Aksi Ekstrim Perayaan Cap Go Meh di Singkawang

Setahun sekali Singkawang menjadi pusat perayaan festival Cap Go Meh.
Aksi para suku Dayak melakukan penyiksaan fisik. (Foto: cycloscope)

Jakarta, (Tagar 19/2/2019) - Festival Cap Go Meh yang identik dengan pertunjukkan barongsai (tarian singa) dan festival makanan lezat. Singkawang salah satu tempat yang merayakan Cap Go Meh dengan meriah dan aneh.

Setahun sekali Singkawang menjadi pusat perayaan festival Cap Go Meh. Selain dihuni suku dayak, daerah di Kalimantan itu juga dihuni oleh banyak keturunan cina yang masih berpegang erat dengan adat istiadat. Mereka masih mempercayai hal-hal mistis, seperti roh-roh yang dari alam memiliki kekuatan.

Konon, awal suku Dayak dan Cina bersahabat itu pada jaman pemerintahan Soeharto. Ketika terjadi pembunuhan massal yang dilakukan pemerintah, dengan mengatasnamakan suku Dayak. 

Timbul kemarahan dari kedua belah pihak hingga terjadi perang saudara. Tidak perlu lama untuk mengetahuinya siapa biang keladinya. Akibat kediktatoran pemerintah, akhirnya mereka bersatu melawan pemerintah.

Keeratan hubungan suku Dayak dan Cina semakin terlihat, ketika pemerintah ingin menghancurkan patung naga yang sangat diagungkan oleh Cina. Suku Dayak pun ikut menolak hal tersebut. Karena suku Dayak juga kerap masuk kedalam kuil untuk berdoa, meskipun dewa yang dipercaya mereka tidak berada pada kuil tersebut.

Singkawang yang dijuluki sebagai Kota Seribu Candi, menjadi kota mayoritas Cina Tao, yang masih hidup dengan tradisi kuno. Masih mengakui mistis, Festival Cap Go Meh diramaikan dengan aksi para suku Dayak melakukan penyiksaan fisik.

Paling ekstrim, mereka menusukkan semacam jarum besar ke bagian wajah tanpa menumpahkan setetes darah, dan tanpa bekas luka. Aksi itu dilakukan dengan dukungan dari orang yang bersedia menjadi kendaraan roh dari alam dalam memanifestasikan diri, disebut Tatung atau dukun.[]

Berita terkait