India, bermain dengan pita merah yang dipajang oleh para aktivis di tepi Sungai Hooghly menjelang Hari AIDS Sedunia tahun 2022 lalu (Foto: Dok/voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id, Jenewa, Swiss - Program AIDS utama PBB mencatat, ribuan anak meninggal akibat penyakit yang terkait dengan HIV/AIDS karena mereka tidak mendapat pengobatan seperti orang dewasa. Lisa Schlein melaporkannya untuk VOA.

HIV/AIDS bukan lagi hukuman mati langsung. Orang yang tertular virus ini dapat hidup normal, asalkan mendapat pengobatan dan perawatan yaitu obat antiretroviral (ARV) dan obat untuk infeksi oportunistik (IO).

Sayangnya, ada perbedaan mencolok antara cara memperlakukan pengobatan untuk anak-anak dan orang dewasa penderita HIV/AIDS.

Juru Bicara UNAIDS, Charlotte Spector, mengatakan, 76 persen orang dewasa memiliki akses ke pengobatan, tetapi hanya setengah dari anak-anak yang hidup dengan HIV memperoleh pengobatan yang bisa menyelamatkan jiwa. Ia mengatakan, hanya tercatat 15 persen anak-anak meninggal dari semua kematian akibat AIDS, meskipun hanya empat persen dari semua orang yang bertahan hidup dengan penyakit ini.

“Tahun lalu saja 160.000 anak terjangkit HIV. Maka 12 negara berkumpul di Afrika, karena enam negara di Afrika sub-Sahara mewakili 50 persen dari penularan baru tersebut,” ujar Spector.

Ia mengatakan, aliansi dunia yang dipimpin oleh UNAIDS, WHO, dan UNICEF dibentuk untuk menutup kesenjangan yang sangat besar. Ditambahkan, 12 negara Afrika bergabung dengan aliansi itu. Spector mengatakan, menteri kesehatan dari delapan negara akan meluncurkan inisiatif pekan depan di Tanzania.

ilustrasi anak dan aids
Ilustrasi – Anak dan HIV/AIDS (Foto: healthcareafrica.info)

“Jadi, tidak hanya mengajak anak untuk berobat, tetapi kebanyakan berusaha menghentikan penularan vertikal. Penularan vertikal adalah ibu yang menularkan HIV selama kehamilan, persalinan atau selama menyusui. Sebagian besar penularan terjadi selama menyusui,” tambahnya.

Spector mengatakan, upaya untuk menahan penyebaran HIV di sub-Sahara Afrika dipusatkan terutama pada pengobatan orang dewasa, sebagai penular utama virus. Namun dalam prosesnya ia mengatakan, kebutuhan anak-anak diabaikan.

“Jadi, yang terjadi tiba-tiba ada kesadaran bahwa kita sudah melupakan semua anak-anak ini, dan ada generasi yang terlupakan. Jadi bisa saya katakan, anak-anak perlu dirawat bahkan sebelum atau setelah mereka lahir,“ jelas Spector.

Aliansi dunia ini akan berjalan dalam delapan tahun ke depan hingga 2030. Tujuan dalam periode itu adalah menutup kesenjangan pengobatan bagi remaja putri yang hamil, menyusui, dan perempuan penderita HIV, untuk mencegah dan mendeteksi penularan baru HIV, menyediakan akses untuk pemeriksaan dan pengobatan, serta mengakhiri hambatan sosial untuk akses ke layanan. (ps/lt)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
70% Kasus HIV/AIDS di RSU Kabupaten Tangerang Banten Terdeteksi pada Pasien TB
Karena tidak ada gejala, maka banyak warga yang tidak menyadiri kalau dirinya sudah tertular HIV/AIDS
0
Anak Tak Punya Akses untuk Pengobatan dan Perawatan HIV/AIDS Seperti Orang Dewasa
Sayangnya, ada perbedaan mencolok antara cara memperlakukan pengobatan untuk anak-anak dan orang dewasa penderita HIV/AIDS