Amerika Serikat dan Korea Selatan Desak Pyongyang Tarik Pasukannya dari Rusia

Menhan Austin memperingatkan besarnya kemungkinan pasukan tersebut akan bergabung dengan Rusia untuk memerangi Ukraina
Dari kanan: Menhan AS Lloyd Austin dan Menlu AS Antony Blinken, Menlu Korsel Cho Tae-yul dan Menhan Korsel Kim Yong-hyun dalam konferensi pers pers di Washington, DC, AS, 31/10/2024. (Foto: voaindonesia.com/SAUL LOEB/AFP)

TAGAR.id, Washington, DC, AS - Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, dan Menhan Korea Selatan (Korsel), Kim Yong-hyun, bertukar pikiran saat melangsungkan pertemuan, Rabu (30/10/2024) untuk membahas sekitar 10.000 tentara Korea Utara yang kini diterjunkan ke Rusia untuk memerangi Ukraina. Carla Babb melaporkannya untuk VOA.

Menhan Austin dan Menhan Yong-hyun bertemu di Pentagon, hari Rabu (30/10/2024). Keduanya mendesak Korea Utara untuk menarik sekitar 10.000 tentaranya dari Rusia, di mana Menhan Austin memperingatkan besarnya kemungkinan pasukan tersebut akan bergabung dengan Rusia untuk memerangi Ukraina.

“Mereka melakukan ini karena (Presiden Rusia Vladimir) Putin telah kehilangan banyak tentara, banyak sekali tentara, dan ia punya pilihan antara meminta bantuan orang lain atau melakukan mobilisasi. Dan ia tidak mau memobilisasi, karena nanti warga Rusia akan mulai paham seberapa besar kekalahan mereka,” jelasnya.

Menham Yong-hyun mengatakan, “Kim Jong Un tanpa ragu menjual anak-anak muda dan tentaranya sebagai tentara bayaran yang bisa dijadikan umpan. Saya percaya kegiatan tersebut adalah sebuah kejahatan perang, yang bukan hanya tidak manusiawi, tapi juga antiperdamaian.”

Amerika Serikat mengatakan sejumlah kecil pasukan Korea Utara sudah berada di wilayah Kursk, Rusia, di mana pasukan Ukraina melancarkan serangan kejutan Agustus lalu dan masih menguasai wilayah itu.

“Jika tentara DPRK (Korea Utara) berperang bersama tentara Rusia dalam konflik ini dan menyerang tentara Ukraina, maka tentara Ukraina berhak membela diri, dan mereka akan melakukannya dengan menggunakan senjata yang kami dan pihak lainnya berikan,” imbuh Menhan Austin.

Beberapa pengamat mengatakan, keterlibatan tentara Pyongyang menandakan eskalasi konflik, akan tetapi pengerahannya mungkin tidak memperkuat Rusia secara signifikan.

Anna Borshchevskaya dari Washington Institute for Near East Policy menuturkan, “Kurang lebih, ketika Korea Utara memberikan artileri, mereka hanya memberi lebih banyak senjata dari yang sudah dimiliki Rusia. Tentu itu penting, tapi tidak secara kualitatif mengubah kemampuan perang Rusia; itu hanya membantu menyokongnya.”

Menteri pertahanan Korea Selatan mengatakan kepada wartawan bahwa Korea Utara mungkin mengharapkan teknologi senjata nuklir dan rudal balistik antarbenua sebagai imbalan atas pengerahan pasukannya. Hal itu ia sebut meningkatkan ancaman keamanan di Semenanjung Korea dan seluruh dunia.

Amerika Serikat dan Korea Selatan mengadakan latihan tembakan langsung dalam latihan militer gabungan pada Rabu (30/10/2024) untuk menunjukkan apa yang disebut kedua negara sebagai komitmen untuk mempertahankan pertahanan yang kuat. (rd/em)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Lima Pendaki Rusia Tewas Saat Mendaki Gunung Dhaulagiri di Nepal
Kejadian ini terjadi dua hari setelah tim tersebut kehilangan kontak di Dhaulagiri, gunung tertinggi ketujuh di dunia