Akibat Perang, Wabah Kolera Menjangkiti Satu Juta Warga Yaman

Wabah kolera menjangkiti satu juta warga Yaman, kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Ini merupakan akibat perang yang berkepanjangan.
Wabah kolera Yaman menjangkiti satu juta terduga penderita, kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Kamis, akibat perang, yang membuat lebih dari 80 persen penduduk kehabisan makanan, bahan bakar, air bersih dan layanan kesehatan.(Foto:Al Jazeera)

Dubai, (Tagar 22/12/2017) - Wabah kolera Yaman menjangkiti satu juta terduga penderita, kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Kamis, akibat perang, yang membuat lebih dari 80 persen penduduk kehabisan makanan, bahan bakar, air bersih dan layanan kesehatan.

Yaman, salah satu negara termiskin di dunia Arab, terlibat dalam perang Houthi, yang bersekutu dengan Iran, dengan persekutuan dukungan Amerika Serikat dan dipimpin Arab Saudi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa Yaman menderita bencana kemanusiaan terburuk di dunia dan delapan juta orang berada di ambang kelaparan.

Angka kolera hampir pasti berada dalam jumlah besar, tapi tidak memperkecil tingkat dan kerumitan bencana kemanusiaan, kata Marc Poncin, koordinator darurat Yaman untuk lembaga bantuan Mdecins Sans Frontires.

Kolera marak terjadi pada April dan menyebar dengan cepat, menewaskan 2.227 orang. Angka kematian telah turun secara dramatis, dan tanpa konfirmasi laboratorium, kasus terbaru kemungkinan adalah diare, menurut Poncin.

Gelombang kolera baru diperkirakan terjadi pada Maret atau April.

"Ini mungkin tidak dapat dihindari, kita harus siap menghadapi wabah besar lain," kata Poncin, menambahkan bahwa kolera dapat menjadi beban jangka panjang seperti di Haiti.

"Tempat-tempat di mana perang aktif terjadi adalah yang paling berisiko terkena penyakit," tambahnya.

Keadaan darurat terbaru adalah difteri, penyakit yang tidak terlihat di Yaman selama 25 tahun, yang telah menjangkit 312 orang dan membunuh 35 orang.

Penyakit tersebut belum menyebar secara eksplosif, seperti kolera, tapi wabah difteri dapat mempengaruhi ribuan orang, dan terdapat kekurangan penawar penyakit difteri secara global. Yaman memiliki suplai yang cukup untuk 200-500 pasien, kata Poncin.

Kampanye vaksinasi difteri yang mendesak pada awal 2018 akan mempersulit harapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk melakukan vaksinasi kolera kepada masyarakat luas pada saat bersamaan, terutama mengingat masalah keamanan dan akses daerah terpencil, menurut Poncin.

Houthi, yang menguasai sebagian besar negara, juga meragukan gerakan vaksinasi tersebut, tambahnya.

Masalah Yaman telah diperburuk oleh blokade koalisi pimpinan Saudi di pelabuhannya, yang menyebabkan kekurangan bahan bakar dan lonjakan harga pangan. Sistem kesehatan hampir kolaps, dengan petugas kesehatan yang tidak dibayar selama setahun, meskipun WHO memberikan pembayaran insentif untuk pekerjaan mereka menangani wabah kolera.

Pelabuhan tersebut ditutup sebagai balasan atas penembakan peluru kendali dari Yaman oleh gerilyawan Houthi. Pada Rabu, meski terdapat serangan peluru kendali terhadap Riyadh, Arab Saudi mengatakan bahwa ia memungkinkan pelabuhan Hodeidah, yang dikuasai Houthi dan penting untuk memasok bantuan, tetap buka selama sebulan.(ant/wwn)

Berita terkait
0
UI Promosikan Stanislaus Riyanta Jadi Doktor di Bidang Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia promosikan Stanislaus Riyanta menjadi doktor di bidang Ilmu Administrasi dengan disertasinya.