TAGAR.id, Jakarta - Bersama badut berkostum bayi, aktivis Act For Farmed Animals (AFFA) turun ke jalan di luar kantor Kewpie di Jakarta pada Jumat (12/7/2024). Aksi tersebut untuk mendesak agar Kewpie, perusahaan mayones Jepang serta konsumen telur terbesar kedua di pasarnya, untuk menerapkan kebijakan global telur bebas sangkar, di seluruh wilayah operasinya, termasuk di Indonesia.
Kampanye ini merupakan bagian dari kampanye global yang dilakukan oleh Open Wing Alliance, koalisi yang terdiri lebih dari 95 organisasi di 70 negara di seluruh dunia yang melakukan kampanye untuk mengubah praktik paling kejam dalam industri telur.
“Kewpie belum memiliki komitmen global untuk mengubah rantai pasok telurnya dari kandang sangkar, termasuk juga di Indonesia, padahal mereka sudah mulai beralih dari praktik kejam ini di beberapa bagian Amerika dan Eropa. Berarti, Kewpie punya standar ganda, terhadap konsumen,” ujar Elfha Shavira, Manajer Kampanye AFFA, koalisi organisasi perlindungan hewan -Animal Friends Jogja dan LSM internasional Sinergia Animal.
Selama aksi, beberapa aktivis menggelar spanduk, poster, membagikan brosur, dan satu orang mengenakan kostum “bayi” serta bando dengan tanduk untuk menunjukkan Kewpie yang selama ini diam terhadap permintaan organisasi-organisasi perlindungan hewan lebih dari 5 tahun meminta Kewpie berkomitmen bebas sangkar secara global.
Para aktivis juga memainkan suara ayam yang berteriak sebagai musik latar di sekitar kantor Kewpie, yang menggambarkan kondisi ayam dalam sangkar, di ruang yang sempit dan terbatas, tidak dapat berjalan dengan bebas, atau melebarkan sayap –perilaku penting untuk kesejahteraan mereka.
“Sistem sangkar, dianggap sebagai salah satu sistem paling kejam terhadap hewan, dan telah dilarang di banyak negara di seluruh dunia. Lebih dari 4.000 perusahaan telah memiliki berkomitmen untuk mengubah rantai pasok mereka, ke 100% telur bebas sangkar. Kami mendesak Kewpie untuk mengambil langkah penting ini”, jelas Elfha.
Kandang sangkar dan permasalahan kesehatan masyarakat
Pada tahun 2022, diperkirakan 370 juta ayam untuk telur di Indonesia dikurung dalam sistem sangkar konvensional. Menurut AFFA, sistem sangkar dipertanyakan karena risiko kesehatan masyarakat. Sebuah studi dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa menemukan prevalensi Salmonella yang lebih tinggi pada sistem sangkar dibandingkan dengan sistem bebas sangkar. Salmonella merupakan penyebab utama penyakit bawaan makanan, yang menunjukkan bahwa sistem kurungan tidak hanya menimbulkan kekejaman pada hewan namun juga meningkatkan risiko kontaminasi bakteri, dan ancaman signifikan terhadap keselamatan konsumen dan keamanan pangan.
“Sebagai perusahaan besar yang berkomitmen terhadap kesehatan masyarakat sebagaimana tercantum dalam visi mereka, Kewpie seharusnya memprioritaskan kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat dengan mengadopsi kebijakan bebas sangkar,” ungkap Elfha. “Permintaan kami tidak hanya selaras dengan salah satu tren pasar saat ini; hal ini juga sejalan dengan kebutuhan pasca pandemi dengan kesadaran konsumen dalam memilih merek yang memiliki dampak sosial positif dan mempertimbangkan kesejahteraan hewan,” tambahnya.
Riset mengenai persepsi konsumen global menunjukkan kekhawatiran yang meluas terhadap kualitas dan standar produk makanan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan ayam selama produksi telur sangat penting bagi konsumen, dan mereka ingin memastikan bahwa ayam tidak menderita dalam proses tersebut. Saat ini lebih dari 500 perusahaan makanan global, termasuk 50 di Asia, telah berkomitmen terhadap kebijakan bebas sangkar. Saat ini petisi global ke Kewpie telah menerima lebih dari 40.000 tanda tangan dukungan konsumen di seluruh dunia. []
Tentang AFFA (Act for Farmed Animals) adalah inisiatif kolaboratif bersama yang dilakukan oleh NGO Animal Friends Jogja dan Sinergia Animal untuk mengurangi penderitaan hewan yang diternak di Indonesia dan mendorong pilihan makanan yang lebih bijaksana dan lebih welas asih.